Kalau kita setujui bahwa informasi Yeh 28:11-19 dan Yes 14:13-17 menceritakan tentang kejatuhan Malaikat menjadi Iblis yang menentang Allah dengan keinginan untuk sejajar dengan Allah, ada beberapa kesulitan teologis yang besar terjadi. Seperti diketahui, para malaikat itu diciptakan Allah sebagai mahkluk yang sempurna, semua perasaan kasih sayang dalam hati mereka ditujukan kepada Allah; tugas mereka selalu memuji-muji kemuliaan Allah.366 Masalahnya sekarang, darimana keinginan dosa itu muncul pada diri malaikat Allah yang sempurna itu? Ini satu hal yang lebih sulit lagi, bagaimana dosa bisa masuk ke surga, tempat Allah yang maha kudus bersemayam?
Untuk menjawab kesulitan ini, sangat perlu rupanya kita mengingat bahwa mahkluk ciptaan itu pada mulanya memiliki kemampuan posse peccare et posse non peccare, yaitu suatu kemampuan untuk berbuat dosa atau tidak berbuat dosa.367 Artinya, makhluk ciptaan itu diciptakan dalam posisi memiliki kehendak bebas yang otonom (free-will) untuk menentukan arah tindakannya sendiri. Dengan sendirinya kita bisa menarik kesimpulan, bahwa kejatuhan malaikat disebabkan karena mereka sendiri dengan sengaja telah memilih untuk memberontak kepada Allah. Alasan yang paling memungkinkan mengapa mereka memilih memberontak adalah kesombongan mereka ingin sejajar dengar Allah.
Kalau argumen seperti ini bisa diterima, maka tampaknya jelas bagi kita, mengapa malaikat Tuhan yang sempurna itu tetap bisa jatuh, dan kemudian diusir dari kekudusan Allah di surga. Potensi dosa rupanya muncul bersamaan sebagai sesuatu yang mengikuti mahkluk ciptaan. Tapi konsekuensi yang perlu diajukan dalam hal ini, apakah ini berarti Allah yang menciptakan dosa atau potensi dosa? Harun Hadiwijono dengan tegas menolak argumen ini.368 Bagi beliau, tentang asal dosa dan sumber dosa tidak mungkin diterangkan.369 Pokok ini merupakan misteri Allah yang tidak mungkin manusia mampu menyingkapkan secara jelas.