Sabat [haag]
Sabat.
Hari ketujuh dalam minggu.
- (1) Asal-usul. Perihal etimologi kata tersebut tidak dapat diperoleh penjelasan yang tepat. Banyak para penyelidik ahli menyimpulkan ~S itu dari kata kerja "syabat" (: berhenti dari sesuatu; Yos 5:12; Neh 6:3; Ayub 32:1; Yes 24:8 dbtl.). Penyelidik ahli yang lain menghubungkannya dengan kata "syeba" (: tujuh) karena ritme 7 hari yang keras dari pada ~S itu. Di samping itu terdapatlah kesamaan yang menonjol sekali antara ~S dengan kata bahasa Akad "syapattu" (hari ketujuh yang kedua?). Dalam kenyataannya juga terbukti dari tanggalan Mesopotamia, bahwa dalam batas-batas tertentu periode tujuh hari itu juga dikenal di Mesopotamia. Berlawanan dengan ~S di dalam Alkitab, hari-hari tersebut tidak menjadi hari istirahat yang mengandung sifat pesta, melainkan merupakan hari-hari sial (: dies nefasti). Barangkali hari ~S pada zaman pengembangan Isr. dijatuhkan pada hari yang sama dalam tahap bulan (bdk.: paralelisme ~S dengan perayaan bulan baru di dalam 2Raj 4:23; Yes 1:13; Yeh 46:1 dan lain-lain), tetapi dalam peralihan menuju bentuk hidup agraris tidak digantungkan lagi padanya (menurut Kel 23:12 sebelum zaman para raja).
- (2) Hukum -- dan pelaksanaan Sabat. Semua Kitab Hukum PL mewajibkan, agar ~S dirayakan dengan menghentikan pekerjaan harian. Peraturan ~S yang tertua (Kel 23:12) mendasarkan larangan bekerja pada pertimbangan manusiawi: Istirahat bagi manusia dan hewan. Di samping itu Ul 5:15 menghubungkan perayaan S dengan keluaran mereka dari Mesir. Pada zaman pembuangan itu bangsa Yahudi mulai menganggap ~S, - di samping ---> sunat -, sebagai "tanda" yang membuat Isr. berbeda dari bangsa-bangsa lain (Kel 31:13-17; Yeh 20:12,20). Hari ~S itu kudus dan kekudusannya dilanggar dengan bekerja (Kel 20:8-11 dalam hubungannya dengan Kej 1:1-2:4). Pada waktu sebelum pembuangan ~S diperingati dalam suasana meriah-gembira -- orang mengunjungi kenisah (Yes 1:12-13) dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada para nabi (2Raj 4:23) -- sedangkan Nehemia pada waktu setelah pembuangan (2Raj 13:15-22) harus menjamin ketenangan ~S dengan paksa. Sejak saat itu semakin timbul kepentingan ~S (Yes 56:2-6; Yer 17:24-27). Pada zaman Makabe orang-orang Yahudi membiarkan dirinya dibunuh musuh tanpa mengadakan perlawanan, agar tidak melanggar ketenangan~S dengan berperang (1Mak 2:37-38; 2Mak 6:11; 2Mak 15:1-2). Tulisan-tulisan para rabi mewakili pandangan keras tentang istirahat ~S secara keterlaluan. Peraturan-peraturan kasuistik yang sangat rumit membuat ~S menjadi beban (bdk.: Yub 2:17-33; 50:6-13). Ada 39 perbuatan terlarang, antara lain: memetik benda-benda (Mat 12:2) dan mengangkut beban (Yoh 5:10). Seorang tabib hanya diijinkan menolong orang yang berada dalam bahaya maut (oleh karenanya timbul perlawanan keras atas penyembuhan-penyembuhan yang dibuat oleh Yesus: Mark 3:1-5 dsj; Yoh 5:1-16 dbtl.). ~S itu dipandang di Kumran sebagai waktu khusus untuk berdoa. Tentu saja aturan di situ juga keras (Misalnya: orang tidak diijinkan berjalan ke luar kota lebih dari 1000 el (: perjalanan untuk sabat), membebaskan ternak dari lubang (bdk.: Luk 14:5), atau membicarakan pekerjaan hari berikut, tetapi di situ juga nampak adanya kecenderungan yang lebih lunak. -- Yesus bertolak dari dasar pandangan, bahwa ~S itu tidak mempunyai tujuan sendiri, melainkan harus menjadi bantuan untuk hidup (Mark 2:27). Beberapa kali Yesus memancing orang (: lawan-lawan) supaya mengadakan perdebatan soal ~S (Mat 12:10-14; Luk 13:10-17; Yoh 5:8-18). Yesus mengambil kebebasan untuk berbuat baik pada hari ~S atau menghapusnya sama sekali (Mark 2:28). Dari Mat 24:20 dapat ditarik kesimpulan, bahwa para orang Kristen pertama mengikuti wajib ~S seperti mereka juga mengikuti kebiasaan Yahudi lainnya (Kis 2:1,46; 3:1; 10:9). Paulus kelihatan tidak mewajibkan para Kristen asal kafir untuk merayakan hari ~S (Gal 4:9-10), tetapi ia tentukan untuk mengadakan upacara agama pada hari pertama dalam minggu Yahudi (Kis 20:7; 1Kor 16:2).
Sabat [kecil]
TB- Hari ketujuh, hari istirahat untuk orang Israel, berdasarkan Kel 20:8-11. Juga disebut tanda perjanjian Tuhan (Kel 31:12-17).
BIS- Hari ketujuh menurut penanggalan bangsa Yahudi. Hari ini adalah hari istirahat yang suci; pada hari ini tidak seorang pun boleh bekerja. Hari orang Yahudi mulai pada saat matahari terbenam.
SABAT [browning]
Kata yang berarti penghentian (kerja). Jadi, hari perhentian kerja yang sangat penting bagi kehidupan orang Israel, dikukuhkan oleh perhentian kerja Allah sendiri dalam karya *penciptaan (Kej. 2:1-3) dan diterima demikian dalam semua bagian Alkitab PL (walaupun tidak disebut-sebut dalam sastra kebijaksanaan). Perundang-undangan Sabat digariskan di Kel. 20:8-11; 31:12-17; 34:21; Ul. 5:12-15. Sabat adalah hari kesukaan (Hos. 2:11) dan untuk pergi ke Bait Allah (Yes. 1:13).
Sebelum masa pembuangan disiplin Sabat belum mutlak dan dicatat (2Raj. 11:5-9), bahwa Atalya ditangkap dan dibunuh pada hari Sabat. Memang peraturan-peraturannya tidak mungkin berasal dari zaman Musa, karena mengandaikan suatu masyarakat pertanian, dan bukan suatu kumpulan suku pengembara yang berlainan-lainan. Nabi-nabi *Yeremia dan *Yehezkiel menuntut penekanan Sabat yang kuat (Yer. 17:19-27; Yeh. 20:11-24) dan merupakan satu segi penting dalam disiplin yang dibuat *Nehemia setelah kembali dari pembuangan (Neh. 13:15-23). Sejak zaman itu Sabat makin menjadi tanda nyata dari identitas nasional Israel. Semula dalam pemberontakan Makabe orang Yahudi memilih mati daripada berperang (1Mak. 2:38), tetapi mereka sadar apabila mereka berpegang pada ketentuan itu lebih lanjut mereka akan musnah (1Mak. 2:41), maka mereka memutuskan untuk membela diri pada hari Sabat.
Tahun Sabat diundangkan untuk tiap tahun ketujuh, pada waktu mana tanah harus tidak ditanami (Im. 16:31; 26:34, 43).
Yesus beribadah pada hari Sabat di dalam *sinagoga (Luk. 4:16). Tetapi, tradisi tentang sikap-Nya yang bertentangan dengan Sabat (Mrk. 2:28) dikaitkan dengan kepercayaan akan *kebangkitan-Nya pada hari ketiga (hari Minggu), menjadikan hari pertama ganti hari terakhir dalam sepekan sebagai hari ibadah Kristen (1Kor. 16:2).
Namun, dalam bahasa modern populer non-Yahudi, Sabat sering digunakan untuk hari Minggu daripada hari Sabtu.
SABAT [ensiklopedia]
(Ibrani syabbat, dari akar kata syavat, 'berhenti', 'melepaskan'). Alkitab menetapkan bahwa satu dari 7 hari harus diindahkan sebagai hari suci bagi Allah. Dari alasan yg dikemukakan untuk mengindahkan sabat dalam Kesepuluh Hukum, kita ketahui bahwa istirahat sabat itu ditetapkan sendiri oleh Allah saat penciptaan. Karena itu sabat adalah tata tertib penciptaan (Kel 20:8-11).
Dalam peristiwa penciptaan kata sabat tidak muncul. Tapi akar kata dari mana perkataan itu dijabarkan, ada (Kej 2:2). Karya penciptaan berlangsung 6 hari; pada hari ketujuh Allah istirahat (harfiah 'berhenti') dari pekerjaan-Nya. Dengan demikian timbul perbedaan antara 6 hari kerja dan 1 hari istirahat. Ini benar, walaupun 6 hari kerja itu dimengerti sebagai jangka waktu yg lebih panjang dari 24 jam. Bahasanya adalah bahasa manusiawi, karena Allah bukanlah Pekerja yg lelah, yg memerlukan istirahat. Namun pola itu ditetapkan di sini untuk diikuti oleh manusia.
Kel 20:11 menyatakan bahwa Allah 'beristirahat' (Ibrani wayyanakh) pada hari ketujuh, dan Kel 31:17 mengemukakan bahwa Ia berhenti dari pekerjaan-Nya dan 'disegarkan' (wayyinnafasy). Bahasanya sengaja bernada keras, agar manusia mengerti kepentingan memandang sabat sebagai hari di mana ia sendiri harus beristirahat dari pekerjaannya sehari-hari.
Bertentangan dengan uraian di atas, pendapat lain mengatakan bahwa sabat berasal dari Babel. Benar, kata Babel sabbatum berhubungan dengan kata Ibrani yg serupa, namun arti kedua kata itu sangat berbeda. Pertama, bagi orang Babel satu minggu adalah 5 hari. Penelitian atas tulisan-tulisan pada lempeng-lempeng batu mengungkapkan, bahwa hari-hari yg dinyatakan sebagai sabbatum bukanlah hari-hari berhenti kerja. Data-data perjanjian dari Mari (Tell el-Hariri) menunjukkan bahwa pekerjaan dilaksanakan kadang-kadang dalam jangka waktu beberapa hari lamanya, tanpa berhenti pada setiap hari ketujuh. Alkitab jelas mengaitkan asal mula sabat dengan contoh yg dilakukan Allah sendiri.
Hukum ke-4 memerintahkan untuk mengindahkan sabat. Kej tidak pernah menyebut sabat terpisah dari penciptaan. Namun ada singgungan tentang jangka waktu 7 hari (lih Kej 7:4, 10; 8:10, 12; 29:27 dab). Dapat dicatat kisah Ayub yg menceritakan 7 putranya mengadakan pesta masing-masing pada harinya sendiri-sendiri. Ini diiringi doa-doa dan korban-korban oleh Ayub demi anak-anak itu (Ayb 1:4, 5). Kegiatan ini bukan hanya satu kali dan tidak pernah terulang lagi, melainkan kegiatan yg dilakukan secara teratur. Hal ini mungkin merupakan petunjuk ibadah pada hari pertama dalam putaran suatu kurun hari. Setidak-tidaknya prinsip bahwa 1 hari dari 7 hari dikuduskan bagi Tuhan, nampaknya sudah diakui di sini.
Dalam Kel 16:21-30 disebut secara langsung tentang sabat yg dikaitkan dengan pemberian 'manna'. Sabat di sini dinyatakan sebagai anugerah Tuhan (ay 29), yg diperuntukkan bagi istirahat dan kepentingan umat (ay 30). Orang tidak usah bekerja pada hari sabat (yaitu untuk mengumpulkan manna) karena jatah ganda sudah disediakan pada hari ke-6.
Dengan demikian sabat dikenal oleh Israel, dan perintah untuk mengindahkannya wajib dimengerti. Dalam Kesepuluh Hukum dijelaskan bahwa sabat adalah milik Tuhan. Sebab itu pertama-tama sabat adalah hari-Nya, dan alasan dasar untuk mengindahkan sabat ialah bahwa hari itu adalah kepunyaan-Nya. Sabat adalah hari yg telah diberkati-Nya dan dikhususkan-Nya untuk peringatan. Ini tidak bertentangan dengan Kesepuluh Hukum yg dinyatakan dalam Ul 5:12 dab. Dalam bagian Alkitab ini umat diperintahkan untuk mengindahkan sabat dengan cara sebagaimana telah diperintahkan Tuhan (acuannya adalah Kel 20:8-11), dan bahwa sabat milik Tuhan dinyatakan lagi (ay 14). Namun suatu alasan tambahan bersifat imbuhan diberikan dalam pelaksanaan perintah itu. Israel diperintahkan mengindahkan sabat juga agar 'hambamu laki-laki dan hambamu perempuan dapat beristirahat sama seperti engkau'. Di sini kemanusiaan ditekankan; tapi di sini juga ditekankan bahwa sabat diadakan untuk manusia. Israel pernah menjadi budak di Mesir dan sudah dibebaskan; Israel harus menerapkan belas kasihan sabat terhadap orang-orang yg berada di bawah kekuasaan mereka, karena orang-orang itu adalah budak.
Dalam Kitab-kitab Pentateukh lainnya peraturan mengenai sabat dicatat. Menarik sekali bahwa acuan mengenai sabat ada dalam setiap kitab dari ke-4 kitab terakhir Pentateukh. Kej menyajikan tentang istirahat ilahi; ke-4 kitab lainnya menekankan tentang penetapan hari sabat. Hal ini menunjukkan pentingnya lembaga sabat itu. Peraturan mengenai sabat dapat dikatakan integral dan esensial bagi dasar hukum PL, yaitu Pentateukh (lih Kel 31:13-16; 34:21; 35:2 dab; Im 19:3, 30; 23:3, 38).
Terkait dengan ini muncullah pentingnya peraturan sabat berupa hukuman berat yg dikenakan terhadap orang yg mengingkari sabat. Ada seorang laki-laki mengumpulkan ranting-ranting kayu pada hari sabat. Untuk perbuatan ini pernyataan khusus dari Tuhan diundangkan, bahwa laki-laki itu harus dibunuh. (Lih J Weingreen, From Bible to Mishna, 1976, hlm 83 dst.) Dia menyangkal prinsip dasar sabat, yakni bahwa hari itu adalah milik Tuhan dan karenanya harus diindahkan sesuai perintah Tuhan (Bil 15:32-36).
Rumusan-rumusan para nabi didasarkan pada Pentateukh. 'Sabat' sering dihubungkan dengan 'bulan baru' (2 Raj 4:23; Am 8:5; Hos 2:11; Yes 1:13; Yeh 46:3). Apabila nabi-nabi seperti Hosea (Hos 2:11) menyebut hukuman ilahi terhadap bulan baru, sabat dan pesta lain, para nabi bukannya mengutuk begitu saja; mereka mengutuk penyalahgunaan sabat dan peraturan-peraturan Pentateukh lainnya.
Namun para nabi memang menunjuk kepada berkat-berkat yg menyertai perlakuan yg benar terhadap sabat. Ada orang yg mengotori sabat dan berbuat jahat pada hari itu (Yes 56:2-4), dan adalah keharusan menjauhi hal-hal demikian. Menurut suatu bagian yg dianggap klasik (Yes 58:13), Yesaya mengemukakan berkat-berkat yg menyertai perlakuan yg benar terhadap sabat. Hari itu bukanlah hari pada saat mana orang boleh berbuat apa saja menurut kemauannya, melainkan hari di mana ia harus melakukan kehendak Tuhan. Bukannya manusia, melainkan Tuhan-lah yg boleh menentukan bagaimana hari sabat harus diperlakukan. Mengakui bahwa hari itu suci bagi Tuhan akan membawa pengalaman yg sungguh-sungguh akan janji-janji-Nya.
Selama zaman Persia, mengindahkan sabat diberi penekanan lagi. Larangan kegiatan dagang pada hari Sabat (Am 8:5) dan mengangkut barang-barang pada hari Sabat (Yer 17:21 dab) yg telah diketahui sebelum Pembuangan, ditetapkan lagi oleh Nehemia (Neh 10:31; 13:15-22). Tapi selama masa antar Perjanjian, suatu perubahan terjadi perlahan-lahan terhadap pengertian mengenai maksud sabat. Di sinagoge-sinagoge hukum Taurat dipelajari pada hari sabat. Lama-kelamaan tradisi lisan berkembang di lingkungan masyarakat Yahudi, dan perhatian lebih dipusatkan kepada hal-hal kecil dalam memperingati hari itu.
Dua traktat dari Misyna, Shabbath dan Erubim, menyajikan ajaran tentang bagaimana sabat harus diperingati secara rinci. Rincian tata cara dan tradisi manusia yg menjadi beban atas perintah-perintah Allah -- itulah yg dikecam Tuhan Yesus. Kecaman-kecaman-Nya bukan ditujukan kepada lembaga sabat itu sendiri maupun ajaran PL. Tapi Ia menentang golongan Farisi yg telah menjadikan Firman Tuhan tidak berpengaruh akibat tradisi lisan yg membebani Firman itu. Kristus menyebut diriNya adalah Tuhan atas hari Sabat (Mrk 2:28). Dengan penyataan itu Ia bukannya meremehkan makna dan pentingnya sabat, dan sama sekali tidak menentang peraturan PL. Ia semata-mata menunjukkan arti sabat yg sesungguhnya bagi manusia, dan menyatakan hak-Nya untuk berbicara karena Ia sendiri adalah Tuhan dari sabat.
Sebagai Tuhan dari sabat, Yesus Kristus pergi ke sinagoge pada hari Sabat, sesuai kebiasaan-Nya (Luk 4:16). Cara-Nya memperingati sabat sesuai peraturan PL guna mengindahkan hari itu suci bagi Tuhan.
Dalam ketidaksetujuan-Nya dengan orang Farisi (Mat 12:1-14; Mrk 2:23-28; Luk 6:1-11) Tuhan Yesus menunjukkan kepada masyarakat Yahudi kesalahpahaman mereka mengenai perintah-perintah PL. Mereka telah membuat pengudusan sabat lebih keras daripada yg diperintahkan Allah sendiri. Tidak salah makan pada hari Sabat, sekalipun makanan itu harus didapat dengan memetik gandum di ladang. Juga tidak salah berbuat baik pada hari Sabat. Menyembuhkan adalah perbuatan belas kasihan, dan Tuhan dari hari Sabat itu penuh belas kasihan (lih juga Yoh 5:1-18; Luk 13:10-17; 14:1-6).
Pada hari pertama Tuhan bangkit dari kematian, justru orang Kristen berkumpul pada hari itu untuk beribadah kepada Kristus yg bangkit (Why 1:10). Hari ini adalah hari Tuhan, dan dengan demikian adalah sabat yg telah ditetapkan pada penciptaan.
KEPUSTAKAAN. J Orr, The Sabbath Scripturally and Practically Considered, 1886; N. H Snaith, The Jewish New Year Festival, 1947; J Murray, Principles of Conduct, 1957, hlm 30-35; W Rordorff, Sunday, 1968; F. N Lee, The Covenantal Sabbath, 1972; R. T Beckwith dan W Stott, This ia the Day, 1978; W Stott, NIDNTT 3, hlm 405-415; A Lamaire, RB 80, 1973, hlm 161-185; S Bacchiocchi, From Sabbath to Sunday: A Historical Investigation of the Rise of Sunday Observance in Early Christianity, 1977. EJY/FFB/S/HAO