Hikmat Alkitabiah merupakan sesuatu yang dinamis dalam dunia Israel kuno, yang beroperasi dalam tiga dimensi: personal, universal, dan literal (literatur).
1. Dimensi personal (pribadi) ditandai dengan dua kategori teologis dan praktis. Beberapa contoh yang dapat diketengahkan di sini berkenaan dengan hikmat, antara lain: ketrampilan (kecakapan) seni - Kel 35:30-36:1; Kel 28:3 dan Kel 35:25-26; kemampuan mengerjakan benda-benda karya kerajinan besi - Yer 10:9; pelaut dan profesi sejenisnya (orang-orang yang pandai membuat kapal dst.) - Mzm 107:27; Yeh 27:8; ahli strategi militer dan negarawan - Yes 10:13; 29:14; Yer 49:7. Lebih lanjut, hikmat juga diasosiasikan erat dengan kesenian musikal dalam 1 Raj 4:32, serta sebagai hasil hikmat Allah yang dikaruniakan kepada Salomo meliputi berbagai gubahan lagu, syair dan amsal, kata-kata perbandingan dst.
Bahkan di dalam kehidupan sehari-hari, hikmat juga tampak dalam falsafah hidup yang diterapkan secara praktis oleh manusia dalam konteks komunitasnya. Semisal, kita menemukan adanya amsal-amsal (kata-kata hikmat) yang berkenaan dengan relasi mendasar antarpribadi dalam unit keluarga; ataupun di luar lingkup rumah tangga sebagai unsur-unsur pembentukan tata nilai moral disiplin, rupa-rupa kebijaksanaan dan keadilan dsb.; serta nilai-nilai religius.
2. Dimensi universal menekankan pada kategori teologi, yang menjelaskan bahwa sesungguhnya hikmat merupakan salah satu dari atribut Allah sendiri. Dalam hal ini hikmat Allah dipersonifikasikan dengan khusus dalam Ams 8:22-31. Salomo berusaha mempersonifikasikan suatu atribut ilahi dengan cara menegaskan bahwa hikmat adalah suatu emanasi dari kehidupan ilahi, seperti halnya kita mengetahui (memahami) kasih sebagai suatu emanasi dari kehidupan Allah. Alam pikiran Ibrani tidak menunjang suatu bentuk dualisme antara Allah sebagai sumber kehidupan melawan hikmat sebagai sumber kehidupan. Maka sebagai efek dari argumen ini adalah menghubungkan hikmat kepada Allah sekaligus kepada alam semesta ciptaan-Nya, yang mana mempertautkan Allah, umat manusia dan dunia dalam ikatan yang tak terpisahkan. Sebagai suatu prinsip pewahyuan, hikmat dapat dipandang selaku "rasionale kosmos", yang melimpahkan pengertian kepada umat manusia secara universal. Tanpanya dunia dan kehidupan manusia di dunia ini kehilangan maknanya. Jadi, hikmat merupakan suatu kehadiran Allah secara pervasif yang menembus semesta fisik dan tatanan sosial kehidupan manusia (Ams 2:1-15; 8:22). Itulah bahasa komunikatif dari Allah dalam alam semesta dan pengalaman hidup manusia. Selain itu bisa disebutkan bahwa Allah merupakan sumber kekuatan dinamis yang menggerakkan, mengontrol maupun memulihkan sejarah dan alam semesta ini (Ayb 9:4; 11:6; 12:13; 32:8; 37:16; Ams 2:6; 8:22-31).
3. Dimensi literal (literatur) menunjukkan bahwa tulisan-tulisan atau karya literatur hikmat merupakan salah satu saran penunjang bagi gerakan dan perkembangan hikmat pada masa silam Israel. Warisan literatur kuno ini begitu kaya dengan aneka corak ragam genre sastranya sebagaimana pada literatur para nabi (profetis). Lebih khusus, bentuk literal amsal merupakan salah satu genre favorit dari literatur hikmat. Amsal pada umumnya pendek dan lugas, sehingga mampu dengan tepat dan efektif mengungkapkan suatu ide atau kebenaran. Dalam PL istilah mashal dipergunakan secara luas dan mencakup amsal, teka-teki (seperti Hak. 14:14; 1Raj 10:1), analogi (seperti Pkh 12:1-7; Hak 9:2-15; Yeh 17:2-10) yang terkadang bersifat alegoris; serta karangan yang lebih panjang berupa komparasi atau perbandingan. Akar kata kerja mashal berarti menjadi seperti/menyerupai, berbanding dengan ...
Biasanya literatur hikmat dipelajari oleh orang-orang muda pada kalangan atas (kaum bangsawan) untuk mempersiapkan mereka sebagai pemimpin masa depan. Dalam hal ini, para guru mempunyai tanggung jawab untuk mengajarkan nilai-nilai moral dan budaya (perilaku dalam lingkungan Kerajaan); etika hidup terhormat dan bermartabat; serta bagaimana mengambil keputusan dalam konteks kepemimpinan yang bertanggung jawab. Walaupun literatur hikmat khususnya menjadi konsumsi bagi kalangan atas, namun ia juga merambah dan dikenal luas oleh masyarakat umum. Misalnya berkenaan dengan kehidupan dalam keluarga atau rumah tangga: hubungan antara orang tua dan anak, suami dan isteri, tuan dan hamba dan sebagainya; selain itu dalam kalangan perdagangan juga banyak ditemukan amsal-amsal yang bertalian dengannya; dalam lingkup pengadilan juga memerlukan hikmat tertentu. Dalam kasus penderitaan sebagaimana dialami oleh Ayub, jawaban-jawaban atas pertanyaan mengenai keadilan, kasih dan kebaikan Allah sehubungan dengan adanya kejahatan dan penderitaan dalam kehidupan ini, maka teodisi sebagai salah satu bagian dari teologi bentang Allah pedu dikembangkan. Memang harus diakui bahwa praktek ketidakadilan pada dasarnya tidak mengenal batasan ataupun lapisan masyarakat. Artinya setiap insan mungkin saja mengalami perlakuan-perlakuan yang tidak adil sehingga literatur hikmat juga memiliki relevansi yang riil dalam mengupas masalah teodisi.