Memang lahirnya Pancasila memperjelaskan keberadaan agama-agama di Indonesia harus saling dihormati dan menghormati. T.B. Simatupang, seorang yang bukan teolog tetapi berlatar partikular Calvinis mencoba terlihat dalam dialog agama-agama meski baru dalam tarap awal. Tetapi, pemikiran-pemikirannya sangat berpengaruh bagi perkembangan agama-agama di Indonesia, khusus bagi para teolog Indonesia. Dan, kemudian muncul W.B. Sidjabat, seorang teolog, yang juga berlatar belakang sama dengan T.B. Simatupang, partikular Calvinis, berbicara dan terlibat banyak mengenai toleransi agama-agama di Indonesia.
W.B. Sidjabat merupakan tonggak kelahiran para teolog Kristen yang terlibat dalam dialog agama-agama di Indonesia. Lalu, disambut oleh DGI yang semula hanya mempersatukan gereja-gereja di Indonesia tetapi melihat ketegangan Islam - Kristen -- sejak G 30 S PKI diberantas tahun 1965 - karena terjadi pembakaran dan penganiayaan gereja, maka DGI ikut melibatkan dirinya dalam dialog agama-agama.
Teolog selanjutnya yang muncul dalam arena dialog ini adalah Victor Tanja tetapi sayang posisinya apakah dia sebagai partikular, inklusif atau pluralis tidak jelas. Tapi, Victor mempunyai peran yang penting dan disambut positif oleh orang-orang Islam. Selanjutnya adalah Eka Darmaputera, yang berlatar partikur Calvinis yang mendekati inklusif tetapi ada pengaruh Karl Barth, adalah teolog yang sangat lantang dan dihormati oleh orang-orang Islam. Dan sejak itulah, maka diperlukan lebih jelas wadah dialog agama Islam - Kristen di Indonesia. Baik pemerintah dan kedua agama ini, saling mencari kesempatan untuk mengembangkan dialog agama dalam segala wadah.
Th. Sumartana adalah seorang pluralis, yang lebih dengan keterbukaan yang selebarnya, memproklamirkan Theologia Religionum yang mulai merubah seluruh bangunan teologi partikular dan inklusif, khususnya Yesus bukan satu-satunya jalan keselamatan, keselamatan ada pada agama-agama lain, di luar Alkitab ada Firman Allah, dan doktrin-doktrin soteriologi kristologi lainnya. Dan apa yang dilakukan oleh Th. Sumartana didukung oleh Ioanes Rakhmat, seorang pluralis, yang banyak nampak banyak dipengaruhi oleh pemikiran Knitter dan Panikkar. Jadi, dialog Islam - Kristen tidak saja diwakili oleh para teolog Kristen berposisi particular, tetapi juga para teolog berposisi pluralis.
Penulis melihat pentingnya dialog agama didominasi oleh partikular. Untuk itu penulis, yang berposisi sebagai partikular, menawarkan dialog agama-agama dengan konsep "Dialog Kebenaran Agaphe". Di mana dialog "Kebenaran Agaphe" adalah dialog yang tidak kompromis bila berbicara mengenai doktrin keselamatan, otoritas Alkitab, dan kanon tertutup, tetapi dialog yang kompromis bila berbicara untuk melakukan hal-hal yang baik - menolong orang miskin, menjadi warga negara yang baik, membangun moral negara, ikut berperang bila negara memintanya, menjaga keamanan lingkungan, menjaga kebersihan lingkungan, dan sebagainya asalkan Alkitabiah.