Hidup keagamaan yang utuh tidak hanya dipenuhi oleh ajaran-ajaran dan praktek-prakteknya. Umat beragama juga perlu mengalami Allah yang hidup demi kedewasaan iman secara utuh. Orang-orang sederhana zaman dulu peka dan mudah mengalami Yang Ilahi.772 Ayub akhirnya mengakui bahwa sebelum penderitaan hebatnya ia belum mengenal Allah secara pribadi.
Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu. (Ayb 42:5-6)
Pengalaman religius ini dimungkinkan karena manusia diciptakan menurut citra Allah dan Allah sudah mewahyukan diri kepada semua manusia. Pengalaman religius bisa terjadi dalam konteks bermacam-macam seperti doa, meditasi, penyembahan, pujian, berbahasa lidah, kesembuhan ilahi atau bahkan pengalaman-pengalaman ekstase yang mirip kesurupan.
Dengan diciptakan menurut citra Allah manusia mampu menyapa dan disapa Allah. Tidak seperti hewan. manusia mempunyai kecenderungan dasar untuk mencari Allah dan dalam batas-batas tertentu bisa mengalami Allah. Meskipun demikian kemampuan manusia untuk mengalami Allah sebelum Kejatuhan lebih baik dari pada sesudahnya.773
Allah sudah mewahyukan diri kepada semua manusia secara umum melalui dunia ciptaan. Dalam batas-batas wahyu umum ini manusia dimungkinkan untuk mengenal dan mengalami Allah (bdk. Kis 17:26-28). Dari sini bisa dikatakan bahwa pengalaman manusia akan Allah sebagai Sang Pencipta di dalam agama apapun merupakan pengalaman yang real.774 Orang fasik juga masih memiliki pengenalan akan Allah. hanya saja pengenalan itu telah ditindas oleh kelaliman (Rm 1:18-21).
Kedua faktor di atas dikatakan obyektif. Masih ada faktor-faktor subyektif yang berperan dalam terjadinya pengalaman religius.775 Kalau A mendengar khotbah dengan persiapan hati, dan B tidak, mungkin sekali A akan lebih menghayati Allah berbicara melalui khotbah ketimbang B (bdk. Mat 13:1-23). Lagi, orang yang mencintai kebaikan, kesucian dan ketulusan pasti akan lebih bisa menghayati kebenaran firman Tuhan (bdk. Mzm 19:8-9).
Pengalaman religius, bagaimanapun dalam dan dangkalnya, adalah sebuah pengalaman insani.776 Minimal ada tiga unsur tipikal dari pengalaman religius yakni rasa menyatu dengan Yang Ilahi, rasa bergantung pada Yang Ilahi dan rasa keterpisahan dari Yang Ilahi.777 Ketiga unsur ini bisa dipersempit lagi ke dalam dua kategori yaitu rasa takut yang menjauhkan dan rasa tertarik yang mendekatkan.