Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 8 No. 2 Tahun 1993 >  SENI DAN KEKRISTENAN DALAM ERA GLOBALISASI > 
VI (ENAM) 

Seni sebagai bagian dari tonggak sejarah merupakan pengabdi perjalanan sejarah suatu bangsa dari zaman ke zaman. Seni berperan pula sebagai pelita zaman. Ia merekam dan mengekspresikan apa yang terjadi dari dan di alam lingkungannya, karena memang seni itu juga berangkat dan tercipta dari sana. Dalam peranannya di rimba raya kehidupan ini seni memberikan peranan yang penting dan tak dapat diremehkan, ia menjadi alat keseimbangan. Seni justru membangun kehidupan menjadi bertambah gairah. Seni membuat dunia ini berputar dari waktu ke waktu bertambah semarak. Seni selalu melakukan dialog dari waktu ke waktu terhadap para penikmatnya. Walau dicipta atau dikerjakan oleh seorang seniman secara individu dan lantas berkomunikasi secara individu pula, tapi ia tak menciptakan suatu suasana yang individualistis. Seni justru membuat dan melibatkan antara individu itu memiliki suatu jalinan, suatu ikatan benang merah, kontak komunikasi antar individu yang tak tampak. Seni dengan demikian jelas berwawasan, berlaku untuk semua tanpa pilih-pilih. Seni yang digarap dengan kualitas estetik tinggi dan kesatuan perasaan senimannya secara total, akan menghasilkan karya-karya yang sangat mengagumkan. Dampak komunikasinya terhadap semua penikmatnya tidak akan pernah terbayangkan oleh penggarapnya itu sendiri sebelumnya. Para seniman penggarap dalam hal membuat karya seni itu mula-mula didorong oleh panggilan jiwa, yang membuat dia dikungkungi rasa gelisah dan terbeban bila ia tak mengekspresikannya.

Seni sebagai suatu ekspresi jiwa sang seniman juga mewakili karakter pribadinya. Karyanya adalah juga jati dirinya. Karyanya adalah juga bagian dari sikap hidupnya dan kesaksian dirinya, pandangan hidupnya. Seniman menyadari bahwa apa yang dimilikinya itu berasal dari sang Pencipta, ia mencari dan meminta, ia melakukan komunikasi secara pribadi, berdialog dengan yang memberinya. Setelah melalui perjalanan panjang lewat permenungan, pengendapan pada jiwa dan pikiran, dengan bimbingan Tuhan Allah Sang Pendeta ia lalu mengekspresikannya, mewujudkannya, memvisualisasikannya secara nyata.

Karya seniman besar Michael Angelo termasuk sebagai salah satu contoh yang memiliki daya religius. Ia menampilkan karakteristik karya seni agamawi. Karyanya adalah ekspresi sikap pribadi dan jati dirinya. "The Prophet Jeremiah" yang terdapat di salah satu Kapel Gereja Vatikan, merupakan karya master piece-nya yang di adaptasi oleh seniman Rodin yang amat terkenal dengan judul "Homo Sapiens", manusia sebagai makhluk yang harus selalu berpikir. Dua figur obyek karya seni itu yang mengambil figur laki-laki kedua-duanya (baik karya Michael Angelo maupun Rodin) sama-sama sedang duduk dan berpikir dengan ekspresi yang amat serius. Karya Rodin dengan figur anonim, lelaki sebagai manusia dengan segala ketelanjangan dirinya, sedangkan karya Michel Angelo mengambil figur tokoh dari kitab Injil di bagian Perjanjian Lama; Nabi Yeremia. Pada karya Rodin dalam bentuk patung itu, berdiri sendiri, atau berobyek tunggal. Sedangkan pada karya Michel Angelo, karya dengan figur Yeremia sebagai obyek utama karya seninya memiliki obyek latar belakang, visualisasi kehidupan manusia pada zaman tersebut. Dengan demikian karya yang berasal dari zaman renaisans itu setidaknya telah membantu memperjelas para penikmatnya sewaktu mereka melakukan kontak komunikasi. Karya lainnya yang juga amat terkenal dari Michael Angelo yang berjudul "Creation of Adam", yang juga terdapat di Kapel Sistine, Roma, Vatikan. Karya seni mural (lukisan di atas dinding tembok) ini diangkat oleh senimannya dari Perjanjian Lama yang digarapnya dengan pesona puitik sekali. Adam yang sedang berbaring menyandar pada tangan kanannya mengulurkan tangan kirinya pada sesosok figur orang tua. Figur orang tua ini adalah terdapat sosok figur anak kecil bersayap sebagai simbol makhluk suci. Ada pula orang yang menafsirkan orang tua tersebut adalah lambang dari Allah sendiri yang menciptakan Adam. Malaikat tua ini juga mengulurkan tangannya, dan jari telunjuknya tampak saling bersentuhan dengan jari jemari Adam. Amat jelas dilukiskan kedua visual figur ini berada di dua alam yang amat berbeda. Adam yang berada di dunia nyata sedangkan figur malaikat di dunia fana (tak nyata). Keduanya terpisahkan, tapi saling menjamah, saling melakukan komunikasi.

Karya Michael Angelo "Creation of Adam" inilah yang memberikan masukan ide pada seniman Lorenzo Ghiberthi dalam pembuatan karya seni pahat ukir dalam bentuk panel yang juga diberi judul The Creation. Karya ini merupakan salah satu bagian dari sepuluh karya yang jadi kesatuan karya dari Lorenzo Ghiberti "Paradise Gate" yang terdapat di Gereja Kathedral Baptis, Florence, Italia. Pada karya yang mengisahkan kebahagiaan dalam kesembuhan orang-orang yang percaya ini akan membawa mereka pada dunia surgawi. Karya sini ini teramat jelas merupakan visualisasi yang diangkat dari Alkitab Perjanjian Lama. Pada karya itu tampaklah visual figur Kristus Yesus yang sedang menjamah tangan orang yang tak berdaya. Karya seni ini memiliki napas Kristiani, sebagai suatu kesaksian dari diri sang senimannya, nyata sebagai bagian dari identitas diri.

Di Galeri Tretyakov yang terdapat di kota Moskow yang memajang sejumlah adikarya para seniman Rusia koleksi dari seorang pencinta seni Pavel Tretyakov terpampang di salah satu dindingnya sebuah lukisan cat minyak di atas kain kanvas dengan ukuran cukup besar, 540 X 750 cm. Lukisan itu adalah hasil karya pelukis Alexander Ivanov (1806-1858) yang dibuat hampir selama 20 tahun (1837-1857). Lukisan yang diberi judul "The Appearance of Christ to the People" menampilkan sejumlah figur-figur tokoh yang ada di dalam Perjanjian Baru, yang menampilkan suatu cerita tentang Yahya sang pembaptis yang sedang berada di tepi sungai Yordan. Ia berpakaian bulu unta dan sedang membaptis sejumlah murid-muridnya. Pada lukisan itu digambarkan Yahya memberikan kesaksian pada semua orang yang hadir di tepi sungai Yordan (yang ingin di baptiskan olehnya) bahwa sang Pembaptis Roh yang dinubuatkan selama ini telah hadir dan datang kepada kita semua. Pada lukisan itu tampaklah figur seorang lelaki yang sedang berjalan sebagai gambaran Kristus mendatangi orang-orang yang sedang ada di tepi sungai Yordan. Itulah yang menjadi sentral atau titik focus dari lukisan tersebut, dan itu pula yang menjadi inti utama tema karya seni pari Alexander Ivanov.

Masih di galeri yang sama di Moskow, di bagian ruangan lain, sebuah lukisan karya Ivan Kramskoi (1837-1887) yang dibuat pada tahun 1872 dengan media cat minyak di atas kanvas terlukis figur Kristus Yesus sedang duduk di atas salah satu batu di sebuah tempat yang memang dipenuhi oleh bongkahan batu. Dilukiskan Kristus yang sedang merenung sendirian dalam sikap tangan tertangkup berdoa, wajahnya berekspresi serius menyatu dengan alam sekitarnya yang tampak sejuk dan tenang. Suasana waktu tampak menjelang fajar dengan sinar-sinarnya yang lembut menyentuh semua benda yang ada di alam jagat raya. Menikmati lukisan karya Ivan Kramskoi ini siapa pun yang memandangnya pasti merasakan suatu suasana yang khusuk, khidmat. Merasakan adanya suasana damai yang menyejukkan, walau dari sisi lain kita merasakan suasana lembut tapi terasa gersang. Terkesan adanya suatu kekerasan dalam menghadapi kehidupan ini juga tersirat dalam lukisan tersebut.

Karya-karya seni lukis dan juga karya seni rupa lainnya cukup banyak yang menjadi kesaksian zaman dan secara sekaligus juga mencuatkan napas Kekristenan. Seniman-seniman besar dunia banyak yang mengangkat nilai-nilai ajaran Kekristenan atau konteks Kekristenan berbagai ekspresi karya-karya mereka. Para seniman ini menggali ilham karya seni dari Injil dengan cara memvisualisasikan lewat media ekspresi. Karya-karya mereka dari zaman ke zaman terus berbicara dalam kediamannya. Karya seni mereka lantas terasa begitu universal, karena memang karya-karyanya itu juga menghembuskan nilai-nilai kehidupan yang terasa amat manusiawi. Kehadiran dan integrasi seni dan Kekristenan terasa sudah sejak lama mengacu pada nilai-nilai kekal universal. Sejak berabad-abad yang lampau seni dan Kekristenan telah berkiprah dalam lingkup dimensi yang global. Dalam membuat karya-karya tersebut, sikap Kekristenan dari para seniman tetap menonjol, yang mencuat dari ajaran yang dianutnya dari sang panutan para penggarap seni Kristen; yakni Kristus Yesus. Pada berkeseniannya para seniman lebih cenderung melepaskan diri dari ajaran dogmatis yang dirasakan oleh mereka sebagai penyempitan dari penjabaran yang diajarkan oleh Injil Allah. Dalam berkarya, seniman tak menginginkan dirinya masuk kelompok profesionalisme yang terkotak-kotak, yang lantas membuat suatu suasana perpecahan yang tanpa disadarinya. Memang sini dan Kekristenan dalam era globalisasi harus tampil secara universal, relevan dan utuh berlaku untuk semua orang pada segala zaman tapi juga secara sekaligus menjadi wahana ekspresi jati dirinya yang khas.



TIP #08: Klik ikon untuk memisahkan teks alkitab dan catatan secara horisontal atau vertikal. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA