Terang Dalam Kegelapan
Topik : -Nats : Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku (1Raja-raja 19:4)
Bacaan : 1Raja-raja 19:1-18
Orang-orang Kristen yang sedang melalui "lorong gelap depresi" cenderung memusatkan perhatian pada dosa, kelemahan dan kegagalan, sehingga mereka merasa ingin mati saja. Namun Allah dapat menggunakan saat-saat seperti itu untuk membuat mereka lebih menyadari anugerah-Nya yang tak berkesudahan.
Pada tahun 1964, Alan Redpath, mantan pendeta Gereja Moody di Chicago, tenggelam dalam kesedihan yang amat dalam akibat stroke yang hampir berakibat fatal. Dalam tulisannya di kemudian hari ia mengaku bahwa ia pernah mempunyai pikiran yang sangat buruk. "Oh Tuhan," doanya, "Bawalah saya pulang sekarang juga!" Saat itulah ia merasa Tuhan berkata, "Inilah Aku, Juruselamatmu, yang telah memberikan pengalaman ini dalam hidupmu untuk menunjukkan bahwa engkau -- dengan segala pikiran yang berdosa dan pencobaan yang kau anggap masa lalu--tetap harus menanggungnya, tetapi demi kemuliaan-Ku."
Pengalaman Redpath mengingatkan saya pada Nabi Elia. Ia juga ingin mati. Ia berseru, "Ya TUHAN, ambillah nyawaku!" (1Raja-raja 19:4). Meskipun Elia telah dipakai Allah secara luar biasa, ia masih perlu diingatkan akan anugerah Allah yang tiada henti. Depresi, yang dalam kisah Elia diakibatkan oleh kelelahan fisik dan emosi, menjadi cermin kebenaran Allah bagi dirinya untuk melihat kembali terang anugerah-Nya yang ajaib. Tak ada malam yang paling gelap yang tidak dapat diterangi oleh terang itu [DJD]
Though tempted and sadly discouraged,
My soul to this refuge will flee
And rest in this blessed assurance:
"My grace is sufficient for thee." --Anon.