Ayub 23:2-7

23:2 "Keluh-kesahku saat ini masih terasa sangat pahit, dan hukuman yang menimpa aku terasa makin berat menekan diriku sehingga aku mengerang. 23:3 Ah, kalau saja aku tahu di mana mendapatkan Allah -- kalau saja aku dapat menghampiri takhta-Nya dan berbicara dengan Dia di situ. ¹ 23:4 Aku akan mengemukakan perkaraku kepada-Nya dan mengajukan pembelaanku, maka aku akan mendengar jawaban-Nya serta mengerti kehendak-Nya. 23:5 (23-4) 23:6 Apakah Ia akan meremehkan aku karena Ia mahakuasa? Tidak, pasti Ia akan mendengarkan dengan penuh perhatian. 23:7 Di situ orang yang lurus hati dapat menyatakan pembelaannya kepada-Nya, dan aku akan dibebaskan oleh Hakimku itu untuk selama-lamanya.

[23:3]   ¹ Full Life

Nas : Ayub 23:3

Sepanjang pengalaman penderitaan Ayub, kerinduannya yang terbesar adalah akan kehadiran Tuhan.

1. 1) Ia jarang menyebutkan kehilangan kekayaan; ia hampir tidak menyinggung kesedihannya yang mendalam atas kehilangan semua anaknya; kehilangan kehadiran Allahlah yang diratapinya. Di tengah segala kesengsaraannya ia ingin bertemu dengan Allah dan berhubungan dengan Dia lagi (bd. Ayub 13:24; 16:19-21; 29:2-5).
2. 2) Kerinduan akan Allah semacam ini seharusnya menjadi ciri khas semua orang percaya sejati. "Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?" (Mazm 42:2-3). Kemudian, "Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair" (Mazm 63:2).