Pengkhotbah 2:24
Konteks2:24 Tak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada makan dan minum z dan bersenang-senang dalam jerih payahnya. a Aku menyadari bahwa inipun dari tangan Allah 1 . b
Pengkhotbah 2:1
KonteksHikmat dan kebodohan adalah hal yang sia-sia
2:1 Aku berkata dalam hati: "Mari, aku hendak menguji kegirangan! w  Nikmatilah kesenangan! Tetapi lihat, juga itupun sia-sia 2 ."
                                             	                			                		   	                         	                                                                                                                                                                                                                                                                      Pengkhotbah 1:18
Konteks1:18 karena di dalam banyak hikmat ada banyak susah hati, u dan siapa memperbanyak pengetahuan, memperbanyak kesedihan. v
Pengkhotbah 1:1
KonteksSegala sesuatu sia-sia
1:1 Inilah perkataan Pengkhotbah, a  anak Daud, raja di Yerusalem. b 
                                             	                			                                                                                                        [2:24] 1 Full Life : DARI TANGAN ALLAH.
Nas : Pengkh 2:24-26
Penulis mencapai dua kesimpulan:
- 1) Makan, minum, dan bekerja -- sebenarnya, semua kegiatan dalam hidup -- dapat memuaskan hanya apabila orang itu memiliki hubungan pribadi dengan Allah. Hanya Dialah yang memungkinkan kita menemui kenikmatan dalam hidup ini.
 - 2) Allah memberikan hikmat, pengetahuan, dan sukacita sejati kepada
   mereka yang di dalam iman berkenan kepada-Nya (bd. Pengkh 3:12-13,22;
   Pengkh 5:18-20; 8:15; 9:7). Jadi, kita harus memandang hidup ini
   sebagai pemberian dari Allah dan mengharapkan bahwa Ia akan melaksanakan
   maksud-Nya bagi kita
          
(lihat cat. --> Fili 2:13).
[atau ref. Fili 2:13]
 
[2:1] 2 Full Life : KESENANGAN ... ITU PUN SIA-SIA.
Nas : Pengkh 2:1-11
Salomo menceritakan bagaimana ia telah mencoba kesenangan, kekayaan, dan kenikmatan budaya dalam usaha menemukan kepuasan dan hidup yang menyenangkan; namun semua ini tidak menghasilkan kebahagiaan sejati -- hidup masih tidak memuaskan (ayat Pengkh 2:11). Kita hanya dapat menemukan sejahtera, kepuasan, dan sukacita abadi apabila mencari kebahagiaan dalam Allah dan kehendak-Nya.





