tradisi

Banyak penelitian ilmiah PL dan PB pada abad ke-20 mempelajari konteks sosial di mana cerita-cerita (Alkitab) itu diteruskan secara lisan, sebelum kemudian dituliskan. Suatu *persekutuan atau bangsa dalam perubahan menyesuaikan praktik keagamaannya dengan keadaan yang berubah-ubah dan para peneliti mempunyai perhatian untuk mengetahui yang ada di balik sumber-sumber tulisan dari *Pentateukh misalnya. Dengan demikian, mereka mengenali proses yang terjadi sampai bentuk tertulisnya. Maka diperhatikanlah kehidupan dan tujuan-tujuan daripada para editor Imamat yang daripadanya lahir sumber *P (priestly) dari Pentateukh itu.

Dalam penelitian PB orang memperhatikan proses meneruskan bahan-bahan cerita seperti yang diangkat oleh para *kritisi bentuk. Ada dua bagian penting dalam 1 Korintus (11:23-25 dan 15:3-5) di mana Paulus menyatakan bahwa apa yang ia sampaikan adalah yang dia sendiri terima dan teliti di Yerusalem. Tradisi mengenai *Ekaristi (Perjamuan Kudus) dan *kebangkitan yang Paulus sampaikan berasal dari waktu pra-Paulus -- waktu yang pendek antara *penyaliban Yesus dan kunjungan Paulus yang pertama kepada para pemimpin Gereja di Yerusalem (Gal. 1:18). Paulus menyatakan bahwa ia menerima warisan (tradisi) itu 'dari Tuhan', yang dapat berarti melalui *penyataan langsung, seperti pada peristiwa di jalan ke Damsyik, atau yang lebih mungkin, dari Tuhan sebagai sumber tradisi yang diteruskan oleh suatu rantai dari orang-orang percaya.

Dalam teologi Katolik Roma, 'tradisi' seperti ditentukan dalam Konsili Trente tahun 1546, yang mempunyai arti khusus sebagai suatu kesatuan kepercayaan yang sama wibawanya dengan Kitab Suci. Tradisi dalam anti itu dimengerti sebagai berisikan ajaran dari Yesus kepada para rasul selama 40 hari setelah kebangkitan-Nya (Kis. 1:3). Namun, beberapa teolog Katolik mengerti tradisi itu sebagai interpretasi yang berkesinambungan dalam Gereja, tentang penyataan (ilahi) itu, yang secara eksplisit atau implisit ada dalam Kitab Suci.