Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 8 No. 2 Tahun 1993 >  PENGGEMBALAAN DAN ISU GLOBALISASI > 
BANYAK ORANG MENDERITA TEKANAN JIWA 

Pada tanggal 9 Oktober 1993, di Istana Merdeka, Jakarta, dalam rangka peringatan dan pencanangan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, presiden Suharto mengejutkan kita dengan pernyataannya yang membuat hati kita terpana dan prihatin. Betapa tidak?

"Tiga dari sepuluh warga negara Indonesia yang berobat ke Puskesmas ternyata mengalami keluhan berhubungan dengan gangguan jiwa ringan..."

Tentunya angka-angka tadi bukan begitu saja jatuh dari langit! Dan kalau hal itu benar, berarti hampir sepertiga (1/3) dari pasien yang ke Puskesmas, mengalami gangguan jiwa ringan!

Bukan karena mau bermain angka, mungkinkah angka tadi bisa membengkak? Kalau Puskesmas merupakan tempat yang paling mudah untuk dijangkau masyarakat jelata karena "terdekat nan termurah", kira-kira bagaimana statistik yang dapat diperoleh apabila diungkapkan secara lebih lengkap dan para pasien pengunjung rumah sakit (umum maupun swasta), kamar praktek dokter pribadi (yang umum maupun yang spesialis)? Belum lagi yang mampu berobat ke LN!

Andaikan saja bahwa angka tadi boleh dipakai untuk seluruh penduduk Indonesia berarti sekitar kurang lebih 60 juta orang mendapat gangguan jiwa ringan, suatu jumlah yang sangat besar. Memang tidak sempat dinyatakan berapa kira-kira jumlah orang yang mendapat gangguan jiwa yang lebih berat?

Apakah kita juga memperdulikan beberapa berita yang sempat mencuat di berbagai daerah tentang berbagai kasus di mana ada orang-orang, sebagian anak-anak muda, yang terpaksa di kerangkeng, dirantai, dipasung, diasingkan oleh keluarganya selama belasan tahun? Dan kalau kita mau memperhitungkan budaya malu bangsa kita, barangkali makin banyak kasus sejenis yang akan ditemukan!



TIP #07: Klik ikon untuk mendengarkan pasal yang sedang Anda tampilkan. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA