Pendekatan yang memberi fokus utama pada pengarang mempunyai kesulitan sendiri. Bagaimana kita dapat mengerti keadaan atau pikiran si pengarang (redaksi) pada waktu ia menulis? Lagi pula jarak antara pengarang dan tulisannya dengan kita terbentang sangat jauh, sehingga mungkin saja kita membaca teks bersangkutan dengan pengertian kita pada zaman ini. Munculnya New Criticism518 pada tahun 1940-an dan 1950-an mengalihkan fokus dari pengarang kepada teks.
New Criticism melihat bahwa maksud pengarang serta latar belakangnya tidak memegang peranan penting dalam usaha kita untuk mengerti suatu teks. Justru kesalahan generasi terdahulu, menuntut New Criticism, adalah "kesalahan intensional" (intentional fallacy), yakni kesalahan dalam menggantungkan arti suatu teks pada apa yang dimaksud oleh pengarang. Teks itu sendiri pada dirinya sudah cukup dalam penafsiran, karena begitu suatu tulisan selesai dan disampaikan pada pembaca, karya itu terlepas dari si pengarang dan berdiri sendiri. New Criticism tidak memberi pengaruh terlalu besar bagi penafsiran Alkitab. Namun gerakan berikut, yakni strukturalisme mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi khazanah metode penafsiran Alkitab.