Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 16 No. 1 Tahun 2001 >  MEMBANGUN SEBUAH "THEOLOGY OF RELIGIONS" INJILI YANG NON PLURALISTIK: APAKAH MUNGKIN > 
BERANIKAH KITA MENGHAKIMI TOKOH-TOKOH PL INI SEBAGAI ORANG YANG BERADA DI LUAR KESELAMATAN ALLAH? 

Kalau dalam PL keuniversalan kasih Allah telah dinyatakan, maka dalam PB hal ini semakin nyata. Keempat Injil mewartakan secara harmonis tentang hal ini. Ajaran dan teladan hidup Yesus dalam keempat Injil merefleksikan secara transparan kasih karunia Allah yang tidak terbatas kepada umat manusia, entah orang itu adalah pemungut cukai (Luk 18:9-14; 19:1-10), pelacur (7:36-50), tentara Romawi (Mat 8:5-13), anak durhaka (Luk 15:11-32), orang-orang non Yahudi (Yoh 4:1-26, Mat 15:21-28) atau perampok yang tengah menjalani eksekusi bersama Yesus (Luk 23:39-43).

Perumpamaan-perumpamaan Yesus yang diceritakan dalam berbagai konteks juga menegaskan keuniversalan kasih Allah yang inklusif. Tiga perumpamaan bertopik "hilang dan ditemukan" dalam Luk 15 menunjukkan betapa Allah berinisiatif dan mencari umat manusia yang telah berdosa dan jauh dari diri-Nya. Dalam perumpamaan tentang penghakiman terakhir (Mat 25:31-46) kita melihat fakta keheranan besar dalam diri orang-orang yang dipuji telah berbuat kebaikan-kebaikan terhadap "sang Raja" dan diterima dalam kerajaan-Nya padahal mereka tidak merasa melakukan hal-hal itu ketika di dunia. Hal ini mengindikasikan keluasan kasih karunia Allah yang menjangkau umat manusia, sekalipun mereka tidak menyadari kesalehannya (dan memang seorang yang memiliki iman sejati tidak akan membanggakan atau memegahkan spiritualitasnya).

Tulisan-tulisan PB yang lain juga tidak kurang dalam memberi kesaksian tentang keluasan kasih Allah tersebut. Kisah Rasul mencatat pengakuan jujur Petrus dalam kaitan dengan kisah Kornelius "Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang [no partiality -- NRSV]. Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya." (Kis 10:34-35). Sementara itu ketika Paulus di Listra, ia pernah berkhotbah demikian: "Pada generasi-generasi yang lalu, Dia [Allah] telah membiarkan seluruh bangsa mengikuti cara-cara mereka sendiri; namun Dia tidak meninggalkan diri-Nya sendiri tanpa seorang saksi [without a witness]..." (Luk 14:16-17).

Dalam surat-suratnya, Paulus jelas memiliki pemahaman yang seimbang antara partikularitas dan universalitas kasih Allah. Dari satu sisi surat-suratnya mengandung banyak acuan pada partikularitas keselamatan dalam Yesus, namun demikian Paulus tidak kehilangan visi keuniversalan kasih Allah kepada umat manusia. Surat Roma, yang banyak dipahami kalangan Kristen secara pesimistik, juga memancarkan aspek generositas kasih Allah. Paulus mengatakan bahwa Allah telah menyatakan kuasa dan keilahian-Nya kepada seluruh umat manusia (Rm 1:19-20). Dalam Rm 2:14-16 dia menunjukkan bahwa Allah telah menyatakan hukum moralnya kepada setiap orang dan menuliskannya pada hati mereka. Ini berimplikasi bahwa umat manusia memiliki percikan terang Allah secara personal dan mampu mengetahui hal itu. Pinnock memberikan penjelasan yang bagus untuk hal ini.

"It is not a negative thing to say that everyone in the whole world has access to God's truth, whether they know about Jesus or not. Granted, Paul is stressing the failure of sinners to respond to God in order to show why Jesus had to come. He is insisting that humanity cannot save itself apart from the work of God in redemption. But it is wrong to read into his words in Romans the idea that he is denying that many Jews and Gentiles in the past have responded positively to God on the basis of this light. ...1568

Dalam Kol 1:15-16 kita menemukan basis ajaran Kristus Kosmik (akan dibahas dalam bagian berikut) Dan akhirnya, dalam kitab Wahyu kita juga menemukan beberapa alusi atau acuan tentang "the wideness of God's salvation" (Why 15:4; 21:24-26)



TIP #10: Klik ikon untuk merubah tampilan teks alkitab menjadi per baris atau paragraf. [SEMUA]
dibuat dalam 0.08 detik
dipersembahkan oleh YLSA