Yeremia 9:2-6
Konteks9:2 Ah, seandainya aku mempunyai sebuah gubuk tempat menginap di padang gurun, maka aku akan pergi meninggalkan bangsaku karena mereka semua adalah pezinah dan pengkhianat. 1 9:3 "Mereka melenturkan lidah seperti melenturkan busur, untuk menembakkan anak-anak panah kedustaan. Mereka tidak peduli akan kebenaran; kejahatan mereka merajalela. Mereka tidak mempedulikan Aku." (Demikianlah firman TUHAN). 1 9:4 Hati-hati terhadap sesamamu! Hati-hatilah terhadap saudaramu! Semua orang berbuat curang seorang terhadap yang lain, dan menyebarkan fitnah. 1 9:5 Dengan lidah yang terlatih mereka saling membohongi dan menipu; tidak jemu-jemunya mereka berbuat dosa. 1 9:6 "Mereka menumpuk kejahatan di atas kejahatan, dusta di atas dusta, dan sama sekali tidak mau datang kepada-Ku." Demikianlah firman TUHAN. 1
Yeremia 9:8
Konteks9:8 Karena lidah mereka mengandung dusta seperti anak panah beracun. Mereka berbicara manis kepada sesamanya sementara membuat rencana untuk membunuh mereka. 2


Nas : Yer 9:1-26
Yeremia terus mengungkapkan kepedihannya atas umat Allah yang memberontak serta penolakan mereka untuk bertobat dan dengannya lolos dari kemusnahan yang akan datang. Ia ingin menangis, tetapi kesedihannya terlalu dalam untuk air mata. Teriakan tentang kutukan, tuduhan bersalah, dan peringatan tentang hukuman yang tidak terelakkan diselang-selingi sepanjang pasal ini. Yeremia sering kali disebut "nabi yang menangis" (bd. Yer 14:17), ia menangis siang dan malam untuk umat yang terlalu keras hati sehingga tidak menyadari dekatnya malapetaka mereka; karena perasaan sedih yang amat hebat, secara tradisional Yeremia dianggap penulis kitab Ratapan
(lih.
Nas : Yer 9:1-26
Yeremia terus mengungkapkan kepedihannya atas umat Allah yang memberontak serta penolakan mereka untuk bertobat dan dengannya lolos dari kemusnahan yang akan datang. Ia ingin menangis, tetapi kesedihannya terlalu dalam untuk air mata. Teriakan tentang kutukan, tuduhan bersalah, dan peringatan tentang hukuman yang tidak terelakkan diselang-selingi sepanjang pasal ini. Yeremia sering kali disebut "nabi yang menangis" (bd. Yer 14:17), ia menangis siang dan malam untuk umat yang terlalu keras hati sehingga tidak menyadari dekatnya malapetaka mereka; karena perasaan sedih yang amat hebat, secara tradisional Yeremia dianggap penulis kitab Ratapan
(lih.