W. C. van Unnik menyatakan, "Sejak tahun 1950 Lukas dan Kisah Para Rasul (selanjutnya disingkat: Kisah) menjadi salah satu fokus studi para sarjana PB."1742 Jika pada masa sebelumnya penulis Lukas dipandang hanya sebagai seorang sejarawan, maka mulai masa itu suatu "pandangan baru" terhadap tulisan Lukas tercetus; bahwa Lukas juga seorang teolog. Akibatnya, Lukas tidak hanya dipandang sebagai sesosok pribadi yang misterius, yang mengumpulkan serpihan-serpihan informasi yang berserakan mengenai kehidupan Yesus dan kehidupan gereja, tetapi sebagai seorang teolog yang dengan sangat hati-hati dan teliti merencanakan dan menuangkan karyanya.1743
Buah penyelidikan ini tidak mungkin mengabaikan dua sarjana PB ternama, yaitu Martin Dibelius dengan penerbitan kumpulan esai-esainya pada tahun 1951, Aufsatze zur Apostelgeschichte (Studi terhadap Kisah Para Rasul) dan Rudolf Karl Bultmann dalam magnum opus-nya, yaitu Theologie des Neuen Testaments (1948-1953). Dibelius menggunakan metode style criticism - Lukas menyusun tulisannya tanpa terikat dengan sumber-sumber, tetapi dari sudut padang gaya sastra - sedangkan Bultmann memfokuskan penyelidikannya pada aspek-aspek eklesiastis, doktrinal, dan etis dari kerugma Kristianitas mula-mula. Kedua sarjana PB ini menjadi motor terhadap cara pandang baru dalam dunia kesarjanaan PB, terutama penyelidikan Lukas - Kisah.1744
Dalam artikel ini, penulis hanya akan membahas teori mantan profesor PB di Universitas Marburg, Rudolf Karl Bultmann (1884-1976) mengenai Lukas - Kisah. Penulis mengakui, dalam artikel ini para pembaca tidak akan berjumpa dengan Bultmann sebagai teolog modern yang dipengaruhi oleh filsafat eksistensialisme, tetapi sarjana sebagai PB yang mencurahkan perhatian pada Sitz im Leben der Gemeinde (situasi kehidupan gereja [mula-mula]).
Penulis juga mengakui bahwa teori Bultmann mengenai Lukas Kisah bukanlah fokus utama penyelidikannya, karena Bultmann hanya memberi ruang pembahasan yang amat sempit di dalam maha karyanya itu. Tetapi, mau tidak mau harus diakui bahwa penyelidikan Lukas - Kisah masa kini berhutang banyak kepadanya. Itu sebabnya, penulis tertarik untuk mengupas dan menganalisis teori Bultmann terhadap tulisan Lukas. Tetapi, oleh karena rentang waktu yang panjang antara masa Bultmann menelurkan teorinya dengan penyelidikan Lukas - Kisah masa kini, maka teori Bultmann tersebut akan ditanggapi oleh sarjana-sarjana PB modern yang melakukan riset yang lebih mutakhir.
Memang, adalah mustahil untuk meninjau seluruh aspek teologi Lukas - Kisah. Oleh karena itu, artikel ini hanya akan meninjau dari sudut pandangan Bultmann terhadap kerugma dalam Lukas - Kisah. Sehingga, pembahasan akan dimulai dengan pengertian dia mengenai istilah kgrygma (Inggris: kerygma). Baginya, kerugma gereja mula-mulalah yang menjadi pijakan Kristianitas dalam membangun kredo dan imannya. Pembahasan kemudian dilanjutkan dengan kupasan terhadap teori Bultmann atas literatur Lukas - Kisah. Bagian selanjutnya ialah tanggapan dari sarjana-sarjana PB, dan pada bagian terakhir ialah kesimpulan penulis.
Penulis mengakui keterbatasannya untuk dapat mengerti sepenuh pemikiran sang teolog, serta kemampuannya dalam mengumpulkan bahan-bahan yang representatif. Sehingga, di sana sini pembaca akan banyak melihat kekurangan dari makalah ini. Namun penulis berharap, tulisan sederhana ini akan menumbuhkan kecintaan para sarjana, khususnya di Indonesia, terhadap karya literatur Kristiani yang juga adalah firman Allah yang berotoritas dan memicu penyelidikan lebih lanjut mengenai tesis Bultmann atas Lukas - Kisah.