Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 10 No. 2 Tahun 1995 >  TORONTO BLESSING: SUATU TINJAUAN PENGALAMAN RELIGIUS > 
RASIONALITAS DAN IRASIONALITAS 

Pengalaman religius bersifat rasional sekaligus non rasional. Suatu perjumpaan dengan Allah bisa diterima tanpa harus menerjemahkan pengalaman itu seluruhnya ke dalam kategori-kategori rasional. Kita begitu kecil dan terbatas, sedangkan Allah sendiri serba maha, tak terukur dan tak terbatas. Maka di satu pihak pengalaman religius bisa dijelaskan secara rasional, namun di lain pihak penjelasan rasional itu tak pernah mencukupi. Di dalam teologi misalnya, kita berusaha untuk mengidentifikasi Allah sebagai roh, punya rencana dan kehendak, baik, berkuasa, dll. Semua istilah ini diambil dari konsep-konsep insani dalam dunia sehari-hari dan oleh karenanya dapat kita pahami. Namun manakala kita mengira bahwa Allah adalah sama seperti yang termuat di dalam konsep-konsep ini, agama melarangnya. Kedirian Allah jauh melampaui apa yang dapat dikatakan dan dipahami manusia. Diri Allah sendiri atau Ding an sich. meminjam istilah Kant. tak terjelaskan baik oleh kata-kata maupun daya rasio manusia yang terbatas. Maka kepada atribut-atribut rasional itu teologi menambahkan "maha." Allah disebut mahatahu, mahakuasa, mahahadir. Atribut-atribut seperti ini cuma hanya mau mengatakan satu hal yakni bahwa di dalam diri Allah yang telah menyatakan diri itu. tetap ada aspek-aspek non rasionalnya.786 Itulah sebabnya dari pada menyebut Allah sebagai yang kudus dengan konotasi moralnya. Otto memilih sebuah istilah lain Numen atau Nummosum.787



TIP #02: Coba gunakan wildcards "*" atau "?" untuk hasil pencarian yang leb?h bai*. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA