MULIA, KEMULIAAN
MULIA, KEMULIAAN [ensiklopedia]
I. Dalam PL
'Kemuliaan' pada umumnya menerjemahkan kata Ibrani kavod, yg menjadi akar ide 'keakraban' dan dengan demikian mengacu kepada 'bobot' atau 'nilai'. Pemakaian kata itu berkaitan dengan manusia mengacu kepada kekayaan, kemegahan, atau reputasi (meskipun dlm pengertian terakhir kavod sering diterjemahkan 'kehormatan'). Kemuliaan Israel bukanlah bala tentaranya tapi Yahweh (Yer 2:11). Kata ini dapat juga berarti dini atau jiwa (Kej 49:6).
Konsep yg terpenting ialah kemuliaan Tuhan. Ini menunjukkan penyataan diri, sifat, dan kehadiran Allah kepada umat manusia, kadang-kadang dalam wujud jasmani.
Dalam Pentateukh kemuliaan Tuhan berjalan bersama umat-Nya keluar dari Mesir, nampak dalam awan yg memimpin mereka melalui padang gurun (Kel 16:7, 10). Awan itu berhenti di G Sinai, di mana Musa melihat kemuliaanNya (Kel 24:15-18), dan penglihatan tentang kemuliaanNya diberikan (Kel 34:5-8).
Kemuliaan Tuhan memenuhi Kemah Suci (Kel 40:34, 35) dan nampak khususnya pada saat penyerahan korban persembahan (Im 9:6, 23). Semua bagian peni penyataan kemuliaan Allah dikaitkan dengan 'petir dan guruh', tapi ada juga bagian Alkitab yg lebih menonjolkan sifat Yahweh yg harus diperkenalkan kepada seluruh bumi (Bil 14:21, 22).
Kitab-kitab sejarah menceritakan tentang Bait Allah sebagai tempat di mana kemuliaan Tuhan khususnya dapat ditemukan (1 Raj 8:11; 2 Taw 7:1-3).
Dalam kitab Nabi-nabi terdapat kedua konsep tentang kemuliaan Tuhan, baik konsep 'semi jasmaniah' seperti nampak dalam penglihatan Yehezkiel (Yeh 1:28, dab) maupun yg lebih batiniah (Yes 40:4, 5; 60:1-3 dab). Penglihatan Yesaya di Bait Allah nampaknya adalah gabungan kedua gagasan tersebut (Yes 6:1-4).
Demikian juga dapat ditemukan dalam Mzm berbagai acuan pada angin topan (Mzm 18; 29) dan juga gagasan tentang penampakan sifat Allah pada waktu yg akan datang kepada dunia (Mzm 57:11; 96:3).
Yudaisme memakai kata syekinah (asalnya sy-k-n, 'tinggal') sebagai ungkapan pengganti kemuliaan Allah. Khususnya diterapkan pada awan yg nampak di alas Kemah Suci di padang gurun. Kata itu menjadi sebutan bagi Allah sendiri, dengan tujuan menyingkirkan pikiran dan perasaan seperti manusia (antropomorfisme dan antropopatisme), yg tidak disukai oleh Yudaisme. Syekinah bersama Firman. Hikmat dan Roh, menjadi jembatan antara Allah yg supra kodrati dan manusia yg mempunyai tubuh, dan dengan demikian menjadi pra-dasar ajaran Kristologi.
II. Dalam PB
LXX menerjemahkan kavod dengan kata Yunani doxa. Dalam bh Yunani sekular doxa berarti 'pendapat' atau 'reputasi' (nama). Gagasan dahulu yg sama sekali hilang dari LXX dan Pty dan kata-kata yg seakar dengan kavod' juga diterjemahkan doxa.
Di tempat-tempat tertentu dalam PB doxa mengacu pada kehormatan manusia (Mat 4:8; 6:29), tapi penggunaannya yg utama adalah untuk menggambarkan penyataan sifat dan kehadiran Allah dalam Dini dan pekerjaan Yesus Kristus. Ia adalah cahaya kemuliaan Allah (Ibr 1:3).
Kemuliaan Allah dilihat oleh para gembala pada saat kelahiran Kristus (Luk 2:9, 14) dan oleh murid-murid Yesus melalui hidup inkarnasi-Nya (Yoh 1:14). Kemuliaan dinyatakan khususnya dalam semeia (tanda ajaib-Nya) (Yoh 2:11) dan pada peristiwa di atas gunung (Mat 17:1-8; Mrk 9:2-8; Luk 9:28-36). Hal terakhir merujuk pada peristiwa Musa naik ke G Sinai (Kel 24:15) dan nabi Elia ke G Horeb (1 Raj 19:8) dan penglihatan-penglihatan mereka akar kemuliaan Allah. Kini Kristus melihat dan memantulkan kemuliaan ilahi, tapi Kemah Suci tidak perlu didirikan karena Firman Allah sendiri telah mendirikan kemah-Nya dalam daging manusia Yesus (Yoh 1:14), dan kemuliaan-Nya akan lebih dinyatakan sepenuhnya pada kepergianNya yg akan digenapi-Nya di Yerusalem (Luk 9:31) dan akhirnya pada waktu Ia datang kembali (parousia).
Dalam Injil Yoh dikemukakan bahwa saat penyerahan diri Yesus untuk mati bagi orang banyak pada dasarnya adalah saat kemuliaan-Nya (Yoh 7:39; 12:23-28; 13:31; 17:5; bnd Ibr 2:9).
Kebangkitan dan kenaikan Yesus ke sorga juga dilihat sebagai manifestasi kemuliaan Allah dalam Kristus (Luk 24:26; Kis 3:13; 7:55; Rm 6:4; 1 Tim 3:16; 1 Ptr 1:21). Tapi di alas semuanya itu kemuliaan akan dinyatakan sepenuhnya pada parousia (Mrk 8:38; 13:26, dll).
Manusia, yg diciptakan menurut gambar dan kemuliaan Allah (1 Kor 11:7) untuk berhubungan dengan Dia, telah kehilangan kemuliaan Allah (Rm 3:23); hal yg telah dipenuhi hanya oleh Kristus, Adam yg kedua (Ibr 2:6-9).
Kemuliaan Allah yg nampak pada wajah Yesus Kristus masih harus dilihat dan dipantulkan oleh gereja (2 Kor 4:3-6). Itulah kemuliaan perjanjian baru (2 Kor 3:7-11), dan kemuliaan itu teristimewa dialami baik waktu kini (1 Ptr 4:14) maupun di waktu yg akan datang kelak (Rm 8:18) oleh mereka yg menderita bersama Kristus. Tujuan gereja adalah untuk membuat dunia mengakui kemuliaan itu yg adalah Kemuliaan Allah (Rm 15:9) dan yg diperlihatkan dalam perbuatan-perbuatan dan tindakan-tindakan-Nya (Kis 4:21), dalam murid-murid-Nya (1 Kor 6:20), dan terutama sekali di dalam AnakNya, Tuhan Kemuliaan (Rm 16:27).
KEPUSTAKAAN. A. M Ramsay, The Glory of God and the Transfiguration of Christ, 1949; A Richardson, An Introduction to the Theology of the New Testament, 1958, hlm 64 dst; C. H Dodd, The Interpretation of the Fourth Gospel, 1953, hlm 201 dst; S Aalen, NIDNTT 2, hlm 44-52; G Kittel, G yon Rad, T DNT 2, hlm 233-255. REN/JMP/HAO