Kaum Injili sejak dulu selalu dikenal sebagai pihak yang selalu terlambat satu langkah dalam mencermati dan menanggapi tren-tren baru dalam dunia teologia.1563 Ketika suatu inovasi teologis terjadi; biasanya dilakukan oleh kalangan Kristen yang oleh mereka diberi label sebagai "kaum liberal," atau "golongan ekumenikal." Kalangan Injili secara tradisional akan menanggapinya secara negatif. Reaksi awal biasanya adalah memberi cap "tidak alkitabiah" atau melontarkan konklusi prematur "membahayakan dan mengancam iman Kristen." Contohnya, ketika kalangan Kristen tertentu memperkenalkan metode kritik bentuk (form criticism) dan kritik redaksi (redaction criticism) terhadap Alkitab, dengan cepat kaum Injili mengeluarkan "fatwa" yang mengharamkan metode-metode baru dalam ilmu tafsir itu. Hal lainnya, ketika pandangan inklusivistik dan pluralistik dalam konteks relasi Kristen terhadap agama-agama lain diluncurkan oleh para pendukungnya seperti Karl Rahner, John Hick, Paul Knitter, Stanley J. Samartha -- di mana salah satu pemicunya justru adalah posisi ekslusivistik kalangan Injili yang sangat rigid segera saja para teolog Injili yang memegang teguh pakem ekslusivistik bernuansa doktrin manusia dan keselamatan yang pesimistik negativistik menampiknya mentah-mentah tanpa melakukan studi yang memadai. Hal ini terbukti ketika pluralisme agama menjadi salah satu subyek primadona dalam topik diskusi teologia dalam dua puluh lima tahun terakhir ini, para pelaku utamanya kebanyakan berasal dari kalangan Kristen non Injili. Banyak buku tentang pluralisme agama-agama yang ditulis oleh kalangan Katolik dan "mainline" Protestan.
Realita ini harus ditangkap dan ditanggapi secara serius oleh para teolog dan akademikus dari kalangan Injili. Alasannya sangat jelas. Kita hidup dalam era globalisasi sekaligus pluralisme dalam berbagai bentuknya, termasuk pluralisme agama. Di dalam era ini, umat Kristen secara langsung bersentuhan dan berinteraksi secara multidimensional dan langsung dengan berbagai insan pemeluk agama-agama besar lain (yang telah mengembangkan dan memiliki sistem teologia dan struktur organisasi yang sistematis dan canggih). Memberi label agama-agama dunia sebagai "inferior,""hasil karya manusia belaka," atau bahkan "bersifat demonik" seperti pernah dilakukan oleh para misionari (teolog barat) masa lalu merupakan pendekatan yang simplisistik, tidak strategis, kontra produktif dan tidak profitabel. Kalangan Kristen Injili perlu secara serius mencermati dan mengantisipasi hal ini secara tepat dan benar. Tepat dalam arti bahwa kita perlu memiliki teologia agama-agama dunia yang kondusif bagi diri kita. Teologia yang mampu membuat kita memahami serta merespons agama-agama lain secara obyektif dan penuh respek sebagai sistem-sistem yang sederajat. Benar dalam arti bahwa kita tidak akan sejengkal pun mengkompromikan inti (core) dan pokok-pokok utama iman kita. "Tepat benar" tidak berarti kita lalu menjadi kaku, dogmatik, dan tidak kreatif.
Tulisan ini bermaksud memberikan beberapa percikan pemikiran berkaitan dengan asumsi perlunya kalangan Kristen Injili membangun teologia agama-agama dunia yang user friendly, yang memampukan kita berdialog dan berinteraksi secara kreatif tanpa jatuh ke dalam posisi pluralistik religius yang kompromistik dan relativistik. Beberapa pokok bahasan yang diketengahkan dalam tulisan ini mungkin akan merupakan shock therapy bagi sebagian kalangan Injili karena merupakan hal-hal baru dan kontroversial; yang memaksa kita secara kritis mengevaluasi secara analitik beberapa pandangan teologis kita yang telah mapan. Kemapanan tidak ekuivalen dengan kebenaran dan kondisi yang tidak bisa dievaluasi, di inovasi dan dikembangkan. Teologia, betapapun mapan dan canggihnya, tetaplah produk manusia yang terbuka untuk ditinjau kembali sejalan dengan perkembangan zaman. Teologia pada hakekatnya adalah tradisi. Tradisi tidak absolut dan selalu bisa berubah. Memutlakkan teologia berarti mengangkatnya sampai level yang setara dengan Alkitab. Bila hal ini terjadi, bukankah hal ini merupakan penyangkalan terhadap prinsip Sola Scriptura yang kita anut.


untuk membuka halaman teks alkitab saja. [