Atena

Yunani

Strongs #116: Ayhnai Athenai

116 Athenai ath-ay-nahee

Strongs #117: Ayhnaiov Athenaios

117 Athenaios ath-ay-nah'-yos

[Barclay]

Strongs #116:

Strongs #117:

Ibu kota Atika, Yunani. Kira-kira pada waktu *Nehemia membangun kembali benteng Yerusalem, Atena, tiga mil dari Laut Aegea, menikmati kemakmuran yang tak ada bandingnya. Pemasukan dari wilayah jajahannya dan perusahaan-perusahaan komersial memungkinkan pembangunan bangunan-bangunan umum yang sangat megah. Parthenon yang memiliki dekorasi-dekorasi pualam, kini, secara kontroversial dipamerkan di British Museum, London. Socrates mengajar filsafat melalui percakapan di pasar-pasar, dan Sophocles memenangkan berbagai hadiah di dalam teater. Gengsi kultural Atena berlanjut hingga zaman *Agustus dan dominasi Romawi. Atena adalah kota universitas, tempat utama orang-orang Romawi mengirim anak-anaknya untuk memperoleh pendidikan, Kaisar Adrianus hidup di Atena dari tahun 123 hingga 126 M.

Di kota pelajar ini Paulus berbicara di atas bukit, yang disebut *Areopagus (Kis. 17:19, 22) dan penulis Kisah Para Rasul menangkap atmosfir ini dengan baik. Anggota-anggota majelis Areopagus tidak berniat menggerakkan kerusuhan; mereka menilai konteks pidato itu dengan sikap akademis, dan ada beberapa yang menjadi percaya (Kis. 17:34).

Disebut dalam Kis 17:15-34; 1 Tes 3:1. Setelah Roma menaklukkannya Atena menerima status sebagai civitas foederata, sama sekali bebas dari kuasa gubernur propinsi Akhaya. Tidak membayar pajak ke Roma dan mempunyai otonomi di bidang pengadilan intern. Dari ketiga kota universitas yg besar pada waktu itu, yaitu Atena, Tarsus dan Aleksandria, maka Atena adalah yg paling terkenal. Filo dari Aleksandria mengatakan bahwa orang Atena adalah yg paling tajam otaknya dari orang Yunani. Atena terkenal juga karena kuil-kuil, patung-patung dan tugu-tugunya. Pausanias menulis Description of Greece seabad sesudah kunjungan Paulus ke Atena, yg merupakan buku pedoman yg baik mengenai barang-barang kuno untuk para wisatawan. Walaupun orang Atena beragama dan berhasrat membahas agama, namun taraf kerohanian mereka tidak luar biasa tinggi. Apollonius, filsuf yg sezaman dengan Paulus, memarahi mereka karena tarian-tarian yg menimbulkan nafsu berahi pada pesta Dionisius, dan karena kesukaan mereka mengorbankan manusia dalam pertandingan. Menurut Filostratus, penulis riwayat hidup Apollonius, orang Atena pada abad pertama sangat senang menonton pertandingan tersebut daripada orang Korintus pada abad 3. DRH/NY WBS