Penafsiran kaum injili dan penafsiran kritik historis memusatkan perhatian pada pengarang. Untuk menafsirkan suatu tulisan mereka akan mempelajari kehidupan, situasi dan keadaan pada waktu penulisan. Pengetahuan ini diharapkan akan dapat menolong penafsir untuk dapat mengerti tulisan yang sedang dipelajari. Kaum injili yang mengasumsikan hal ini menggunakan metode gramatika historika dalam menafsir.
Penafsiran kritik historis terdiri dari beberapa metode lagi. Metode pertama muncul pada abad ke-19, dipelopori oleh Julius WeIIhausen, yang mengemukakan pendekatan kritik sumber (source criticism). Ketimbang menyelidiki keadaan si pengarang untuk dapat mengerti apa mau dikatakannya, kritik sumber maju lebih jauh dengan mengasumsikan bahwa tentunya setiap pengarang mempunyai sumber tersendiri bagi tulisannya. Kritik sumber berusaha untuk menyelidiki sumber-sumber yang dipergunakan oleh si pengarang dan menguraikan proses kompleks yang dilalui oleh suatu bagian Alkitab sebelum sampai pada bentuk akhir, seperti yang kita punyai sekarang.
Kritik bentuk (form criticism) menyadari bahwa Alkitab merupakan literatur yang keluar dari satu kebudayaan yang menyeluruh. Karena itu, kritik bentuk tidak menyelidiki teks-teks yang dipakai sebagai sumber oleh penulis Alkitab, tapi berusaha untuk mengenali bentuk-bentuk komunikasi oral yang dipakai oleh masyarakat tertentu. Kritik bentuk juga berusaha menyelidiki konteks sosial di mana bentuk ini dipakai pada mulanya.
Penggunaan kritik sumber dan keritik bentuk membuat Alkitab terpecah-pecah dalam fragmen-fragmen. Bagian Alkitab yang mau diselidiki hanya dicari sumbernya atau bentuk mulanya, tanpa memperhatikan kaitan bagian ini dengan bagian lain dari Alkitab. Kebuntuan penafsiran karena hanya memakai metode-metode seperti ini menimbulkan metode yang baru, yakni kritik redaksi (redaction criticism). Kritik redaksi meninggalkan penyelidikan-penyelidikan sebelum Alkitab tertulis dan memusatkan perhatian pada bentuk akhir, yakni Alkitab sebagaimana adanya sekarang ini. Dengan demikian perhatian beralih pada maksud dari penulisan redaksi.