Pertanyaan: 579. Dapatkah Kejadian Abraham Berbohong Dijelaskan? (Kej. 12:11-13)
Kita tidak boleh berpikir bahwa semua yang dicatat dalam Alkitab tentang perbuatan orang baik semuanya baik. Abraham hanyalah manusia biasa, dan memiliki kelemahan manusiawi. Alkitab, yang jujur, mencatat baik dan buruk dalam seorang manusia. Abraham tidak berhasil selalu setia. Dia tidak percaya kepada Allah sejauh dia bisa melindungi dirinya dan Sarah dari bahaya yang akan dihadapi di antara orang-orang Mesir. Jadi dia mencoba untuk menyamar istrinya sebagai saudarinya, dengan harapan mengurangi risiko agar dia hanya dikurung sementara di harem. Keinginannya tampaknya hanya untuk mendapatkan waktu agar dia bisa mengambil langkah-langkah untuk mengamankan kembalinya. Komentar Pembicara ini menyimpulkan: Kita melihat dalam perilaku Abraham sebuah contoh seseorang yang dipengaruhi oleh perasaan religius yang mendalam dan iman yang benar kepada Allah, tetapi dengan hati nurani yang belum sepenuhnya tercerahkan tentang banyak kewajiban moral, dan ketika mengandalkan pemahamannya sendiri, dia jatuh ke dalam kesalahan dan dosa besar. Dalam kesulitan praktis ini, iman Abraham gagal. Dia kembali kepada cara-cara licik dan kehilangan kepercayaannya. Orang yang sadar berada dalam tangan Tuhan tidak perlu merencanakan dan merancang, tidak perlu berpikir dan berbelit-belit, dia hanya perlu mengikuti petunjuk ilahi dengan keyakinan akan keselamatan yang sempurna.
Question: 579. Can the Incident of Abraham's Prevarication Be Explained? (Gen. 12:11-13)
We must not think that all that the Bible records of the doings of good men must all be good. Abraham was only human, after all, and had human failings. Scripture, being truthful, records the bad in a man with the good. Abraham did not succeed in being always faithful. He did not trust God to the extent that he could preserve both himself and Sarah from the perils to be met among the Egyptians. So he hit upon a scheme of passing off his wife as his sister, thereby endeavoring to run the lesser risk of having her merely confined for a time in a harem. His desire seems to have been intended merely to gain time during which he might take measures for securing her return to him. The Speaker's Commentary draws this conclusion: "We see in the conduct of Abraham an instance of one under the influence of deep religious feeling and true faith in God but yet with a conscience imperfectly enlightened as to many moral duties, and when leaning to his own understanding suffered to fall into great error and sin. In this practical difficulty Abraham's faith failed. He fell back upon devices and lost his trust. The man who is consciously in divine hands need not plan and plot, need not devise and equivocate, he may simply follow the divine lead with assurance of perfect safety."