Dunia yang Mengamati
Topik : -Nats : Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!" (Kisah 7:60)
Bacaan : Kisah 7:51-8:2
Kita tidak harus selalu berada dalam situasi ideal untuk dapat menjadi saksi Kristus yang berhasil. Bahkan kehendak Allah tidak pernah terhalang oleh adanya berbagai kesukaran yang kita alami.
Stefanus adalah seorang saksi yang penuh kuasa sekalipun berada dalam situasi yang jauh dari ideal. Ia difitnah dan ditangkap (Kisah 6:8-15). Setelah mendengarkan pembelaan Stefanus yang panjang lebar, para pemimpin agama yang dipenuhi amarah itu menolak perkataan Stefanus, menyeretnya ke luar kota dan melemparinya dengan batu (7:1-53).
Itukah akhir kesaksian Stefanus? Tidak! Penyerahan dirinya yang penuh kerendahan hati untuk mati sebagai seorang martir dan doanya yang sama dengan doa Kristus ketika memohon agar Allah mengampuni para pembunuhnya, menjadi kesaksian yang luar biasa dari kehidupan Stefanus (7:54-60).
Namun, bagaimana hubungan kemartiran Stefanus dengan kehidupan kita sehari-hari? Dalam bukunya Life-Style Evangelism (Pewartaan Melalui Gaya Hidup), Joseph Aldrich menulis, "Ketika seorang non-Kristen mengamati umat Kristen dalam menanggapi tekanan dan penderitaan dengan reaksi yang dipimpin Roh, berarti ia melihat Allah bekerja dalam kehidupan manusia. Tanggapan Stefanus terhadap perajaman yang dilakukan atas dirinya menarik perhatian seseorang bernama Saulus! "Beberapa waktu kemudian Saulus menjadi pengikut setia dari Tuhannya Stefanus (Kisah 9-28).
Daripada berdoa meminta Allah mengangkat kesulitan-kesulitan kita supaya dapat bersaksi dengan lebih baik, marilah kita berdoa agar kita dapat bersaksi lebih baik melalui kesulitan-kesulitan itu. Siapa tahu, ada seorang "Saulus" lain yang sedang mengamati kita [JEY]
We often think that if life were smooth
We would a better witness be;
But God knows best--that faith mid trials
Can honor Him more powerfully. --Cetas