: A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
Achish | Achor | Achsah | Achshaph | Achzib | Acts -- end | Adada | Adadah | Adah | Adaiah | Adalia
Daftar Isi
GAMBAR: Paulus
BIOTOKOH PB: PAULUS
ENSIKLOPEDIA: PAULUS
MYSABDA: Paulus Paulus
AI-PEDIA: Paulus

Acts -- end

Dalam versi-versi Alkitab:

Paulus: WBTCDR

Gambar

Paulus: selebihnya..
Topik: Appearance of Paul to St. Dominic; Barnabas and Paul Sent Off to Cyprus; Other Portraits of Paul; Paul and Silas in Prison; Paul and the Church; Paul and the False Apostles; Paul as a Writer and Correspondent; Paul before King Agrippa; Paul before the Sanhedrin; Paul Called by God; Paul in Rome; Paul in Various Compositions; Paul Is Arrested; Paul Wants to See the Thessalonians; Paul's Charge to Timothy; Paul's Joy; Paul's Speech and the Attempted Flogging; Paul's Sufferings; Paul's Vision and Thorn; Paul's Vision of the Macedonian; The Cooperation of Paul and Apollos; The Correspondence of Paul; The Death of Paul; The Plot to Kill Paul

PAULUS (Saulus) [biotokoh pb]

Disebut pertamaSaulus Kis 7:50, Paulus Kis 13:9
Namanya disebut180 X (Saulus 22 X / Paulus 158 X)
Kitab yang menyebut15 Kitab Kisah Para Rasul, Rama, 1 Korintus, 2 Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, I Tesalonika, 2 Tesalonika, I Timotius, 2 Timotius, Titus, Filemon dan Petrus.
PekerjaanTukang kemah dan rasul.
Tempat kelahiranKota Tarsus di Asia Kecil.(Kis 9:11; 22:3)
Keadaan kematianDibunuh dengan pedang.
Terakhir disebutSaulus Kis 26:14, Paulus 2 Pet 3:15
Fakta pentingDia adalah penginjil terbesar, Penanam Gereja, pemenang jiwa, dan seorang Teolog dari sejarah Gereja. Dia penulis 13 dari 27 Kitab Perjanjian Baru.
Ringkasan
  1. I. Latar belakangnya.
    1. A. Silsilah dan masa muda Kis 21:39; 22:3; 23:34; Rom 11:1 2 Kor 11: 22; Fil 3:4-5
      1. 1. Dia lahir dan dibesarkan di Tarsus di Kilikia; Kis 21:39
      2. 2. Dia adalah keturunan Benyamin; Rom 11:1
      3. 3. Dia adalah orang Ibrani; Fil 3:5
    2. B. Pendidikan.- Kis 22:3; 23:6; 26:4-5; Gal 1:13-14; Fil 3:5
      1. 1. Dia dididik di bawah pimpinan Gamaliel; Kis 22:3
      2. 2. Dia adalah Farisi dan keturunan Farisi; Kis 23:6
    3. C. Status politiknya.
    4. Dia adalah warganegara Romawi. Kis 16:37; 22:25-29
    5. D. Karakternya. Fil 3:6; 1Tim l:12-13; 2 Tim 1:3
      1. 1. Tentang agama ia tidak bercacat; Fil 3:6
      2. 2. Ia melakukan segala sesuatu dengan semangat tinggi
      3. 3. Karena kebodohan ia menyiksa gereja; Fil 3:6
      4. 4. Karena kebodohan, ia menyiksa gereja; 1Tim 1:13
    6. E. Penampilan pribadinya
      1. 1. Dia orangnya kecil,sesuai namanya Paulus artinya kecil.
      2. 2. Dia mempunyai kelemahan di matanya, seperti yang, tertulis di Galatia 4:15; 16:11. Tuhan berkata: "Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahan kuasaKu menjadi sempurna." 2 Kor 12:7-10 Paulus berkata: "Sebab jika aku lemah, maka aku kuat."
      3. 3. Ia bukan seorang yang tampan atau mengesankan; 2 Kor 10:7-10
      4. 4. Rupanya dia.bukanlah seorang yang fasih bicara; 2 Kor 10:10; 11:6
  2. II. Peperangan melawan gereja.
  3. Kis 7:57-58; 8:1-4; 22:4-5,19-20; 26:9-11; 1 Kor 15-9; Gal 1:13,22-24; Fil 3:6; 1 Tim 1: 3.
    1. A. Stefanus diseret ke luar kota, lalu dilemparinya. Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda bernama Saulus. Kis 7:57-58; 8:1-2; 22:20
    2. B. Dia membuat malapetaka pada gereja; Kis 8:3
    3. C. Dia memasuki rumah orang Kristen, dan menganiaya serta memenjarakannya; Kis 8:3
    4. D. Di berbagai kota ia memburu orang-orang Kristen untuk dibunuh; Kis 22:4
    5. E. Dia memasuki beberapa rumah ibadat, dan menangkapi orang-orang percaya dan memasukkan ke dalam penjara; Kis 22:19
    6. F. Dia menangkapi mereka untuk dihukum mati; Kis 26:10
    7. G. Dengan amarah yang meluap-luap, ia menangkapi dan menyiksa mereka dan memaksanya untuk menyangkali imannya. Dan mengejar-ngejar mereka sampai ke kota-kota asing; Kis 26:11
    8. H. Hidupnya dalam agama Yahudi; tanpa batas ia menganiaya Jemaat Allah dan berusaha membinasakannya. Gal 1:13
PERTOBATAN PAULUS
  1. I. Penglihatan dari Anak Allah. Kis 9:3-9; 22:6-11; 26:1-18
    1. A. Apa yang ia lihat? Cahaya yang memancar dari langit yang menyilaukan, lebih dari terangnya matahari, mengelilingi aku." Kis 9:3; 22:6; 26:13
    2. B. Apa yang ia dengar?
      1. 1. Yesus berkata:"Akulah Yesus yang kau aniaya." Kis 9:4,5; 22:7-8; 26:15.
      2. 2. Yesus berkata: "Di sana akan dikatakan kepadamu apa yang harus kau perbuat." Kis 9:6; 22:10; 26:16-18.
  2. II. Ia dikunjungi seorang Hamba Allah.
    1. A. Ananias protes.
    2. Tuhan menyuruh Ananias untuk mengunjungi Paulus, namun Ananias menjawab: "Tuhan, betapa banyak kejahatan yang dilakukan orang ini, terhadap orang-orang kudusMu di Yerusalem." Tuhan menjawab: "Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagiKu untuk memberitakan namaKu kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. Kis 9:11,13-16
    3. B. Ananias menggembalakan.
    4. Ananias pergi dan.masuk ke rumah itu, serta menumpangkan tangan ke atas Saul supaya dapat melihat dan Penuh Roh Kudus. Seketika itu juga ia dapat melihat, kemudian bangun dan dibaptis. Kis 9:17-18
    5. C. Ananias menubuatkan.
    6. Katanya: "Allah telah menetapkan - Nya, untuk melihat Yang Benar dan untuk mendengar suara yang keluar dari mulutNya. Sebab engkau harus menjadi saksiNya terhadap semua orang. Kis 22:14-15
KEGIATAN PAULUS SETELAH BERTOBAT
  1. I. Awal pelayanannya. Kis 9:19-30; 11:22-30; 12:25-13:3; Gal 2:1-14
    1. A. Mengajar dalam rumah-rumah sembahyang di Damsyik. Kis 9:19-21
    2. B. Mengasingkan diri di gurun Arab selama beberapa tahun. Gal 1:16-17
    3. C. Kembali ke Damsyik dengan pengetahuan yang tinggi dan ia mengajar dengan kuasa. Kis 9:22; Gal 1:17
    4. D. Melarikan diri dari Damsyik. Kis 9:23-25
    5. E. Mengunjungi Yerusalem untuk pertama kalinya, sejak ia bertobat. Kis 9:26-29; Gal 1:18-19
      1. 1. Lamanya kunjungan. Gal 1:18-19
      2. "Tetapi aku tidak melihat seorangpun dari rasul-rasul yang lain kecuali Yakobus, saudara Tuhan Yesus.
      3. 2. Kesulitannya dalam kunjungan. Kis 9:26-29
        1. a. Kekhawatiran.- Semua takut kepadanya, karena mereka tidak percaya kalau sia seorang murid. Kis 9:26
        2. b. Persekutuan.- Tetapi Barnabas menerimanya, dan membawanya kepada rasul-rasul, dan menceritakan kepada mereka, bagaimana Saulus melihat Tuhan. Kis 9:27.
    6. F. Melarikan diri dari Yerusalem dan pergi ke Tarsus. Kis 9:29-30; 22:17-21; Gal 1:21
      1. 1. Komplotan penjahat akan membunuh Paulus. Kis 9:29
      2. 2. Penglihatan tentang komplotan pembunuh.
      3. Tetapi kata Tuhan kepadanya: "Pergilah, sebab Aku akan mengutus engkau jauh dari sini kepada bangsa-bangsa lain." Kis 22:17-21
    7. G. Pergumulan dalam diri Paulus.- Yaitu dari kehendak hati dan dari akalnya. Rom 7:18-19,21-25
    8. H. Bekerjasama dengan Barnabas di Antiokia. Kis 11:19-21
      1. 1. Latar belakang gereja di Antiokia. Kis 11:19-26
      2. 2. Gembala misi pada gereja di Antiokia. Kis 11:22-24
      3. 3. Teman sejawat kependetaan di Antiokia. Kis 11:25-26
    9. I. Kunjungan ke dua kalinya di Yerusalem.
    10. Untuk membawa sumbangan kasih bagi yang kekurangan. Kis 11:27-30; Gal 2:1
      1. 1. Berita dari Roh Allah mengarahkan kunjungan itu. Kis 11:28; Gal 2:2
        1. a. Wahyu kepada Agabus Kis 11:28
        2. b. Wahyu kepada Paulus Gal 2:2
      2. 2. Pertemuan dengan umat Allah selama kunjung. Gal 2:9
    11. J. Kembali ke Antiokia untuk khotbah dan mengajar Firman. Kis 12:25-13:1
  2. II. Perjalanan Misi Paulus yang pertama.. Kis 13:2-14:28
    1. A. Berhenti pertama di Siprus. Kis 13:4-12
      1. 1. Khotbah di Salamis. Kis 13:5
      2. 2. Khotbah di Pafos. Kis 13:6
        1. a. Kesempatan. Kis 13:6,8-11
        2. b. Perlawanan
          1. (1) Dari Elimas Kis 13:6,8
          2. (2) Kebutaan Elimas Kis 13:9-11
        3. c. Hati yang terbuka
    2. B. Berhenti ke dua di Perga. Kis 13:13
    3. Yohanes memisahkan diri.
    4. C. Berhenti ke tiga di Antiokia Kis 13 :14-50
      1. 1. Khotbah pertama. Kis 13:14-43
        1. a. Persiapan Juruselamat
          1. (1) Persiapan Historis
            1. (a) Allah memilih bangsa Israel. Kis 13:17
            2. (b) Allah memimpin bangsa itu keluar dari tanah Mesir masuk ke Kanaan. Kis 13:18-19
            3. (c) Memberikan Hakim-hakim. Kis 13:20
            4. (d) Ia memilih raja-raja untuk memerintah atas mereka. Kis 13:21
          2. (2) Persiapan melalui nubuatan Kis 13:33-37
          3. (3) Persiapan melalui khotbah Yohanes Pembaptis tentang Anak Domba. Kis 13:24-25
        2. b. Ciri-ciri dari Juruselamat.
          1. (1) Dia adalah keturunan Daud. Kis 13: 23
          2. (2) Namanya Yesus Kis 13:23
        3. c. Penolakan Juruselamat Kis 13:27-29
        4. d. Kebangkitan Juruselamat. Kis 13:30-32
        5. e. Tawaran dari Juruselamat. Kis 13:38-39
      2. 2. Khotbah Paulus yang ke dua. Kis 13:44-50
        1. a. Ditolak oleh orang Yahudi. Kis 13:45-46,50
        2. b. Diterima oleh orang kafir. Kis 13:47-49
          1. (1) Menerima berita Injil. Kis 13:48
          2. (2) Membantu pemberitaan Injil Gal 4:13-15
    5. D. Berhenti ke empat di Ikonium. Kis 13:51-14:5
    6. E. Berhenti ke lima di Listra. Kis 14:6-23
      1. 1. Penyembuhan seorang yang lumpuh kakinya sejak lahir. Kis 14:8
      2. 2. Paulus berkata: "Berdirilah teguh diatas kakimu!" Dan orang itu melonjak berdiri, lalu berjalan kian kemari. Kis 14:9-10
      3. 3. Keributan. Ketika orang banyak melihat apa yang telah diperbuat Paulus, mereka itu berseru dalam bahasa Likonia: " Dewa-dewa telah turun ke tengah-tengah kita dalam rupa manusia." Kis 14:11
      4. 4. Kekacauan. Barnabas mereka sebut Zeus, dan Paulus mereka sebut Hermis, karena ia yang berbicara. Kis 14:12
      5. 5. Kecurangan. Datanglah imam dewa Zeus, yang kuilnya terletak di luar kota, membawa lembu-lembu jantan dan karangan-karangan bunga ke pintu kota untuk mempersembahkan korban bersama-sama orang banyak kepada rasul-rasul itu. Kis 14:13
      6. 6. Mendengar itu Barnabas dan Paulus mengoyakkan pakaian dan masuk di tengah-tengah orang banyak. Kis 14:14
      7. 7. Koreksi. "Mengapa kamu berbuat demikian? Kami ini adalah manusia biasa sama seperti kamu. Kami diutus memberitakan Injil kepadamu." Kis 14:15
      8. 8. Penghukuman. Orang Yahudi membujuk mereka, lalu mereka melempari Paulus dengan batu dan menyeret dia ke luar kota. Mereka menyangka Paulus sudah mati. Akan tetapi ketika murid-murid itu berdiri mengelilingi dia, bangkitlah ia lalu masuk ke dalam kota. Keesokan harinya berangkatlah ia bersama-sama dengan Barnabas ke Derbe. Kis 14:19-20
      9. 9. Penegasan. Bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara. Kis 14:22-23
    7. F. Berhenti ke enam, kembali ke Antiokia di Siria. Kis 14:14-28.
  3. III. Peran Paulus di dalam Sidang di Yerusalem. Kis 14:1-15:35; Gal 2:1-50
    1. A. Wahyu untuk menghadiri Sidang. Gal:2:1-2
    2. B. Alasan diselenggarakannya Sidang. Masalah penyunatan Kis 15:1,6
    3. C. Laporan yang diberikan di dalam Sidang.
      1. 1. Laporan Petrus. Kis 15:7-11
      2. 2. Laporan Paulus. Kis 15:12
      3. 3. Laporan Yakobus. Kis 15:13-21
        1. (1) Alasan praktis.
        2. Simon telah menceriterakan, bahwa sejak semula Allah menunjukkan rahmatNya kepada bangsa-bangsa lain, yaitu dengan memilih suatu umat dari antara mereka bagi namaNya. Kis 15:14
        3. (2) Alasan nubuatan.
        4. "Supaya semua orang lain mencari Tuhan, dan segala bangsa yang tidak mengenal Allah, yang Kusebut milik-Ku. Kis 15:15-18
        5. (3) Saran.
        6. Bahwa kita tidak boleh menimbulkan kesulitan bagi bangsa-bangsa lain yang berbalik kepada Allah. Kis 15:19
    4. D. Rekomendasi Sidang.
      1. 1. Utusan yang membawa rekomendasi. Kis 15:22-27
      2. 2. Isi rekomendasi. Kis 15:28-35
    5. E. Hasil dari Sidang
      1. 1. Paulus menolak tuntutan untuk menyunat Titus. Gal 2:3-5
      2. 2. Pemberitaan Paulus dalam misinya dikenal oleh pemimpin Kristen Yahudi. Gal 2:6-7
      3. 3. Paulus dan Barnabas diterima dalam persekutuan oleh Yakobus, Petrus dan Yohanes. Gal 2:19
    6. F. Kembali kepada Dewan. Kis 15:30,35
    7. G. Kemarahan anggota Dewan. Gal 2:11-14
  4. IV. Pertentangan dengan Barnabas. Kis 15:36-40
    1. A. Latar belakang pertentangan. Kis 15:36-38
    2. B. Berkat dari pertentangan. Kis 15:39-40
  5. V. Perjalanan Misi ke dua
    1. A. Berhenti pertama di Listra. Kis 16:1-5
      1. 1. Memilih Timotius. Kis 16:1-2
      2. 2. Menyunat Timotius. Kis 16:3
    2. B. Berhenti ke dua di Troas. Kis 16:6-10
      1. 1. Roh Kudus melarang untuk pergi ke utara atau selatan. Kis 16:6-7
      2. 2. Roh Kudus menyuruh pergi ke barat. Kis 16:8-10
    3. C. Berhenti ke tiga di Filipi. Kis 16:11-40
    4. Di Filipi ada tiga pertobatan yang terjadi
      1. 1. Penyelamatan seorang pedagang perempuan. Kis 16:13-15
      2. 2. Penyelamatan seorang hamba perempuan. Kis 16:16-18
      3. 3. Penyelamatan kepala penjara. Kis 16:19-40
        1. a. Paulus difitnah. Kis 16:19-21
        2. b. Paulus didera. Kis 16:22-24
        3. c. Paulus menyanyi. Kis 16:25
        4. d. Paulus jurubicara. Kis 16:26-28
        5. e. Paulus pemenang jiwa. Kis 16:29-34
        6. f. Paulus warganegara Roma. Kis 16:35-40
    5. D. Berhenti ke empat di Tesalonika. Kis 17:1-9
      1. 1. Paulus bekerja tidak mengenal lelah. 2 Tes 3:7-10
      2. 2. Paulus bersaksi tidak mengelah lelah. Kis 17:2-5
    6. E. Berhenti ke lima di Berea. Kis 17:10-14
    7. F. Berhenti ke enam di Atena. Kis 17:15-34
      1. 1. Paulus sangat sedih hatinya, melihat kota ini penuh dengan patung-patung. Kis 17:16-17
      2. 2. Para pendengar khotbahnya. Kis 17:22
      3. 3. Kata pengantar khotbahnya. Kis 17:22
      4. 4. Naskah khotbahnya. Kis 17:23-31
      5. 5. Maksud dari khotbahnya. Kis 17:24-31
        1. a. Allah adalah pencipta. Kis 17:24-26,28-29
        2. b. Allah ingin menyelamatkan semua bangsa. Kis 17:27,30
          1. (1) Supaya mereka mencari Dia. Kis 17:27
          2. (2) Supaya mereka bertobat. Kis 17:30
        3. c. Mengenai masa depan Allah akan menghakimi. Kis 17:31
      6. 6. Reaksi terhadap khotbahnya Kis 17:32
        1. a. Ada yang mengejek. Kis 17:32-34
        2. b. Ada yang tertambat. Kis 17:32
        3. c. Ada yang percaya. Kis 17:34
    8. G. Berhenti ketujuh di Korintus. Kis 18:1-18
    9. Ia datang bukan dengan akal budi, tetapi dengan kuasa Roh Kudus. 1 Kor 2:1-4
      1. 1. Sahabat-sahabat Paulus ada di kota ini. Kis 18:1-5
        1. a. Tukang kemah. Kis 18:1-4
        2. b. Anggota misi. Kis 18:5
      2. 2. Lawan Paulus ada di kota ini. Kis 18:5-6,12-17
        1. a. Ciri-ciri mereka. Kis 18:5
        2. b. Penghinaan mereka. Kis 18:6
        3. c. Pemberontakan mereka. Kis 18:12-15
          1. (1) Ironinya usaha mereka. Kis 18:16
          2. (2) Pengejekan. Kis 18:17
      3. 3. Buah-buah Paulus di kota ini. Kis 18:8,11
      4. 4. Bapa Sorgawi Paulus di kota ini. Kis 18:19-21
    10. H. Berhenti ke delapan di Efesus. Kis 18:10-21
      1. 1. Priskila dan Akwila menyertai dia. Kis 18:18
      2. 2. Mereka minta Paulus tinggal di situ, tetapi Paulus melanjutkan perjalanannya. Kis 18:20-21
    11. I. Berhenti terakhir kembali ke Antiokia.
  6. VI. Perjalanan Misi ke tiga. Kis 18:23-21:24
    1. A. Berhenti pertama di Asia Kecil. Kis 18:24-19:40
    2. Paulus mengunjungi kembali Gereja-gereja dengan mengajar mereka.
    3. B. Berhenti ke dua di Efesus. Kis 18:24
      1. 1. Pendahulu Paulus. Kis 18:24
        1. a. Pengajaran Apolos. Kis 18:25
        2. b. Guru Apolos. Kis 18:26
      2. 2. Buah-buah Paulus di Efesus Kis 19:1-41
        1. a. Murid Yohanes Kis 19:1-7
        2. b. Lamanya berada di Tiranus Kis 19:8-10
        3. c. Membagikan kain yang sudah didoakan Kis 19:11-12
        4. d. Peristiwa Skewa Kis 19:13-17
        5. e. Pengabdian orang orang percaya Kis 19:18-20
        6. f. Keputusan Paulus
        7. g. Pembela-pembela, Diana / Artemis. Kis 19:23-40
          1. (1) Fitnah Demitrius. Kis 19:23-28
          2. (2) Kegilaan orang banyak. Kis 19:29-34
          3. (3) Logika pegawai kota. Kis 19:35-41
            1. (a) Satu : Sifat Ilahi patung. Kis 19:35-36
            2. (b) Dua : Kejujuran lawan. Kis 19: 37
            3. (c) Tiga : Sahnya persoalan. Kis 38-39
            4. (d) Empat: Kemungkinan dituduh mengadakan huru-hara. Kis 19:40
      3. 3. Tindak lanjut Paulus di Efesus
        1. a. Sementara di Efesus, Paulus menerima berita yang mengganggu. 1 Kor 1:11
        2. b. Dia menulis surat 1 Korintus dari Efesus.
        3. c. Ia pernah menerima surat yang mungkin hilang di gereja ini. 1 Kor 5:9
        4. d. Paulus mempercepat perjalanannya ke Korintus. 2 Kor 2:1; 12:4; 13:1-2.
        5. e. Sesudah kembali, ia menulis surat 2 Korintus dari Efesus .
    4. C. Berhenti ke tiga di Gerika. Kis 20:1-5
      1. 1. Sesudah tinggal tiga bulan, ia melarikan diri dari komplotan orang Yahudi yang akan membunuh dia.
      2. 2. Paulus menulis Kitab Roma dari Gerika.
    5. D. Berhenti ke.empat di Troas. Kis 20:6-12
      1. 1. Khotbah tengah malam. Kis 20:7
      2. 2. Kecelakaan di pagi buta. Kis 20:8-9
      3. 3. Bangun kembali oleh mujizat. Kis 20:10-12
    6. E. Berhenti ke lima di Miletus. Kis 20:13-38
      1. 1. Tinjauan masa lalu. Kis 20:31
        1. a. Tugas sebagai hamba Tuhan. Kis 20:19
        2. b. Tugas sebagai guru. Kis 20:20,27
        3. c. Tugas sebagai pemberi Injil. Kis 20:21,26
        4. d. Tugas sebagai teladan. Kis 20:33-35
      2. 2. Pandangan mengenai saat ini
        1. a. Ringkasan situasinya. Kis 20:22-23,25
        2. b. Ringkasan situasi mereka. Kis 20:28,32
          1. (1) Apa yang harus mereka kerjakan. Kis 20:28
          2. (2) Bagaimana mereka dapat bekerja Kis 20:32
      3. 3. Peninjauan masa depan
        1. a. Hasrat apa yang ada. Kis 20:24
        2. b. Apa bahayanya. Kis 20:29-30
    7. F. Berhenti ke enam di Tire. Kis 21:1-6
      1. 1. Berita Injil dari Roh Kudus. Kis 21:4
      2. 2. Persekutuan di pantai. Kis 21:5-6
    8. G. Berhenti ke tujuh di Ptolemais. Kis 21:7
    9. H. Berhenti ke delapan di Kaisarea. Kis 12:8-14
      1. 1. Prajurit Allah. Kis 21:8
      2. 2. Wanita dari Allah. Kis 21:9
      3. 3. Peringatan dari Allah. Kis 21:10-11
      4. 4. Kemauan dari Allah. Kis 21:12-14
  7. VII. Penangkapan Paulus di Yerusalem. Kis 21:15-23:32
    1. A. Desas-desus tentang perlawanan. Kis 21:18-22,27-30
      1. 1. Dituduh mencela hukum Musa. Kis 21:18-21
      2. 2. Menajiskan Bait Allah. Kis 21:27-30
    2. B. Reaksi Paulus. Kis 21:23-26
    3. C. Penyelamatan Paulus. Kis 21:30-32
    4. D. Jawaban Paulus. Kis 21:33-23:10
      1. 1. Jawaban kepada Kapten kepala
        1. a. Percakapan pertama Kis 21:33-39
          1. (1) Kebingungan Kapten Kis 21:38
          2. (2) Koreksi dari rasul Kis 21:39
        2. b. Percakapan kedua. Kis 22:24-30
          1. (1) Perintah Kapten. Kis 22:24-25
          2. (2) Perhatian Kapten. Kis 22:28-29
      2. 2. Jawaban kepada orang-orang Yahudi Kis 21:40; 22:23
        1. a. Pidato. Kis 22:1-21
          1. (1) Pertobatannya. Kis 22:1-16
          2. (2) Panggilannya. Kis 22:17-18,21
        2. b. Jeritan. Kis 22:22-23
      3. 3. Jawaban kepada Sanhedrin Kis 23:1-10
        1. a. Ia ditampar. Kis 23:1-2
        2. b. Allah akan menampar mereka. Kis 23:3
        3. c. Penyesalan. Kis 23:4-5
        4. d. Diambil dari tengah massa
    5. E. Wahyu kepada Paulus Kis 23:11
    6. F. Pembalasan dendam dan perlawanan Kis 23:12-15
    7. G. Sanak famili Paulus Kis 23:16-22
    8. H. Paulus dipindahkan Kis 23:23-24
      1. 1. Para prajurit. Kis 23:23-24
      2. 2. Salam. Kis 23:25-32
  8. VIII. Hukuman penjara di Kaisarea. Kis 23:33-26:32
    1. A. Paulus di hadapan Feliks. Kis 23:33-24:27
      1. 1. Dakwaan dari Tertulus. Kis 24:1-9
        1. a. Pemberontakan politik. Kis 24:5
        2. b. Dituduh menghujat agama. Kis 24:5
        3. c. Penajisan rumah ibadat. Kis 24:6
      2. 2. Jawaban Paulus. Kis 24:10-21
        1. a. Mengenai tuntutan yang pertama dan ketiga. Kis 24:11-13
        2. b. Mengenai tuntutan yang kedua. Kis 24:14-16,20-21
      3. 3. Pemikiran Feliks. Kis 24:22
    2. B. Paulus di hadapan Festus Kis 25:1-12
      1. 1. Perjalanan. Kis 25:1-6
      2. 2. Penyiksa Kis 25:7
      3. 3. Yang disiksa. Kis 25:8
      4. 4. Pengkhianatan Kis 25:9
      5. 5. Naik banding Kis 25:10-12
    3. C. Paulus di hadapan Agripa Kis 25:13-26:32
      1. 1. Meringkaskan
        1. a. Kegiatannya sebagai orang beragama Kis 26:2-5,9-11
        2. b. Kegiatannya sebagai orang yang ditebus
          1. (1) Pertobatannya. Kis 26:15
          2. (2) Panggilannya. Kis 26:16-18
          3. (3) Pengabdiannya. Kis 26:19
          4. (4) Perselisihannya. Kis 26:21
          5. (5) Ketetapannya. Kis 26:22-23
      2. 2. Pemenang jiwa Kis 26:24-32
        1. a. Paulus dan Festus. Kis 26:24-25
        2. b. Paulus dan Agripa Kis 26:26-32
        3. Paulus menulis Ibrani dari Kaisarea.
  9. IX. Pelayarannya ke Roma. Kis 27:1-28:15
    1. A. Tahap 1: Dari Kaisarea ke Pelabuhan Indah. Kis 27:1-2
      1. 1. Kebaikan Yulius kepada Paulus. Kis 27:1,3
      2. 2. Perhatian Paulus kepada Yulius. Kis 27:9-11
    2. B. Tahap 2: Dari Pelabuhan Indah ke Melita. Kis 27:13-14
      1. 1. Badai yang menakutkan. Kis 27:14-20
      2. 2. Orang-orang kudus yang gembira Kis 27:21-26,33-37
        1. a. Aspek nubuat. Kis 27:23-25
          1. (1) "Kamu akan selamat". Kis 27:22
          2. (2) Kecuali kapal ini. Kis 27:22
          3. (3) Namun kita harus mendamparkan kapal ini di salah satu pulau. Kis 27:26
        2. b. Aspek praktis. Paulus memecahkan roti untuk 276 jiwa. Kis 27:33-37.
        3. c. Aspek politik. Kis 27:39-44
    3. C. Tahap 3: di Melita. Kis 28:1-10
      1. 1. Paulus dan rakyat Kis 28:1-6
        1. a. Pendapat pertama, mereka mengira Paulus pembunuh. Kis 28:2-4
        2. b. Akhirnya Paulus disebut dewa. Kis 28:5,7
      2. 2. Paulus dan Publius Kis 28:7-10
        1. a. Penyembuhan Ayahnya. Kis 28:8
        2. b. Penyembuhan sahabatnya. Kis 28:9
    4. D. Tahap 4: Dari Melita ke Roma Kis 28:11-15
  10. X. Pertama dipenjara di Roma. Kis 28:11-15
    1. A. Dua kali pertemuan di mana Injil diberitakan kepada orang-orang Yahudi di Roma. Kis 28:17-29
      1. 1. Pertemuan pertama. Kis 28:17-22
        1. a. Tinjauan Rasul. Kis 28:17-20
        2. b. Reaksi para hadirin. Kis 28:21-22
      2. 2. Pertemuan ke dua. Kis 28:23-29
        1. a. Khotbah yang terperinci tentang Allah Kis 28:23-24
        2. b. Melakukan Injil Allah Kis 28:25-26
        3. c. Mengembangkan keselamatan dari Allah Kis 28:28
    2. B. Dua tahun, selama Injil diberitakan kepada semua orang. Kis 28:30-31
  11. XI. Pembebasannya.
  12. * Kemegahan dalam Kristus semakin bertumbuh Fil 1:26 * Tetapi dalam Tuhan aku percaya, bahwa aku sendiripun akan segera kembali. Fil 2:24 * Karena aku harap oleh doamu aku akan dikembalikan kepadamu. Filemon 22.
  13. XII. Perjalanan Misi terakhir.
    1. A. Di Efesus. 1 Tim 1:3;3:14-15
    2. Paulus meninggalkan Timotius untuk menggembalakan sidang di Efesus.
    3. B. Di Makedonia. 1 Tim 1:3
    4. Paulus menulis surat l Timotius dari Makedonia.
    5. C. Mungkin di Spanyol, seperti ia jelaskan dalam surat Roma 15:24-28.
    6. D. Paulus meninggalkan Titus untuk menjadi penilik jemaat di Krete.
    7. E. Di Korintus. 2 Tim 4:20
      1. 1. Paulus meninggalkan Erastus.
      2. 2. Paulus menulis Surat Titus.
    8. F. Dia meninggalkan Trophinus yang sakit di Miletus. 2 Tim 4:20
    9. G. Di Troas 2 Tim 4: 13
    10. Jika engkau ke mari bawa juga jubahku yang kutinggalkan di Troas di rumah Karpus dan juga kitab-kitabku, terutama perkamen itu.
    11. H. Di Nikopolis. Tit 3:12
    12. Paulus merencanakan tinggal selama musim dingin.
  14. XIII. Terakhir dipenjarakan di Roma.
    1. A. Dia menulis 2 Timotius.
    2. B. Dia ditinggalkan banyak sahabatnya 2 Tim 1:15; 4:10
    3. C. Hal ini terjadi pada waktu pemeriksaan pertama. 2 Tim 4:16
    4. D. Hanya Onesiphorus, keluarganya dan Lukas yang tetap setia 2 Tim 1:16; 4:11
    5. E. Permintaan Paulus; agar Timotius segera datang kepadanya sebelum musim dingin. 2 Tim 4:19,21
    6. F. Apabila ia datang, agar membawa Yohanes Markus, juga mantel dan buku-buku. 2 Tim 4:13
  15. XIV. Kematiannya sebagai martir buat Kristus. 2 Tim 4:6-8.

PAULUS [ensiklopedia]

I. Hidupnya

a. Latar belakang

Dari kelahiran Paulus sampai ia tampil di Yerusalem sebagai penganiaya orang Kristen, hanya sedikit yg kita ketahui. Walaupun dia suku Benyamin dan anggota Farisi yg sangat aktif (Rm 11:1; Flp 3:5; Kis 23:6), ia lahir di Tarsus sebagai warga negara Roma (Kis 16:37; 21:39, 22:25 dab). Yerome mengutip cerita tradisi yg mengatakan leluhur Paulus berasal dari Galilea. Tidak jelas apakah mereka pindah ke Tarsus karena alasan perdagangan, atau karena dijajah oleh pemerintah Siria. Tentang mereka warga negara Roma memberi kesan bahwa mereka sudah lama tinggal di sana.

Sir William Ramsay dan yg lain-lain membuktikan bahwa Tarsus benar 'kota yg terkenal' (Kis 21:39). Tarsus adalah pusat pendidikan, sehingga para ahli umumnya menerima bahwa rasul Paulus mempelajari berbagai filsafat Yunani dan ibadah-ibadah agama pada masa mudanya di sana. Tapi kemudian anggapan ini dipersoalkan oleh Van Unnik. Alasannya ialah, bahwa ay-ay yg terkait (Kis 22:3; 26:4 dab) menempatkan Paulus di Yerusalem sebagai anak kecil; Kis 22:3 harus dibaca dengan urutan: (1) lahir di Tarsus; (2) dibesarkan di lutut ibu (anatethrammenos) di kota ini; (3) dididik dengan teliti di bawah pimpinan Rabi *Gamaliel. Sebagai 'seorang muda' (Kis 7:58; Gal 1:13 dab; 1 Kor 15:9) Paulus mendapat kekuasaan resmi untuk mengatur penganiayaan orang Kristen, dan sebagai anggota sinagoge atau dewan Sanhedrin 'aku juga setuju jika mereka dihukum mati' (Kis 26:10). Mengingat pendidikan Paulus dan kedudukannya sebagai tokoh terkemuka, bolehlah dianggap keluarganya kaya dan berkedudukan tinggi; bahwa kemenakannya bisa berjumpa dengan pemimpin-pemimpin di Yerusalem cocok juga dengan kesan ini (Kis 23:16, 20).

Mengenai penampilan pribadi lahiriah Paulus, Alkitab hanya menggambarkan tidak meyakinkan (1 Kor 2:3 dab; 2 Kor 10:10). Gambaran yg mengesankan, yg Deissmann (hlm 58) dan Ramsay (The Church in the Roman Empire, hlm 31 dst) cenderung menerimanya, ialah yg terdapat dalam kitab Apokrifa Acts of Paul and Thecla, 'Dan dia lihat Paulus datang, seorang yg kecil perawakannya, rambutnya tipis dan halus, kakinya bengkok, badannya tegap, alisnya bertemu, hidungnya sedikit bungkuk, penuh betas kasihan: sebab kadang-kadang ia kelihatan sebagai manusia, dan kadang-kadang wajahnya seperti wajah malaikat'.

b. Pertobatan dan pelayanan Paulus mula-mula

Walaupun tak ada bukti bahwa Paulus pernah mengenal Yesus pada masa pelayanan Yesus di dunia ini (2 Kor 5:16 hanya mengacu 'menilai menurut ukuran manusia'), saudara-saudaranya orang Kristen (bnd Rm 16:7) dan pengalamannya dengan martir Stefanus (Kis 8:1) pasti mempunyai dampak dalam hatinya. Pertanyaan Yesus yg sudah dimuliakan dalam Kis 26:14 mengacu pada pengertian di atas. Dampak perjumpaan Paulus dengan Kristus yg sudah bangkit memberikan bukti yg melimpah, bahwa hal itu dialami oleh akal sehat dalam kesadaran yg mantap; dan hal itu jelas dapat ditafsirkan, seperti yg memang dilakukan oleh Lukas, mutlak sebagai mujizat, yg mengubah musuh Kristus menjadi rasul-Nya. Tiga keterangan dalam Kis (ps 9, 22 dan 26) bukan hanya menyaksikan makna dari pertobatan Paulus bagi pokok pemberitaan Lukas (bnd CBQ 15, 1953, hlm 315-338), tapi seperti dikemukakan J Dupont dan M. E Thrall, pentingnya hal itu juga bagi pengertian Paulus sendiri mengenai pelayanannya bagi masyarakat non-Yahudi, dan mengenai Kristologinya. Bnd Kim, hlm 135-138, 170 dst, 338.

Kecuali suatu masa selang di padang gurun Transyordan, Paulus menggunakan ketiga tahun sesudah baptisannya untuk memberitakan Injil di Damsyik (Gal 1:17; Kis 9:19 dab). Karena tekanan dari pihak Yahudi, Paulus lari ke Yerusalem dan di situ Barnabas berani memperkenalkan dia kepada pemimpin-pemimpin Kristen yg sangat mencurigainya, hal yg dapat dimengerti. Pelayanan Paulus di Yerusalem tidak sampai dua minggu, sebab orang Yahudi Helenistis berusaha lagi membunuh dia. Untuk mengelakkan bahaya itu ia kembali ke tempat kelahirannya dan tinggal di sana kr 10 thn, yg bagi kita hal itu sama dengan berada 'dalam kesunyian'. Kemudian Barnabas mendengar pekerjaan Paulus dan teringat perjumpaan mereka pertama kali, maka dimintanyalah Paulus datang ke Antiokhia untuk menolong pemberitaan Injil yg sedang berkembang di tengah-tengah masyarakat non-Yahudi (Gal 1:17 dab; Kis 9:26 dab; 11:20 dab). Orang-orang yg baru saja disebut 'orang Kristen', segera memulai tugas penginjilan mereka. Sesudah 1 thn mengalami berkat yg menonjol, Paulus dan Barnabas diutus ke Yerusalem untuk melakukan 'kunjungan dalam rangka masa lapar', untuk menolong orang-orang Kristen yg terpukul di sana.

c. Pemberitaan Injil ke Galatia -- sidang di Yerusalem pemberitaan Injil ke Yunani

Sesudah Paulus dan Barnabas kembali dari Yerusalem, kr thn 46 M, mereka ditugasi jemaat Antiokhia memulai perjalanan penginjilan mereka. Mereka menjelajahi pulau Siprus dan melintasi Galatia Selatan (Kis 13-14). Cara kerja mereka, yg menjadi pola Paulus dalam pemberitaan Injil, ialah mula-mula berkhotbah di sinagoge atau rumah ibadat. Ada orang Yahudi dan non-Yahudi 'yg takut akan Allah' menerima pemberitaan mereka dan menjadi anggota perkumpulan setempat. Jika masyarakat Yahudi menolak Injil -- kadang-kadang dengan kekerasan -- maka pemberitaan dialihkan kepada masyarakat non-Yahudi (bnd Kis 13:46 dab). Kendati bahaya-bahaya ini dan perpisahan di Perga dari pembantu mereka yaitu Yohanes Markus, pemberitaan Injil berhasil menumbuhkan gereja Kristen di daerah Pisidia, di antaranya jemaat di kota Antiokhia, Ikonium, Listra, Derbe dan mungkin Perga.

Sementara masyarakat non-Yahudi banjir memasuki gereja Kristen, timbul masalah berat tentang hubungan mereka dengan hukum dan adat-istiadat Yahudi. Sebagian orang Kristen Yahudi mengharuskan Kristen non-Yahudi disunat dan memelihara Taurat Musa, jika mereka hendak diterima 'sebagai sekutu yg setara' dalam persekutuan Kristen. Sesudah Paulus kembali ke Antiokhia (kr 49 M), ia melihat dalam gerakan pen-Yahudi-an ini suatu ancaman terhadap hakikat Injil yg sebenarnya, lalu ia nyatakan perlawanannya tanpa tedeng aling-aling. Pertama, ia tempelak Petrus di muka umum (Gal 2:14) karena untuk menghindari perpecahan dari para pentolan pen-Yahudi-an, Petrus meninggalkan orang Kristen non-Yahudi. Kedua, sesudah mendengar bahwa ajaran pen-Yahudi-an itu meracuni gereja-gereja yg baru didirikannya, Paulus menulis surat peringatan yg tegas kepada jemaat di Galatia, pada surat mana ia paparkan dengan penuh semangat semboyannya, 'Keselamatan karena kasih karunia melalui iman'.

Peristiwa di Antiokhia menimbulkan krisis teologi besar dan yg pertama dalam gereja. Untuk menyelesaikan kemelut teologis yg ditimbulkannya, gereja Antiokhia mengutus Paulus dan Barnabas untuk berunding dengan 'para rasul dan tua-tua' yg di Yerusalem (Kis 15). Sidang para rasul dan tua-tua itu mengambil keputusan, supaya kepada orang Kristen non-Yahudi jangan ditanggungkan lebih banyak beban' (Kis 15:28) tapi harus menjauhkan diri dari makanan yg dipersembahkan kepada berhala, darah, daging binatang yg mati lemas, dan percabulan. Keputusan ini menopang pandangan Paulus, bahwa orang Kristen non-Yahudi tidak usah memegang Taurat Musa. Larangan yg disebut itu agaknya pada intinya dikenakan secara setempat (bnd 1 Kor 8) dan guna membantu hubungan baik antara Yahudi dan non-Yahudi.

Karena perbedaan pendapat dengan Barnabas perihal membawa Yohanes Markus lagi bersama mereka (Kis 15:38-39), Paulus memilih teman baru yaitu Silas, pada perjalanan penginjilan kedua (Kis 15:40-18:22). Dari Antiokhia mereka menempuh jalan darat ke jemaat-jemaat di Galatia Selatan. Di Listra pemuda Timotius bergabung dengan mereka. Karena dilarang oleh Roh Kudus untuk memberitakan Injil ke wilayah barat, mereka menuju utara ke 'Galatia Utara', dan di situ mungkin ada orang yg bertobat (bnd Kis 16:6; 18:23). Di Troas dalam penglihatan Paulus melihat 'seorang Makedonia' memanggil dia. Dengan demikian mulailah penginjilannya di Yunani. Di Makedonia penginjilan dilakukan di Filipi, Tesalonika dan Berea; di Akhaya, atau Yunani Selatan, dikunjunginya Atena dan Korintus. Paulus tinggal di Korintus hampir 2 thn dan membangun, suatu persekutuan Kristen, yg di kemudian hari menjadi sumber sukacita maupun cobaan.

Melalui rekan sekerjanya (Lukas yg bergabung kepada kelompok Paulus di Troas) dan melalui surat-menyurat (kepada orang Tesalonika) ia terus memelihara hubungan dengan jemaat-jemaat muda yg bergumul di Makedonia. Sekarang Roh Kudus menggerakkan Paulus mengarahkan pandang lagi ke propinsi Asia, yg dulu dilarang. Sesudah meninggalkan Korintus Paulus singgah sebentar di Efesus, kota perdagangan di Asia, dan meninggalkan di sana dua orang teman dari Korintus sebagai pasukan pelopor, yaitu Priskila dan Akwila. Dalam perjalanan kilat kembali ke Antiokhia -- via Yerusalem -- Paulus melengkapi 'perjalanan penginjilan kedua', dan sesudah kali terakhir ia tinggal di Antiokhia, ia siap memindahkan basis pekerjaannya ke wilayah barat di Efesus.

d. Pelayanan di daerah Egea

Masa pelayanan di Egea (kr 53-58 M; Kis 18:23-20:38) merupakan bagian yg paling penting dalam hidup Paulus. Propinsi Asia, yg begitu penting bagi gereja di kemudian hari, mulai diinjili; dan basis-basis Kristen di luar wilayah Kristen, seperti Yunani, diperkokoh. Pada tahun-tahun itulah Paulus menulis kedua surat kepada jemaat Korintus, Surat Roma dan barangkali Surat-surat Penjara (Ef, Flp, Kol dan Flm); yg dengan kehendak dan ketentuan Allah surat-surat itu membentuk Kitab Suci yg kudus dan berwibawa bagi semua generasi umat manusia. Bagi Paulus sendiri masa ini merupakan masa kemenangan dan kekalahan, masa pemasyhuran Injil dan bidat-bidat yg mengancam, masa sukacita dan frustrasi, masa aktif dan bersemadi di penjara. Kristus memakai semua ini untuk membentuk Paulus menurut gambar-Nya, dan untuk berbicara kepada gereja melalui Paulus.

Dari Antiokhia Paulus menempuh jalan darat melalui daerah Galatia yg telah dikenalnya menuju Efesus. Di sana ia menemui 'murid-murid' tertentu, di antaranya Apolos, yg sempat mengenal Yohanes Pembaptis dan mungkin Yesus juga (Kis 18:24 dab). Di atas alas inilah tumbuh gereja. Allah mengerjakan mujizat-mujizat luar biasa, sehingga ahli-ahli jampi atau pembuang-pembuang setan Yahudi tertentu tergoda memakai nama 'Yesus yg diberitakan oleh Paulus' (Kis 19:13), tapi tanpa hasil. Serta-merta timbul perlawanan dari pihak penyembah dewi Artemis (Diana), dewi kota: dan si kaya Demetrius, ahli pembuat patung dewi Artemis, berhasil (dgn motif mutlak negatif) menghasut orang banyak untuk menimbulkan huru-hara.

Tentu ada perjalanan Paulus jarak pendek dari kota Efesus; ia gunakan kesempatan ini, kr 3 thn sesudah ia tiba di situ, untuk membuat kunjungan terakhir pada jemaat-jemaat di daerah Egea. Melalui Troas ia sampai ke Makedonia, dan di situ ditulisnya Surat Korintus kedua, dan kemudian ia melanjutkan perjalanan ke arah selatan, ke Korintus. Di sana ia tinggal pada musim dingin dan menulis surat kepada jemaat 'Roma', sebelum ia mengarahkan langkahnya lagi ke Miletus, suatu pelabuhan dekat Efesus. Sesudah diadakan perpisahan yg mengharukan, berlayarlah Paulus sebagai 'tawanan Roh' (Kis 20: 22) dan dalam suasana penuh ancaman ia berlayar dengan tujuan Yerusalem dan mendekati penjara yg sudah hampir pasti. Tapi semua hal ini tidak membuat dia gentar -- dia sudah di rangkul untuk Injil, dan dia sudah mendapat penglihatan-penglihatan mengenai Roma (Kis 23:11).

e. Dipenjarakan di Kaisarea dan di Roma -- kematian Paulus

Paulus mendarat di Kaisarea, dan dengan membawa sumbangan untuk orang miskin ia tiba di Yerusalem pada hari Pentakosta (Kis 21:23 dab; bnd 1 Kor 16:3 dab; 2 Kor 9; Rm 15:25 dab). Walaupun dengan seksama ia mengikuti tata cara Bait Suci, tapi para peziarah Yahudi yg datang dari Efesus -- mengingat 'rasul bangsa-bangsa non-Yahudi' itu -- menuduhnya memperkosa kekudusan Bait Suci. Mereka menghasut orang banyak menimbulkan huru-hara. Paulus ditangkap dan ditahan, tapi diizinkan berbicara kepada orang banyak dan kemudian kepada Sanhedrin atau Mahkamah Agama.

Untuk mencegah Paulus dibunuh tanpa peradilan, maka ia dipindahkan ke Kaisarea. Di situ ia dipenjarakan oleh Feliks, wali negeri Roma, selama 2 thn (58-60 M) (Kis 23-26). Pada saat itu Festus, pengganti Feliks, hendak menyerahkan dia kepada orang Yahudi supaya diadili. Sadar akan hasil 'peradilan' seperti itu, maka Paulus sebagai warga negara Roma, naik banding kepada Kaisar. Usai temu wicara dengan wali negeri dan tamu-tamunya, yaitu raja Agripa dan Bernike, ia dipindahkan ke Roma dengan pengawalan ketat. Jadi, dalam suasana di luar perhitungan, Kristus sendiri menggenapi mimpi rasul Paulus dengan kata-kata-Nya, '...demikian jugalah hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma' (Kis 23:11).

Perjalanan taut Paulus mengalami taufan dan, sesudah kapal mereka kandas, ia tinggal selama musim dingin di Malta (kr thn 61 M). Pada musim semi sampailah ia di Roma dan selama 2 thn berikutnya ia dalam tahanan rumah, sambil 'dengan terus terang ... mengajar tentang Tuhan Yesus Kristus' (Kis 28:31). Di sinilah berakhir cerita Kis, dan sisa hidup rasul Paulus harus digali dari sumber-sumber lain. (Penelitian yg paling berguna mengenai zaman para rasul, dan tempat Paulus di situ, ialah F. F Bruce, New Testament History, 1969.)

Besar kemungkinan Paulus dibebaskan thn 63 M lalu mengunjungi Spanyol dan daerah Egea sebelum ditahan kembali, dan mati dalam pemerintahan kaisar Nero (kr 67 M). Surat 1 Clement (5:5-7; kr 95 M), dan Kanon Muratori (kr 170 M), dan Kitab Apokrifa (Vercelli) Acts of Peter (1:3; kr 200 M) menyaksikan tentang perjalanan ke Spanyol, dan Surat-surat Penggembalaan, atau setidak-tidaknya 2 Tim mencatat penginjilan di Timur sesudah Kis. Sampai akhirnya Paulus 'mengakhiri pertandingan yg baik, mencapai garis akhir dan memelihara iman'. Dan telah tersedia mahkota baginya (bnd 2 Tim 4:7 dab).

II. Kronologi

a. Gambaran umum

Kitab Kis, ditambah dengan keterangan-keterangan dari Surat-surat dan sumber-sumber Yahudi serta sumber-sumber sekuler, senantiasa dipakai ahli sebagai kerangka kehidupan Paulus. Jelas bahwa Kis secara hakiki cocok dengan urutan perjalanan Paulus yg dapat diketahui (paling sedikit sebagian) dari surat-suratnya (bnd T. H Campbell, JBL 74, 1955, hlm 80-87). Tapi, sifat keringkasannya dan ketidakpastian penanggalan mengenai hal-hal yg diceritakannya, semakin diakui; dan ada kesediaan yg semakin tumbuh untuk menyisipkan (ump penahanan di Efesus) ke dalam kerangka itu berdasarkan keterangan-keterangan dan gambaran-gambaran lain. Tanggal yg sudah cocok dengan sejarah umum dunia tidak banyak. Yg paling pasti ialah masa kegubernuran Galio (bnd Kis 18:12), yg dapat ditentukan thn 51-52 M (Deissmann) atau lebih mungkin thn 52-53 M (Jackson dan Lake, bnd K Haacker BZ 16, 1972, hlm 252-255). Jika Galio dalam Kis 18:12 baru saja menerima jabatannya (Deissmann), maka waktunya Paulus tinggal di Korintus bisa ditentukan antara thn 50 M dan musim semi thn 52 M. Ini cocok dengan pengusiran yg 'baru saja' terjadi atas Priskila dan Akwila dari Roma (Kis 18:2), yg dapat ditentukan pada thn 50 M (Feine-Behm; W. M Ramsay, St Paul the Traveller and Roman Citizen, hlm 254). Permulaan Festus memangku jabatannya (Kis 24:27) sering ditentukan thn 59/60 M, tapi kekurangan bukti membuat perkiraan itu kemungkinan saja (bnd C. E. B Cranfield, Romans, ICC, 1975, hlm 14-15; Robinson, hlm 43-46).

Disamping ketiga tanggal tersebut, disebutnya raja Aretas dari Nabatea (2 Kor 11:32), kelaparan di Yudea (Kis 11:28), dan perjalanan Paulus ke Spanyol serta martirnya di Roma dalam pemerintahan Nero (Run 15:28; 1 Clement 5; Eusebius EH 2. 25-3. 1) memberikan keterangan-keterangan penanggalan yg kurang khas sebagai berikut. Pertama, mata uang Damsyik, yg mengacu pada pendudukan Roma sampai pada thn 33 M, tapi yg dari thn 34-62 M tidak ada; hal ini menentukan tanggal yg paling dini untuk pertobatan Paulus pada tanggal 31 (yaitu thn 34 M kurang 3 thn, bnd Gal L 18; ICC mengenai 2 Kor 11:32). Tapi orang Nabatea nampaknya memegang kuasa pada permulaan kerajaan Kaligula, 37 M; bnd A. H. M Jones, The Cities of the Eastern Roman Provinces, 1971).

Kedua, Yosefus mencatat adanya kelaparan hebat thn 44-48 M, mungkin sekali thn 46 M. Ketiga, berdasarkan tradisi, kematian Paulus terjadi pada tahun terakhir pemerintahan kaisar Nero, yaitu thn 67 M. *KRONOLOGI PB.

b. Hubungan Kisah dengan Galatia

Orang mencari kepadatan penanggalan antara Kis, Surat-surat dan sumber di luar Alkitab. Sesuatu yg terus merupakan masalah untuk sintese macam itu ialah hubungan Kis dengan Gal. Kunjungan Paulus ke Yerusalem, yg dalam Gal 1:18 disamakan dengan Kis 9:26 dab, jarang diragukan; kunjungan kedua dalam Gal 2:1 dab adalah yg menimbulkan masalah pokok. Ada tiga pandangan yg hidup: Gal 2 sama dengan Kis 15, atau Kis 11:27-30 atau Kis 11 dan 15. Pada masa lampau pandangan pertama mendapat pembelaan paling banyak (bnd E. de W Burton, The Epistle to the Galatians, 1921, hlm 115 dst), dan masih tetap menarik beberapa penafsir (bnd H Schlier, An die Galater, 1951, hlm 66 dab; H Ridderbos, Galatians, 1953, hlm 34 dst). Tapi keberatan-keberatan berikut melemahkannya: Gal 2 melukiskan kunjungan kedua dan perjumpaan pribadi tanpa menunjuk kepada satu tulisan pun; Kis 15 menuturkan kunjungan ketiga sambil mencakup sidang umum yg kemuncaknya adalah suatu ketetapan resmi. Banyak ahli menganggap tidak mungkin Surat Gal yg membicarakan hal yg relevan sekali, akan diam tentang Sidang Rasuli dan ketetapan itu.

Pandangan kedua, yg sering dihubungkan dengan teori Galatia S, menghidupkan kembali tafsiran Calvin dan menjauhkan sebagian keberatan-keberatan tadi. Kis 11 adalah kunjungan kedua, yg didorong oleh suatu wahyu, dan yg memberi perhatian kepada orang miskin (bnd Gal 2:1-2, 10); Sidang para Rasul dalam Kis 15 terjadi sesudah penulisan Surat Gal, dan karena itu tidak berkaitan dengan masalah ini. Diangkatnya ihwal itu ke permukaan pada zaman modern ini oleh Ramsay (SPT, hlm 54 dst), dan dibela oleh Bruce (BJRL 51, 1968-1969, hlm 305 dst; 54, 1971-1972, hlm 266 dst), agaknya itulah pandangan yg paling menonjol dalam golongan ahli Inggris (bnd C. S. C Williams, The Acts of the Apostles, 1957, hlm 22 dst).

Tidak puas dengan kedua cara penyelesaian itu, kebanyakan penulis daratan Eropa (ump Goguel, Jeremias), diikuti oleh beberapa penulis Inggris dan Amerika (ump K Lake, A. D Nock), memandang Kis 11 dan Kis 15 sebagai duplikat dari Gal 2, karena Lukas tidak berhasil memadukannya dengan memakai kedua sumber itu (bnd Haenchen, hlm 64 dst, 377). Menentang Ramsay, ditekankan oleh Lake, jika masalah pen-Yahudi-an sudah ditetapkan dalam Kis 11 (= Gal 2), Kis 15 sudah berlebih-lebihan. Menentang pandangan Lake ini, Gal 2:9 tidaklah menggambarkan suatu penetapan, tapi hanya merupakan suatu pertemuan yg menyetujui penginjilan Paulus secara diam-diam dan pribadi, dan bersifat memandang tujuan kunjungan itu, yakni seperti disetujui Lake -- 'mengingat orang-orang miskin' (The Beginnings of Christianity, 5, hlm 201 dst). Ramsay mengenakan Gal 2:10 'secara berani' kepada kunjungan demi kelaparan, dan Haenchen menolak hal ini (hlm 377). Haenchen mungkin saja benar dalam menyamakan 'orang miskin' dengan penginjilan kepada non-Yahudi (Gal 2:9), tapi makna pentingnya hampir tidak sebesar yg dianggapnya dalam tafsirannya itu.

Rekonstruksi Ramsay, walau dalam tafsirannya ada beberapa soal kecil yg tidak begitu penting, tetap merupakan penyelesaian yg paling mungkin. Pada dasarnya pandangan yg menyamakan Kis 11 dengan Kis 15 timbul dari tradisi yg menyamakan Gal 2 dengan Kis 15, dan begitu juga dari penilaian yg amat sangat negatif mengenai pengetahuan Lukas akan sumber-sumber pertama dan mengenai cara penafsirannya akan sumber-sumber itu. Karena Gal 2, Kis 11 mempunyai 'perkembangan sejarah yg sangat jelas' (W. L Knox, The Acts of the Apostles, 1948, hlm 49), maka pandangan ketiga harus ditolak karena terlalu rumit. Pandangan lain diungkapkan T. W Manson (BJRL 24, 1940. hlm 58-80), yg menyamakan Gal 2 dengan kunjungan mendahului Kis 11, dan M Dibelius (hlm 100), yg dengan sangat skeptis berpendapat bahwa Kis 11 dan Kis 15 tak mungkin dituntut kebenaran sejarahnya.

c. Rekonstruksi baru

Karena yakin bahwa kerangka Kis tak dapat dipercaya, maka John Knox (Chapters in a Life of Paul, 1950, hlm 74-88) memberikan rekonstruksi penanggalan bayangan berdasarkan keterangan dalam Surat-surat Paulus saja. Menurut dia 'waktu kesunyian' selama 14 thn (33-47 M) tidak mungkin; karena itu kegiatan penginjilan Paulus dan beberapa suratnya dia tempatkan di antara kunjungan pertama ke Yerusalem (38 M; Gal 1:18) dan kunjungan kedua (51 M; Gal 2 = Kis 15). Perjalanan Paulus yg terakhir sama dengan 'kunjungannya yg membawa persembahan' dana penahanannya (51-53 M; Rm 15:25; 1 Kor 16:3 dab).

Melawan pandangan ini dapat dikatakan bahwa alasan menganggap 'masa kesunyian' itu (yg artinya hanya bahwa tidak ada surat-surat, dan masa itu tidak cocok dgn tema Lukas) tidak mungkin, tidak jelas; dan bahwa penyamaan Kis 15 dan Gal 2 walaupun tradisional bisa juga dipertanyakan. Pikiran Knox yg khayali ini membuat orang kagum tapi tidak meyakinkan, sebab 'sukar menggantikan tradisi yg disertai angan-angan (seperti kita jumpai dlm Kis) dengan angan-angan (betapa pun masuk akal) tanpa dukungan tradisi' (Davies, TCERK, hlm 854). Ada beberapa upaya lain merekonstruksi pelayanan Paulus atas dasar Surat-surat saja: lih Kummel, INT, hlm 253f; G Ludemann, Paulus der Heidenapostel, 1979.

III. Sejarah kritik modern

a. Perkembangan mula-mula

Dalam suatu penelitian gemilang atas sejarah telah dijajaki oleh Albert Schweitzer (Paul and his Interpreters; bnd juga Feine, Paulus, hlm 11-206; Ridderbos, Paul, 1976, hlm 13-43) perkembangan penelitian kritik Alkitab di Jerman sejak zaman reformasi. Bagi aliran ortodoks, Alkitab kadang-kadang tidak lebih dari sumber ay-ay untuk bukti pengakuan iman; tafsiran atau eksegese menjadi hamba dogma. Dalam abad 18 timbul reaksi terhadap aliran pietisme dan rasionalisme, yg -- masing-masing dengan tujuan sendiri-sendiri -- berusaha membedakan tafsiran dari pengakuan iman. Tafsiran secara filologis dan menafsirkan Alkitab menurut Alkitab sendiri menjadi patokan untuk tafsiran ilmiah.

Perkembangan ini barangkali mencapai puncaknya yg terpenting pada J. S Semler, yg bersama J. D Michaelis memelopori perkembangan kritik sastra sejarah. Kitabnya 'Prolegomena', tentang ilmu tafsir secara teologia, 'Paraphrases' mengenai Surat Rm dan Kor dan tulisan-tulisan lain, menekankan bahwa PB mempunyai sifat zamannya, justru -- demikian mereka -- unsur-unsur yg melulu bersifat budaya harus dibedakan atau disingkirkan saja. Filologi ada untuk menjadi alat kritik sejarah. Surat-surat Paulus yg kita miliki mempunyai bentuk 'tata cara gereja', dan karena itu kita harus menghadapi kemungkinan bahwa bentuk aslinya lain. Semler menyarankan bahwa Rm 15 dan 16; 2 Kor 9; 12:14-13:14 merupakan dokumen terpisah, yg kemudian dimasukkan dalam Surat-surat yg lebih besar. Sebagai bayangan mula-mula dari kesimpulan F. C Baur, Semler mempertentangkan pikiran-pikiran Paulus yg bersifat non-Yahudi dengan golongan Kristen Yahudi, yg ditentang oleh Paulus; Surat-surat Umum mengacu pada usaha untuk menengahi pertentangan ini. Mengenai penulisan, J. C Schmidt (1805) mempersoalkan atas dasar-dasar sastra apa Paulus menulis 1 Tim dan 2 Tes. Schleiermacher (1807), Eichhorn (1812) dan De Wette (1826) juga mempersoalkan 2 Tim, Tit dan Ef.

b. Aliran Tubingen

Dalam abad 19 penafsiran di Jerman sama sekali berubah bentuknya dari 'hamba dogma' menjadi 'hamba filsafat ilmiah' (bnd Kummel, Problems, hlm 130-143; S Neill, The Interpretation of the NT, 1861-1961, 1964, hlm 10-28). F. C Baur dari Tubingen tidak puas dengan hanya menguji keaslian dokumen-dokumen kuno itu, yakni suatu praktik umum sejak Renaisans. Kritiknya positif, suatu usaha untuk menemukan latar belakang dan arti sejarah yg sungguh dari dokumen-dokumen itu. Dalam Symbolik and Mythologie, bukunya yg menghantar dia mendapat jabatan di fakultas, ia ungkapkan pola pikirannya dan kerangka kerjanya yg akan datang, dengan pernyataannya bahwa bagi dia 'tanpa filsafat agaknya sejarah bisu dan mati'. Ia menerima ajaran dialektika Hegel -- yg memandang semua perkembangan sejarah sebagai deretan tese (suatu pandangan), antitese (lawan pandangan) dan sintese (= tese baru) -- sebagai kunci penafsiran sejarah zaman rasuli (bnd Ellis, Prophecy, hlm 86-89; Haenchen, hlm 15-24).

Thn 1831 Baur berpendapat bahwa 1 Kor 1:12 menggambarkan pertentangan antara agama Kristen menurut 'Paulus non-Yahudi' dengan agama Kristen menurut 'Petrus Yahudi'. Kemudian (1835) menurut dia Kis, Surat-surat Paulus yg lebih pendek, dan penentang gnostis yg muncul dalam surat-surat yg disebut 'Surat-surat Penggembalaan', merupakan tahapan yg lebih berkembang dari pertentangan tadi. Ia berkata, 'tese' asli Paulus dan 'antitese' Petrus menjadi 'sintese' (tese baru), yaitu pandangan gereja Katolik kuno pada pertengahan kedua abad 2. Dalam kritik 'tendensi' ini semua tulisan PB yg 'cenderung' memperdamaikan Paulus dengan para rasul pertama, dipandang sebagai usaha di kemudian hari untuk mencapai kesatuan melalui penulisan ulang sejarah itu. Baur mengakui keaslian Why, Rm, Kor dan Gal. Analisis sastrawi dari Surat-surat Paulus, yg sedang berlaku pada waktu itu, mendukung rekonstruksi Baur, tapi sebaliknya rekonstruksi Baur menekankan dan mengokohkan kecurigaan para kritikus sastra yg lebih tajam. Aliran Tubingen dengan cepat menjadi penting sekali dalam dunia kritik PB.

Menggunakan logika Baur dan didorong oleh ulasan Bruno Bauer tentang Kis (1850), maka aliran yg maha radikal mempertanyakan kesungguhan dan kesahihan seluruh tulisan Paulus. Pertama, Kis tidak mengenal tulisan-tulisan Paulus, dan gambaran sederhana Paulus dalam Kis mungkin lebih tua daripada gambarannya dalam Surat-surat Paulus sendiri; dan hal-hal yg tidak cocok dalam Surat Rm dan Gal mengacu pada beberapa penulis dan waktu yg lebih kemudian. Kedua, jika pikiran Paulus merupakan pen-Yahudi-an agama Kristen, seperti yg dianggap Baur, apakah itu bisa terjadi secepat itu dan hanya oleh satu orang? Bisakah perasaan anti-Yahudi atau Kristologi Paulus yg tinggi itu berkembang begitu cepat dalam suatu gereja yg berakar di Palestina segera sesudah kematian Yesus? Tidak! Pertentangan itu sendiri adalah puncak dari perkembangan yg panjang, dan 'Paulisme' dapat disamakan dengan golongan Gnostik abad 2, yg memakai 'surat-surat' Paulus sebagai alat yg ampuh dan berdaulat untuk mencapai gagasan mereka. Mengapa mereka memakai nama Paulus? Kita tidak tahu.

Logika orang-orang radikal itu hanya berhasil meyakinkan diri mereka sendiri. Kutipan dari Paulus dalam karya 1 Clement (?95 M) dan Ignatius (110 M), dan tidak adanya 'Paulisme' atau pertentangan anti-Yahudi dalam sastra zaman sesudah para rasul, mematikan dasar pikiran mereka. Alpanya kegiatan sastra oleh Paulus dalam Kis adalah pandangan (yg tak begitu kuat) berdasarkan 'bungkam menanggapi' (argumentum silentio). Dampak akhir dari 'aliran ultra-Tubingen' merongrong Tubingen sendiri. Sebab, dalam rangka anggapan bersama mereka, Paulus meng-Helenis-kan agama Kristen dan Hegel memberi kunci sejarah, para radikal mempunyai argumentasi paling jitu.

Pandangan Baur mendapat serangan dari golongan konservatif (ump J. C. K von Hofmann) dan pengikut Schleiermacher (ump Ewald); barangkali pukulan yg paling kejam dan paling berhasil ialah dari A Ritschl, yg dulunya seorang murid. Baik Ritschl maupun Hofmann menolak permusuhan yg ditekankan Baur ada antara Paulus dan para rasul pertama. Tekanan yg diberikan Hofmann kepada keutuhan ajaran para rasul mendapat terobosan pernyataan baru pada abad berikutnya dalam tulisan P Feine dan A Schlatter dan dalam teologi C. H Dodd. Kritik sastra yg agak lunak, bahkan di tengah-tengah murid Baur sendiri pun (ump Pfleiderer), mengangkat ke atas kembali nilai Surat-surat Paulus yg sahih secara mencolok. Lepas dari Surat-surat Penggembalaan, golongan terbanyak hanya mengucilkan 2 Tes dan Ef, dan jika diterima pun (seperti oleh Hamack, Julicher), itu tidak dianggap sebagai tanda kekolotan.

Dengan dirongrongnya pra-dalil sastra dan filsafat aliran Tubingen, pengaruhnya serta-merta menyusut. Tapi kendati demikian, dengan menggabungkan analisis sastra kepada suatu sintese filsafat Baur, yg Godet menyebutnya Semler yg 'hidup kembali', tetap merajai kritik atas PB (yg tak pernah dilakukan Semler) selama setengah abad. Sekali lagi, walau tafsirannya terbukti mempunyai pra-dalil filsafat yg tak dapat diterima oleh ahli sejarah di kemudian hari (dan oleh semua orang yg menganut tafsiran sejarah yg teistis), Baur membuat menjulang ke atas pendekatan sejarah yg induktif terhadap kekristenan kuno, dan membebaskan upaya penelitian dari suatu tradisi yg menghadapi sejarah dengan kesimpulan yg sudah lebih dulu didalilkan. Karena ini, semua ahli dapat menghargai usahanya. Akhirnya, karena rekonstruksi Baur mengetengahkan masalah-masalah yg dihadapi ahli-ahli sejarah zaman para rasul, maka bagian besar penelitian pada masa datang sudah dipaparkannya.

Apakah hubungan Paulus dengan Yesus? Apakah pengaruh pikiran Yahudi dan Helenisme dalam gereja rasuli? Apakah pra-dalil filosofis yg benar yg membantu penelitian asal mula kekristenan? Aliran Tubingen sudah mati, tak ada tanda yg jelas tentang kebangkitannya kembali. (Buku S. G. F Brandon, The Fall of Jerusalem and the Christian Church, 1951, yg meniupkan angin Baur kembali, kelihatannya tidak mengandung daya hidup.) Tapi kekuatan-kekuatan yg menghidupkan aliran Tubingen tetap subur, dan Tubingen tetap menonjol dan dikenal pada generasi berikutnya.

c. Sumbangan Inggris pada abad 19

Ahli-ahli Inggris (dan Amerika) saling mempengaruhi dengan (ahli) rekonstruksi Tubingen; tapi, dengan satu dua kekecualian (ump S Davidson), dengan anggapan bahwa hal itu tidak meyakinkan. Demikian juga Surat-surat Paulus (kecuali Ibr) tetap mendapat pengakuan. Di Amerika ada yg menolak Surat-surat Penggembalaan (ump B. W Bacon, A. C McGiffert); ahli-ahli Inggris dengan mengikuti B Lightfoot (Biblical Essays, 1904, hlm 397-410), umumnya menerimanya dalam rangka masa sesudah para rasul. Namun, dengan sifat bijaksana mereka, pengaruh ahli-ahli Inggris atas kritik yg kemudian lebih besar dari yg umumnya disadari oleh tafsiran berdasarkan sejarah yg benar (ump Lightfoot, Ramsay), dan dalam menghubungkan Paulus dengan pikiran Yahudi pada zamannya (ump F. W Farrar, H. St J Thackeray). Sesudah penelitian arkeologi dan sejarah secara cermat, Sir William Ramsay menggenggam dengan kuat bahwa Lukas-lah penulis Kis, dan hal ini sangat berpengaruh terhadap rekonstruksi hidup Paulus berdasarkan penelitian (bnd SPT, hlm 20 dsb; kesimpulan W. K Hobart mengenai The Medical Language of St Luke, 1882, dgn catatan tertentu, adalah sumbangan besar pada lapangan ini). Dengan pembelaan Harnack dan Deissmann (Paul, hlm 26) kesimpulan ini tambah diperkuat, walau ada beberapa ahli, seperti Haenchen, yg kembali menentang tradisi.

d. Pandangan abad 20

Kritik sastra pada abad 20 dipusatkan pada: (i) mengusahakan terus-menerus rekonstruksi sejarah umum (lih IV di bawah); (ii) masalah himpunan Surat Paulus; (iii) soal asal dan tanggal Surat-surat dari Penjara; (iv) soal penulis; dan (v) pertanyaan lain mengenai Surat satu demi satu.

(i) Rekonstruksi sejarah. Kendati aliran Tubingen sudah coati, rekonstruksi sejarah dan beberapa kelemahan sastra pada rekonstruksi itu tetap dianggap sebagai dasar dari banyak penelitian kritis dewasa ini. Johannes Munck (hlm 70-77) mengajukan keberatan yg tepat, bahwa jika dugaan-dugaan sastra gagal, maka dugaan-dugaan sejarah yg terkait dengannya harus ditinjau kembali ('tidak cukup hanya mengalihkan masalah kedua abad pertama menjadi masalah tahun tiga puluhan'; hlm 70). Munck sendiri mengusulkan perbaikan berikut: (1) Gereja Yerusalem, yaitu murid-murid pertama, juga Paulus, tidak berniat mengucilkan atau 'men-Yahudi-kan' non-Yahudi. (2) Paulus yakin, dan inilah satu-satunya perbedaannya dari gereja Yerusalem, bahwa non-Yahudi harus lebih dahulu dirasuki Injil. Jadi, sebagai rasul yg khas untuk non-Yahudi (Gal 2:7) ia menahan manusia durhaka atau antikristus (2 Tes 2:7), dengan pemberitaan Injil ia genapi (dlm arti wakil) jumlah yg penuh dari bangsa-bangsa lain' (Rm 11:25; 15:19), dan -- dalam suatu tindakan eskatologis yg menentukan -- mengupayakan kelepasan Israel dengan membuatnya cemburu (Rm 11:11) dalam kebijakan membawa sumbangan dari 'non-Yahudi' ke Yerusalem (Kis 20:3-5; 1 Kor 16:3). Penolakan Israel genap pada penangkapan dan kematian Paulus, tapi -- Paulus mati, seperti Yesus, tahu bahwa Allah akan menyelamatkan 'seluruh Israel' bila waktunya sudah genap. Menafsirkan pelayanan Paulus dalam rangka panggilannya yg mula-mula dan ajaran eskatologinya, Munck memberikan perhatian pada soal-soal kritis yg mendapat tekanan; kesimpulan keseluruhan, karyanya merupakan kemajuan yg membangun.

Bersama F. C Baur dan W Schmithals, E. E Ellis (Prophecy, hlm 69 dst, 78 dst, 104-128) mengerti pelayanan Paulus sebagai suatu pertentangan dengan orang yg melawannya: (1) Karena 'orang-orang dari golongan yg bersunat' (Kis 11:2 dst; Gal 2:12) dan orang-orang Yahudi yg berbahasa Yunani (Kis 6:1) berpandangan yg satu ketat yg kedua kendur terhadap Taurat -- maka pelayanan mereka kepada orang-orang Yahudi di luar Palestina agak berbeda. (2) Sebagian dari orang yg berbahasa Yunani mencoba memaksakan non-Yahudi menerima sunat. Setelah Konsili Yerusalem nampaknya mereka melupakan hal 'men-Yahudi-kan' ini dan menjadi agak sombong, mengizinkan kecenderungan yg tak senonoh dan menyatakan diri sanggup memberi pengetahuan ilahi (gnosis) melalui wahyu-wahyu malaikat-malaikat. (3) Guna membela kesatuan gereja, Paulus berbicara dengan pemimpin-pemimpin Ibrani (Gal 2), bekerja sama dengan orang Ibrani (Kol 4:11) dan mengadakan kolekte bagi jemaat orang Ibrani di Yerusalem. (4) Terhadap musuh-musuhnya dan orang yg bersimpati dengan mereka, Paulus menguraikan pembenaran melalui iman tanpa perbuatan bersama dengan hukuman alas dasar perbuatan (Gal, Rm, Tim, Tit). Juga ia menekankan bahwa pelayan Kristen harus menanggung salib (Kor, Flp), gnosis ilahi dan karunia-karunia segalanya berpusat pada Kristus. Akhirnya, Paulus mengajarkan suatu peraturan gereja yg dapat melindungi jemaat-jemaat dari guru-guru palsu (Tim, Tit).

(ii) Surat-surat Paulus. Dengan meninggalkan Harnack dan ahli-ahli terdahulu, E. J Goodspeed menyumbangkan pemikiran baru kepada terbentuknya kumpulan Surat-surat Paulus. Ia menduga sekitar thn 90 M seorang pengagum Paulus di Efesus menerbitkan Surat-surat Paulus (kecuali Surat-surat Pengembalaan) dan Surat Ef ditulisnya sendiri sebagai 'Pendahuluan'. Hipotesa ini dimajukan lagi satu langkah oleh J Knox (Philemon, hlm 98 dst), dan pengagum itu disamakan dengan Onesimus, sang hamba, yg kemudian menjadi uskup Efesus. Walaupun beberapa bagian diterima oleh beberapa ahli (bnd C. L Milton, The Formation of the Pauline Corpus of Letters, 1955), teori ini tidak meyakinkan bagi banyak ahli: (1) Naskah Surat Ef tidak menyebut alamat, suatu hal yg membuatnya bisa diterima sebagai surat keliling, tapi bukanlah pendahuluan dari sekumpulan surat. (2) Surat Ef tidak pernah mengawali atau mengakhiri kumpulan Surat-surat Paulus dalam naskah tulisan tangan kuno mana pun. (3) Isi Surat Ef sama sekali tidak boleh diterangkan secara tepat sebagai ringkasan pikiran Paulus, yg diringkaskan oleh seseorang yg lain dari Paulus. (4) Walaupun G Zuntz (hlm 14 dst, 276-279) mengakui kemungkinan adanya kumpulan surat-surat terdahulu yg lebih tua di Efesus, tapi dia menganggap bahwa bukti naskah-naskah dan butir-butir bukti lain menunjukkan bahwa Ef berasal thn 100 M dan mengacu pada 'metode penyusunan naskah dari ahli-ahli Aleksandria'. C. D. F Moule berpendapat bahwa Lukas mengumpulkan Surat-surat Paulus (BJRL 47, 1964-1965, hlm 451 dst).

(iii) Asal dan tanggal Surat-surat dari Penjara. Masalah asal mula Surat-surat Paulus dari Penjara (menurut tradisi, Roma) makin menarik perhatian sejak G. S Duncan mengikuti Lisco dan Deissmann, menentukan tempatnya di Efesus (St Paul's Ephesian Ministry, 1929). Walaupun Kis tidak menyebut penahanan Paulus di Efesus, tapi Surat-surat Paulus menyinggung hal itu (ump 1 Kor 15:32; 2 Kor 1:8; 6:5; 11:23); demikian juga denah lokasinya, perjalanan dan oknum-oknum Surat-surat dari Penjara lebih cocok dengan keadaan Efesus ketimbang Roma yg begitu jauh (bnd Flm 22; Flp 2:24 dgn Rm 15:24 dab; NTS3, 1956-1957, hlm 211-218). J Knox (Philemon, hlm 33), Michaelis (hlm 205 dst, 220) dan mengenai Surat Flp, Bruce (Acts, Naskah Inggris, hlm 341) dan T. W Manson (BJRL 22, 1939, hlm 182 dst) sependapat dengan Duncan. C. H Dodd (Studies, hlm 85-108) dan Percy (hlm 473 dst) tidak setuju. (1) Seluruh bukti kuno, lepas dari Pendahuluan Marcion, setuju dengan Roma dan mungkin sekali (walau tidak pasti) demikianlah pengertian dari Flp 4:22. (2) Ay-ay seperti 1 Kor 15:32 harus diartikan kiasan. (3) 'Teologi yg sudah maju' dalam Surat-surat dari Penjara mengacu pada tanggal penahanan Paulus di Roma pada waktu yg lebih kemudian. Kesimpulan umum, muasal Surat-surat ini dari Efesus dapat diterima, khususnya tentang Flp. Tapi sementara ahli (ump Reicke dlm Festschrift Bruce) dan J. A. T Robinson (Redating the NT, 1976, hlm 60 dst) menyarankan bahwa Kaisarea adalah tempat asal Surat-surat ini.

(iv) Soal penulis. Menurut tradisi Surat-surat 'Paulus' ditulis oleh Paulus sendiri. Alasannya ialah perbendaharaan kata, gaya bahasa, idiom dan pokok-pokok tertentu yg dapat dikatakan 'khas Paulus', dan bila dipakai sebagai tolok ukur dapat membedakan surat-surat dan bagian-bagian yg ditulis oleh Paulus dari tulisan orang lain (bnd Schweitzer, hlm 141-150: Schmithals, Gnosticism, hlm 302-325; J. C O'Neill, Galatians, 1972, Romans, 1975).

Tapi seluruh usaha yg memutuskan siapa penulisnya atas dasar kaidah sastra di atas, kini dipersoalkan. (1) 0 Roller telah menunjukkan bahwa seorang amanuensis (sekretaris) dalam hal menulis surat pada zaman kuno, juga mempengaruhi pilihan kata dan gaya bahasa. Sudah jelas ada sekretaris-sekretaris yg membantu Paulus, bahkan dalam surat singkat Flm (Rm 16:22; Gal 6:11; 2 Tes 3:17; Flm 19). (2) Peranan orang yg turut mengirimkan beberapa surat tidaklah jelas, tapi H Conzelmann (NTS 12, 1965-1966, hlm 234 catatan; bnd Roller, hlm 153-187) mengatakan bahwa mereka mempengaruhi penulisannya. (3) Paulus bekerja dalam lingkungan nabi dan pengajar (bnd Kis 13:1; Rm 16:21 dst; Kol 4:10-14) dan sekali-sekali karya teman sekerja ini nampak dalam Surat-surat Paulus (bnd Ellis, Prophecy, hlm 25 dst, 213). Ini nampak dalam beberapa karya terdahulu yg dipakai Paulus -- nyanyian (mis Flp 2:5-11; 1 Tim 3:16), eksposisi (mis 1 Kor 2:6-16; 2 Kor 6:14-7:1) dan pengakuan (mis Rm 1:3 dab; 1 Kor 15:3-7). Kini hal itu umum diakui, justru surat-surat yg semua orang mengiyakan ditulis oleh Paulus, jelas bukanlah suatu kesatuan sastra.

Paulus memang penulis surat-surat dalam arti, surat-surat itu dituliskan di bawah pengawasannya, sebagian dengan tangannya sendiri atau didiktekan, dan semuanya dikirimkan dengan kewibawaannya. Tapi surat-surat itu tidaklah tulisan Paulus sendiri tanpa bantuan orang lain. Karena itu kaidah-kaidah sastra yg dahulu dijadikan tolok ukur oleh para kritikus, sekarang dinilai kurang berbobot sebab berdasarkan pandangan yg salah mengenai misi Paulus, proses dan mekanisme penulisan.

(v) Surat-surat Paulus satu demi satu. Tekanan kritik atas kerangka surat satu demi satu telah bergeser dari penulis kepada hal-hal lain, kecuali dalam hal Surat Ef dan Surat-surat Penggembalaan. (Lih artikel tersendiri ttg masing-masing surat.) Banyak ahli Inggris dan Amerika lebih menyetujui tanggal dini untuk Gal (lk 49 M dari Antiokhia) dengan alamat tujuan Galatia Selatan, yaitu jemaat jemaat yg didirikan Paulus pada penginjilan pertama. Ahli-ahli di Eropa daratan mengatakan alamat tujuan adalah Galatia Utara, daerah bangsa Galatia (Kis 16:6; 18:23), dan tanggal penulisannya sesudah Konsili Yerusalem (Kis 15). Urutan 1 dan 2 Tes diputarbalikkan oleh T. W Manson; perbedaan gaya bahasa dan pokok bahasan mendorong Harnack menganggap 2 Tes ditulis kepada orang Kristen Yahudi; sasarannya yg lebih mungkin ialah teman-teman sekerja Paulus di Tesalonika (Ellis, Prophecy, hlm 19 dst). Munck (hlm 36 dsb; bertentangan dgn NIC), mengikuti Cullmann menyamakan kuasa yg menahan dalam 2 Tes 2:6 dab sebagai Paulus sendiri.

Surat-menyurat dengan jemaat Korintus mencakup -- sebagai tambahan kepada Surat-surat yg tepat dalam kanon -- sepucuk surat yg mendahului 1 Kor (1 Kor 5:9) dan 'sepucuk surat yg menyedihkan hati' (bnd 2 Kor 2:4; 7:8), yg oleh beberapa ahli diidentifikasikan dengan 2 Kor, dibela oleh R. V. G Tasker (TNTC) dan C. K Barrett (Second Corinthians, 1973). Kemungkinan penggabungan dua surat lebih masuk akal terjadi dalam Surat Rm, di mana doksologi penutup terdapat sesudah Rm 14:23 dan Rm 15:33 -- demikian beberapa naskah, dan orang-orang yg dituju dalam Rm 1:7, 15 alpa dalam beberapa naskah. Dari beberapa keterangan yg ada, antara lain yg diberikan T. W Manson (BJRL 31, 1948, hlm 224-240), adalah yg paling menarik: Rm 1-15 adalah surat keliling yg padanya digabungkan ps 16, sebagai memperkenalkan Febe kepada orang Efesus, dalam salinan yg dikirim ke Efesus. Namun, pandangan tradisi tetap mendapat banyak pendukung (mis C. E. B Cranfield, ICC, 1975; K. P Donfried, The Romans Debate, 1977).

Dalam hal Ef yg kita punyai agaknya ialah 'surat keliling', dengan alasan: (1) biasanya itulah praktik yg lazim pada abad pertama (bnd Zuntz, hlm 228), dan (2) harus ada si alamat, walau surat ini tidak memilikinya. Pandangan demikian berlawanan dengan teori pendahuluan dari Goodspeed, tapi membuka pintu bagi pandangan Sanders (bnd F. L Cross, di bawah), bahwa Ef bukanlah suatu surat melainkan 'testamen rohani' dari Paulus. Hal itu bisa juga menerangkan judul 'kepada orang Laodikia', yaitu judul yg menurut Tertulian diberikan oleh Marcion kepada surat itu (bnd Kol 4:16). Dasar pikiran yg membela Paulus sebagai penulisnya, yg paling baru diberikan oleh E Percy, M Barth dan A van Roon; sebaliknya C. L Mitton dalam Epistles to the Ephesians (1951) melawan pendapat itu.

Suatu pembahasan 'kawan dan lawan' yg populer terdapat dalam simposium F. L Cross, Studies in Ephesians (1956). 'Manakah yg lebih mungkin', tanya H. J Cadbury (NTS 5, 1958-1959, hlm 101), 'seorang peniru Paulus dalam abad pertama mengarang suatu tulisan yg 90% atau 95% selaras dengan gaya bahasa Paulus, ataukah Paulus sendiri menulis sepucuk surat, yg 5% atau 10% menyimpang dari gayanya yg biasa?' Dengan meningkatnya kecenderungan untuk menerima keberagaman dalam keterangan sastra dan teologi Paulus, pikiran yg menentang keaslian surat itu makin kurang kuat; malahan makin melemah karena persamaan-persamaan dalam Gulungan Laut Mati (bnd Flusser, hlm 263; Murphy O'Connor, hlm 115-131, 159-178).

Di luar Jerman kebanyakan ahli memandang keputusan-keputusan abad 19 yg mengatakan 'bukan dari Paulus' hanya berlaku kepada Surat-surat Penggembalaan. (Pada thn-thn terakhir ini Paulus sebagai penulis Surat Ibr diterima hanya oleh ahli Katolik, William Leonard.) Kelompok Anglo-Amerika dan juga Schmithals, Gnostics mengikuti 'hipotesa bagian' dari P. N Harrison, yaitu surat ini terdiri dari bagian-bagian tulisan Paulus dilengkapi dan disusun; kebanyakan ahli Eropa daratan yg menolak Paulus sebagai penulis Surat-surat Penggembalaan, mengatakan, bersama Kummel (INT), seorang penulis sesudah Paulus. Yg membela keaslian Paulus sebagai penulis, mendapat dukungan dalam 'hipotesa sekretaris' dari Roller, yg mengatakan bahwa keberagaman gaya bahasa berasal dari pembantu Paulus, mungkin Lukas (lih C. F. D Moule, BJRL 47, 1965, hlm 430-452). Pandangan tradisional dibela lagi oleh Spicq dan Michaelis. Ketidaksetujuan terhadap hipotesa Harrison yg makin meningkat dan dipaparkan, ump oleh Guthrie, Kelly dan Metzger (ExpT 70, 1958-1959, hlm 91 dsh) bisa meramalkan penghargaan yg baru terhadap pandangan yg kini umum diterima (bnd EQ 32, hlm 151-161). Lih M Dibelius dan H Conzelmann, The Pastoral Epistles, 1972.

IV. Jalan pikiran Paulus

a. Latar belakang

Penekanan Reformasi akan kebenaran atau pembenaran karena iman (Rm 1:17) pada abad-abad berikutnya, tetap merupakan tolok ukur yg sangat menentukan dalam penafsiran ajaran Paulus. Dengan timbulnya kritik sastra, ihwal alpanya unsur ini memberikan alasan yg dianggap cukup untuk meragukan bahkan untuk menolak suatu surat adalah surat 'Paulus'; dan dalam permulaan perkembangan sistem ajaran Paulus, 'kebenaran' dipandang sebagai kunci memasuki alam pikiran rasul itu. (Dlm bg berikut bnd terutama Schweitzer, Interpreters.)

(i) Ajaran Paulus mengenai keselamatan. L Usteri (1824) dan A. F Daehne (1835) berusaha menerangkan seluruh pikiran Paulus dengan memakai gagasan kebenaran yg diperhitungkan kepada kita, seperti disajikan dalam Rm (ump 3:21 dab). Sebagai lawannya, rasionalis H. E. G Paulus, yg berangkat dari ay-ay yg menekankan 'ciptaan baru' dan pengudusan (ump 2 Kor 5:17; Rm 8:29), mempertahankan bahwa kebenaran Paulus harus dimengerti sebagai gagasan etis dan moral; percaya kepada Yesus berarti memiliki kepercayaan Yesus. Kedua pikiran ini dan hubungannya tetap mempunyai makna sepanjang abad 19.

F. C Baur, dalam rangka idealisme Hegel, mula-mula (1845) berusaha menerangkan Paulus sebagai orang yg menerima Roh Kudus, yg diberikan melalui kesatuan dengan Kristus oleh iman. Tapi kemudian Baur kembali lagi ke ajaran Reformasi, yaitu suatu penyajian dari berbagai ajaran Paulus secara terpisah-pisah tanpa suatu usaha untuk memandang semuanya secara utuh dan terpadu. Pendekatan pola pokok-pokok terpisah ini diikuti oleh penulis-penulis berikutnya, yg memberikan uraian yg sangat teliti tentang ajaran Paulus, dengan anggapan 'bahwa dalam uraian mereka serentak sudah terkandung keterangan' (Schweitzer, Interpreters, hlm 36).

Namun begitu, beberapa penulis berusaha keras untuk menemukan suatu pengertian atas seluruh pikiran Paulus secara utuh dan terpadu. R. A Lipsius (1853) melihat adanya dua pandangan tentang keselamatan dalam Paulus, yaitu secara hukum (pembenaran) dan secara susila ('ciptaan baru'). Hermann Luedemann, dalam The Anthropology of the Apostle Paul (1872), menyimpulkan bahwa sebenarnya kedua pandangan tentang keselamatan itu berdiri di atas dua pandangan tentang kodrat manusia. Dalam pandangan 'Yahudi' Paulus terdahulu (Gal; Rm 1-4) keselamatan ialah keputusan hukum yg membebaskan; bagi Paulus yg sudah tua (Rm 5-8) keselamatan ialah peralihan secara badani susila dari 'manusia lama' ke 'manusia baru' melalui persekutuan dengan Roh Kudus. Sumber dari pikiran pertama ialah kematian Kristus; dari pikiran kedua, kebangkitanNya.

Nalar lain, yakni kesimpulan Richard Kabisch, mengatakan bahwa keselamatan yg diajarkan Paulus berintikan kelepasan dari hukuman yg akan datang, justru maknanya harus dicari dalam eskatologi Paulus. Orang Kristen harus berperilaku menurut hidup yg baru untuk menunjukkan bahwa dia sudah mendapat bagian dalam kebangkitan Kristus. Hidup dan mati 'rohani' sesuai pengertian agama modern tidak terdapat pada Paulus; kedua pengertian itu, ump dalam Rm 6, selalu berhubungan dengan badani; dan hidup baru ialah kesatuan rohani dengan Kristus. Jadi, kelepasan yg akan datang dari kuasa-kuasa setan sudah didahului (diantisipasi) oleh pemilikan Roh Kudus, yg menjelmakan dunia baru itu pada saat sekarang ini dan memberikan benih adikodrati yg baru kepada tubuh kita.

Jadi bagi Luedemann dan Kabisch: (1) ajaran Paulus tentang keselamatan bertunas dari satu pengertian dasar. (2) Keselamatan itu ialah kelepasan badani yg harus dimengerti dalam rangka antropologi Paulus. (3) Keselamatan berarti turut mati dan bangkit bersama-sama Kristus, yg mencakupi kesatuan dengan Kristus dan memusnahkan 'watak manusia lama'. (4) Walau bersifat akan datang, keselamatan itu sekarang ini diantarai oleh Roh Kudus.

Tapi tetap ada pertanyaan. Dalam arti mana dapat diulangi kematian dan kebangkitan Kristus dalam diri seorang percaya? Dalam arti apa seorang Kristen dapat menjadi 'ciptaan baru' sementara lahiriah ia tetap tidak berubah? Albert Schweitzer, membangun pikirannya di atas tafsiran Luedemann dan Kabisch, mencari jawabnya dalam sintese berikut. (1) Paulus, yg mengikuti Yesus, menafsirkan kematian dan kebangkitan Yesus sebagai bersifat eskatologi, artinya mengakhiri peristiwa dunia ini, dan melayankan Kerajaan Allah dan hidup kebangkitan bagi semua orang terpilih. (2) Tapi dunia ini tidak berakhir, dan orang-orang percaya sebenarnya tidak memasuki hidup kebangkitan; sementara itu dan pada waktu yg sama, pemisahan temporer antara kebangkitan Kristus dan kebangkitan orang percaya (yg dinantikan), menjadi masalah pokok bagi ajaran Paulus. (3) Untuk menjawabnya Paulus menganjurkan suatu 'mistisisme badani': melalui sakramen (perjamuan kudus) Roh Kudus mengantarai kini kebangkitan Kristus kepada orang-orang percaya dari 'angkatan terakhir'. (4) Kesatuan dengan Kristus sekarang ini, yg terjadi dalam Roh Kudus, adalah jaminan bahwa orang percaya akan turut dalam 'kebangkitan Mesias' pada saat kedatangan Tuhan Yesus kedua kalinya.

(ii) Eskatologi Paulus. Jadi, pembahasan abad 20 ini mengenai eskatologi Paulus dipelopori Schweitzer. Jasa besarnya ialah upayanya menalar alur pikiran Paulus atas dasar suatu pikiran dasariah, bahwa ia melihat betapa pentingnya eskatologi dan antropologi (Yahudi) dalam ajaran rasul tentang keselamatan, dan bahwa ia melihat Roh Kudus dan kesatuan dalam Kristus (en Christo) sebagai realisasi dari zaman baru pada masa kini. Tapi penafsiran Schweitzer tentang eskatologi Paulus sebagai jalan keluar dalam keadaan darurat ( dan sebagai mistisisme sakramen) sangat diragukan. Sebab, seperti ditunjukkan Hamilton dalam pertimbangannya (hlm 50 dsb), Kristus yg ditinggikan itu, bukan 'tertundanya' kedatangan yg kedua kalinya, yg menentukan eskatologi Paulus. Begitu juga, jika pola-pola pikiran Paulus bersifat Yahudi (seperti jujur diakui Schweitzer), maka mistisisme sakramen merupakan keterangan yg canggung atau kaku tentang 'ciptaan baru' dalam Kristus.

(iii) Pola-pola pikiran Paulus. Bersama-sama dengan eskatologi sebagai kunci pikiran Paulus, suatu pertanyaan yg sangat erat hubungannya dengan itu, dan yg sangat penting juga untuk masa yg akan datang timbul pada abad 19. Apakah pola-pola pikiran Paulus berasal Yahudi atau Yunani? Kabisch dan Schweitzer mempertahankan bahwa pikiran Paulus sampai ke inti dasarnya ialah pikiran Yahudi. Yg lain, dengan mengikuti rekonstruksi F. C Baur, yg mengatakan bahwa Paulus-lah yg 'men-Yunani-kan kekristenan, menafsirkan antropologi dan eskatologi Paulus dari titik pandangan dualisme Platonis yg sudah diubah. Antitese 'daging' dan 'roh' dalam Rm 6-8 merupakan dualisme susila, dan 'mati' dan 'bangkit' merupakan transformasi rohani. Akarnya terletak pada dualisme antropologi;jadi pada masa datang, keselamatan mencakupi kebebasan 'roh' dari tubuh, kurungan tanah Hal itu. Tapi Paulus juga membicarakan kebangkitan segenap umat manusia dari kematian (1 Tes 4; 1 Kor 15).

Kesimpulan Otto Pfleiderer (Paulinism, 1877, hlm 264) ialah Paulus memegang serentak pandangan Yahudi dan Yunani, 'berdampingan, tanpa memikirkan pertentangan keduanya yg terletak pada intinya'. Dalam menafsirkan eskatologi Paulus (bnd Schweitzer, Interpreters, hlm 70) Otto dalilkan suatu perkembangan dari 1 Tes 4 melalui 1 Kor 15 ke 2 Kor 5. Yg pertama ialah melulu eskatologi kebangkitan Yahudi; dalam 2 Kor 5 orang percaya itu pada waktu mati masuk ke dalam kerajaan sorga.

b. Asalnya agama Paulus: Helenisme

Penelitian abad 20 tentang alam pikiran Paulus telah menyita perhatian terutama pada tiga masalah. Apakah hubungan Paulus dengan Yesus? Apakah yg menjadi sumber alam pikiran Paulus? Apakah peranan eskatologi dalam pikiran Paulus?

(i) Hubungan Paulus dengan Yesus. Perbedaan kebenaran 'secara hukum' (Rm 1-4) dari kebenaran 'secara susila' (5-8) yg timbul setengah abad sebelumnya, memberi hasil yg banyak, dan yg terakhirlah kemudian dianggap sebagai pusat yg menentukan dari pikiran Paulus. A Deissmann (Paul, hlm 148 dsb) memandang ungkapan 'dalam Kristus' sebagai persekutuan rohani yg mendalam sekali dengan Kristus, pendeknya mistisisme Kristus; seringkali 'mistisisme' itu ditafsirkan sebagai kenyataan yg bersifat sakramen, berdasarkan eskatologi Yahudi (Schweitzer) atau agama rahasia Helenisme (J Weiss, Earliest Christianity, 1959 [1937, 2, hlm 463 dsb). Beberapa lama kemudian aliran ini diangkat ke permukaan oleh J. S Stewart (A Man in Christ, 1935, hlm 150 dsb) yg memandang kesatuan dengan Kristus sebagai inti alam pikiran Paulus. Penekanan ini mempunyai dampak yg penting dalam perkembangan penelitian teologi Paulus pada abad 20 ini.

Pertentangan antara 'Yesus yg melulu manusia baik' seperti digambarkan oleh beberapa ahli, dengan Kristus yg transenden yg diajarkan Paulus diam di dalam hati, ramai dibahas dalam sejumlah judul buku pada peralihan abad ini, khususnya mengenai hubungan Yesus dengan Paulus (bnd P Feine, Paulus, hlm 158 dsb). Buku W Wrede yg sangat berpengaruh, Paulus (1905), tanpa tedeng aling-aling berkata: Paulus bukanlah murid Yesus yg sungguh; sebetulnya dia adalah pendiri kedua kekristenan. Kesalehan dan keselamatan perseorangan yg akan datang yg diajarkan Rabi Yesus, dialihkan oleh sang ahli teologi, Paulus, menjadi kelepasan masa kini melalui kematian dan kebangkitan dari suatu allah-kristus. Tentu tak dapat diterima pikiran Paulus itu tanpa penelitian. Berkeyakinan demikian berarti, seperti dikemukakan Weinel (St Paul, 1906, hlm 11), 'mencekik tuntutan akal budi demi kekristenan, sebab akal budi terus menerus mengulangi ... bahwa konsep pikiran dunia modernlah yg benar'. Namun begitu, tugas ahli sejarah tetap ada. Jika ajaran-ajaran Paulus tidak timbul dari pikiran Yesus dan tidak berdasarkan itu, lalu dari mana asalnya?

(ii) Sumber alam pikiran Paulus. F. C Baur berusaha menerangkan alam pikiran Paulus dalam rangka pertengkaran gereja: Paulus menjunjung tinggi kemerdekaan masyarakat non-Yahudi. Bagi Schweitzer asal mula alam pikiran Paulus ialah masalah eskatologinya yg khas, yg ditempa dalam tempaan pikiran Yudaisme akhir. Tapi, aliran Religionsgeschichte (sejarah agama-agama) yg sedang timbul tidak mendapati sesuatu bukti, untuk mendasarkan mistisisme sakramentalis Paulus pada Yudaisme. Sementara mengakui masalah eskatologi, aliran ini membangun di alas pikiran Baur sang Paulus 'non-Yahudi', dan memperkembangkan rekonstruksi lain yg lebih luas tentang zaman rasul-rasul.

Dengan secara khusus diwakili oleh R Reitzenstein dan W Bousset, aliran ini menafsirkan ajaran Paulus dalam rangka agama-agama rahasia Oriental-Helenisme. Agama Rahasia ini bicara, seperti dilakukan Paulus, tentang allah yg mati bangkit, tentang 'tuhan', kelepasan melalui sakramen, tentang 'rahasia-rahasia', gnosis, dan 'roh'. Sebagai anak belia di Tarsus dan kemudian sebagai penginjil, Paulus terjerat dalam pengaruh pikiran-pikiran ini, dan pengaruhnya jelas sekali kelihatan pada teologinya. Schweitzer (Interpreters, hlm 179-236), H. A. A Kennedy (Mystery Religions; bnd Biblica 39, 1958, hlm 426-448; 40, 1959, hlm 70-87; CBQ, 20, 1958, hlm 417-443), dan J. G Machen (hlm 255-290) meneliti rekonstruksi ini dengan sangat tajam dan menjelaskan bahwa teori ini sangat lemah dalam metodologi, karena tidak memperhatikan latar belakang PL Yudaisme dari segi kesejajaran (apa yg dinyatakan Kennedy sangat bisa diterima akal) dan tidak menyadari penanggalan akhir dari sumber-sumbernya. (Bnd R. E Brown, The Semitic Background of the Term 'Mystery'..., 1968.)

Sumbangan utama aliran Sejarah Agama-agama ialah mempertanyakan hubungan teologi Paulus dengan dunia agama bangsa-bangsa non-Yahudi. Rekonstruksi 'agama rahasia' itu tidak disetujui oleh umum, tapi ringkasan-ringkasan umumnya dalam gnostik gaya baru masih kuat didukung. Kesejajaran PL Yudaisme dengan agama rahasia berangsur pudar tapi keyakinan orang tetap kuat, bahwa alam pikiran Paulus sangat terpengaruh oleh Helenisme. R Bultmann (1910) menunjukkan keserupaan gaya sastra Paulus dengan gaya tulisan 'pidato kebencian' golongan Stoa; ada yg beranggapan bahwa ajaran Paulus tentang'jemaat sebagai tubuh' (bnd W. L Knox, Gentiles, hlm 160 dsb), teologi alamiahnya dalam Rm 1 (bnd Kis 17), dan pengertiannya tentang suara hati (E Norden, Agnostos Theos, 1913) berakar pada aliran Stoa. Bahwa kesimpulan-kesimpulan ini tidak wajar telah diuraikan berturut-turut oleh E Best (hlm 83 dsb), B Gaertner (hlm 133-169) dan C. A Pierce (hlm 16 dsb). Gaertner mengemukakan bahwa teologi alamiah Paulus bersifat PL Yahudi, tapi Pierce (hlm 22 dsb, 57 dsb) menyimpulkan bahwa PB dalam hal 'suara hati' memakai pandangan Helenisme umum.

Untuk menentukan hubungan Paulus dengan alam pikiran Helenisme, bagian yg paling mendapat perhatian masa kini ialah Gnostisisme. Gerakan agama filsafat ini memberi tekanan kepada dualisme metafisika, kelepasan dari kungkungan 'zat benda' melalui karunia ilahi dan kuasa gnosis, artinya pengetahuan khas akan Allah, dan adanya malaikat-malaikat pengantara untuk membantu seseorang sampai kepada keselamatan. Jauh sebelumnya J. B Lightfoot (Colossians and Philemon, 1886, hlm 71-111) menemukan unsur-unsur Gnostisisme dalam bidat Surat Kol. Pada awal abad 20 Bousset dan J Weiss (2, hlm 650 dsb) menekankan bahwa ada segi-segi pikiran Paulus yg terdapat juga dalam aliran ini.

R Bultmann dan W Schmithals mewakili dan mengembangkan rekonstruksi Bousset pada masa sekarang ini. Dengan berangkat dari pertimbangan-pertimbangan eksistensialis, kembali Bultmann membuat 'pembenaran' menjadi pusat pikiran Paulus, walaupun dia jauh dari kembali ke Baur atau para reformator; dengan alasan yg sama diberikan juga uraian yg mendalam tentang antropologi Paulus (Theology, 1, hlm 190-227). Tapi kunci sebenarnya bagi Bultmann dalam memahami teologi Paulus, ialah pendapatnya bahwa pikiran Paulus merupakan campuran ajaran Yahudi dan kekristenan. Dari latar belakang inilah Paulus memperoleh beberapa pengertian, umpamanya kelepasan melalui sakramen dan dualisme etis, yg berasal dari Gnostik atau sampai batas tertentu terpengaruh oleh Gnostik (Theology, 1, hlm 63 dsb, 124 dsb, 151-188). Walaupun Paulus menentang ajaran Gnostik, ump di Kolose, tapi dalam tahapan berikutnya ia tidak hanya mengubah peristilahannya, tapi juga pengertiannya, khususnya Kristologinya (Mesias Yesus menjadi Tuhan yg menguasai sorga; bnd Bousset) dan dunia yg dirajai setan dilepaskan oleh seorang sorgawi; bnd W. L Knox, Gentiles, hlm 220 dsb. Tapi lih G. B Caird, Principalities and Powers, 1956; W Foerster, TDNT 2, hlm 566-574).

Schweitzer (Interpreters, hlm 231) seperti meramal, mengemukakan bahwa pengaruh Yunani atas Paulus sangat besar, bahkan lahirnya kekristenan juga dipengaruhi oleh pemikiran Yunani. Ramalannya itu lebih dari digenapi dengan penemuan gulungan-gulungan Laut Mati dengan dualisme etisnya dan pemberian tekanan kepada 'pengetahuan'. Gulungan-gulungan itu merupakan kendala bagi rekonstruksi Bultmann, karena kebanyakan ahli menganggap gulungan itu sudah ditulis sebelum Gnostisisme ada. Demikian juga, sangat sedikit alasan untuk mempercayai bahwa Paulus, misalnya, memantulkan 'ajaran Gnostik yg terdahulu mengenai datangnya seorang pelepas, terutama karena tidak ada bukti bahwa ajaran seperti itu ada' (R. M Grant, Gnosticism, hlm 69; bnd hlm 39-69; R. M. L Wilson, hlm 27, 57 dst). Hampir segala hal yg menurut Bultmann menunjuk kepada pengaruh Gnostik, sekarang jelas berasal dari zaman sebelum Gnostik.

R. M Grant, dengan menoleh ke belakang, ke Schweitzer, menafsirkan Gnostisisme sebagai sesuatu yg timbul karena gagalnya pengharapan apokaliptika Yahudi dan Gnostisisme yg sudah maju pesat pada abad 2 (hlm 158). Kecenderungan terakhir ini dilihat Grant dalam penafsiran Paulus akan kebangkitan Kristus sebagai kemenangan (secara eskatologi) yg sudah nyata mengalahkan kekuasaan-kekuasaan dunia ini. Dengan agak lebih berhati-hati disimpulkan oleh R. Mcl Wilson, dalam penelitian yg berharga (The Gnostic Problem, 1958, hlm 75-80, 108, 261), bahwa Paulus mengambil alih pandangan dunia dan peristilahan Helenisme hanya untuk melawan Gnostisisme, dan untuk menafsirkan kekuasaan Yesus yg sudah mengalahkan 'kuasa-kuasa' Gnostik; tapi Paulus sendiri menolak penafsiran yg meng-gnostik-kan pengertian. Namun J Dupont (Gnosis: Lq Connaissance Religieuse dans les Epitres de Saint Paul, 1949) mengemukakan bahwa gnosis Paulus kokoh bersifat PL-Yahudi.

Semua usaha merekonstruksi Paulus sebagai berpikiran 'Yunani', berakar pada tafsiran RC Baur mengenai Paulus sebagai jurubicara dari kekristenan non-Yahudi. Jika W Wrede dan ahli-ahli lain mengakui sifat kelepasan eskatologi pikiran Paulus, maka Paulus ditempatkan pada kedudukan yg bertentangan tidak hanya dengan kekristenan Yahudi, tapi juga dengan Yesus yg 'liberal'. Namun, seperti telah ditunjukkan Schweitzer, Yesus yg 'liberal' demikian, bukanlah Yesus yg terdapat dalam Kitab-kitab Injil. Yesus 'apokaliptika' yg diajarkan oleh Schweitzer, diterima oleh Bultmann (Theology, 1, hlm 23, 30 dsb), tapi dipertahankannya bahwa inti pati dari eskatologi Yesus ialah tuntutan Allah akan keputusan manusia, bukanlah penalaran-penalaran yg tajam dan cermat akan akhir zaman. Anak Manusia yg menderita, yg bangkit dan yg akan kembali ialah gambar, yg 'didongengkan' atau 'dimitoskan' oleh Kristologi Helenisme di kemudian hari. Alam pikiran Paulus tetap berjauhan dari alam pikiran Yesus yg pernah hidup di bumi atau dari murid-murid-Nya terdahulu. Justru penilaian seseorang tentang ajaran Paulus sangat kuat terikat kepada penilaian orang itu tentang gambaran Yesus dalam Kitab-kitab Injil.

Beberapa ahli golongan penengah yg mengikuti petunjuk-petunjuk B Weiss, berpendapat bahwa 'perkembangan'-lah yg bisa menjadi kunci untuk mendalami pikiran Paulus. Karena pengharapan-pengharapan akan kedatangan Tuhan Yesus kembali (parousia) makin kabur, antropologi Paulus bergeser ke arah dualisme Yunani (Dodd) dan pandangan dunianya ke arah Gnostisisme (R. M Grant).

Pandangan religionsgeschichtliche (sejarah agama-agama) yg mencari kunci ajaran Paulus dalam agama kafir, mendapat serentetan kecaman. Ada kecenderungan untuk menggantikan kesejajaran menjadi pengaruh, dan pengaruh-pengaruh menjadi sumber. Beberapa 'sumber' dari pikiran Paulus terdapat pada suatu zaman yg agak kemudian dari masa hidup para rasul. ('Paulus' menurut teologi Bultmann mungkin mempunyai hubungan yg dekat dgn 'Paulus' dlm aliran 'Gnostik' yg diajarkan oleh aliran ultra-Tubingen). Demikian juga, kelompok penelitian sejarah kadang-kadang diselaraskan dengan pandangan dunia yg tidak wajar. Ump Bultmann dan Weinel memandang dunia ini sebagai 'sesuatu yg ada sendiri kebal terhadap campur tangan kekuasaan-kekuasaan supra alami' (Kerygma and Myth, red. H. W Bartsch, 1953, hlm 7; bnd hlm 5-8, 216, 222; bnd Hamilton, hlm 71-82).

Barangkali pertanyaan-pertanyaan yg paling asasi ialah: Apakah ajaran Paulus dimengerti sebaik-baiknya sebagai rampaian sari, petik sini petik sana, atau sebagai perluasan dan penerapan dari suatu tradisi pusat yg berakar dalam alam pikiran Yesus Kristus dan gereja mula-mula? Apakah alam pikiran Paulus paling wajar diterangkan dalam rangka sinkritisme Helenisme atau dalam pangkuan apokaliptis Yudaisme dan gereja kuno? Apakah peng-Helenis-an kekristenan mulai pada Paulus dan kekristenan pra Paulus (Bultmann) atau pada musuh-musuh dan murid-murid Paulus yg membangkang; dan apakah itu timbul karena tidak tergenapinya eskatologi yg diajarkan mula-mula pada zaman Paulus (Grant), atau karena eskatologi itu (dan Paulus sendiri) salah dimengerti dalam gereja-gerejanya? Bnd Ellis, Prophecy, hlm 45-62, 101-115.

c. Asalnya agama Paulus: Yudaisme

(i) Hubungan Paulus dengan gereja mula-mula. Baik Ritschl maupun von Hofmann mempertahankan -- berlawanan dengan Baur -- kesatuan ajaran Paulus dengan ajaran gereja mula-mula. Dan A Resch menopang pandangan ini dalam perdebatan 'Yesus atau Paulus'. Penelitiannya yg sangat mendalam tentang Der Paulinismus and die Logia Jesu (1904) menyimpulkan bahwa perkataan-perkataan Yesus-lah yg menjadi sumber pertama bagi jalan pikiran Paulus. Tapi apakah tidak lebih mungkin Paulus menjadi sumber dari Yesus yg Sinoptik (yg tertera dlm Kitab-kitab Sinoptik)? Penelitian dari beberapa penulis (mis Dungan: Bruce, BJRL 56, 1973-1974, hlm 317-335) telah menunjukkan bukti bahwa pikiran Resch benar.

C. H Dodd (Preaching, hlm 56) membuktikan bahwa kerygma, yaitu pemberitaan inti Injil, berlandaskan baik Kitab-kitab Injil, maupun tulisan Paulus, dan ini ialah 'suatu tradisi yg sama tuanya dengan gereja sendiri'. Dan penulis yg sama (According to the Scriptures, 1952, hlm 108 dsb), yg bertolak dari kitab Rendel Harris Testimonies (1916, 1920), menjumpai suatu 'dasar teologi PB' yg Paulus sendiri terima dan yg asalnya terdapat pada diri Kristus sendiri. E. E Ellis, yg menyelidiki dasar-dasar ilmu tafsir Paulus (Paul ;y Use of the Old Testament, hlm 97 dsb, 107-112), menyarankan bahwa suatu tradisi tafsir umum (pra Paulus) berasal dari 'nabi-nabi' gereja mula-mula. E Lohmeyer (Kyrios Jesus, 1928) menafsirkan Flp 2:5 dab sebagai nyanyian gereja Kristen mula-mula, barangkali timbul dalam lingkungan gereja Aram (bnd L Cerfaux, hlm 283 dsb; R. P Martin, An Early Christian Confession, 1960, hlm 8-16; E. G Selwyn, First Epistle of St Peter, 1946, hlm 365-369, 458-466). Serupa dengan itu, 'sifat pra Paulus' yg terdapat pada Primitive Christian Catechism (1940) telah dibuktikan oleh P Carrington.

O Cullmann ('Tradition', hlm 69-99), K. H Rengstorf ('Apostleship', TDNT 1, hlm 413-443), H Riesenfeld (The Gospel Tradition, 1969), dan B Gerhardsson membicarakan dasar pikiran bagi pengertian asal mula kekristenan ini. Pengertian Paulus dalam PB berasal dari lingkungan kerabian syaliakh, yaitu utusan yg berwibawa penuh sama dengan pengutus sendiri. Para rasul menyaksikan suatu tradisi atau paradosis, yg diberikan Kristus kepada mereka. 'Tapi karena segala sesuatu tidak dinyatakan kepada setiap rasul perseorangan, maka tiap rasul harus lebih dulu meneruskan kesaksiannya kepada yg lain (Gal 1:18; 1 Kor 15:11), dan hanya keseluruhan tradisi atau paradosis, sebagai kumpulan sumbangan dari semua rasul yg membentuk paradosis Kristus' (Cullmann, 'Tradition', hlm 73).

Jadi, sebagai 'rasul', berita Paulus cocok dengan apa yg diterimanya. Pengajaran agamanya, beritanya, dan 'tradisi' yg lebih luas seharusnya berakar pada gereja mula-mula dan akhirnya pada ajaran Yesus: dan penelitian yg rinci menguatkan bahwa itu terjadi. Ajaran Yesus ini rupanya tidak hanya meliputi ajaran moral atau peringatan apokaliptis, tapi juga tafsiran Kitab Suci (Ellis, Prophecy, hlm 240-253), dan suatu sintese teologi baru yg memberikan gambaran tentang pelayanan murid-murid-Nya sesudah kebangkitanNya (bnd J Jeremias, Jesus' Promise to the Nations, 1958). Jika penulis-penulis ini benar, maka pemisahan Paulus dari gereja Yahudi kuno, yg dipermasalahkan sejak Baur sampai Bultmann, merupakan pra-dalil yg harus dilepaskan saja.

(ii) Latar belakang pemikiran Paulus. Untuk mengerti penulis adalah perlu mengamati sekitarnya, sebab ke dunia sekitarnya itulah ia mengarahkan perhatian pembaca dan hidup penulis sendiri mungkin termasuk di dalamnya. Dalam menafsirkan pengertian-pengertian Paulus, yg pertama-tama menuntut perhatian para ahli peneliti sejarah, bukanlah pengertian-pengertian umum Gnostik Helenisme (betapapun mudahnya 'ditelusuri kembali'), melainkan pengertian-pengertian umum kerabian/apokaliptika Yudaisme pada abad pertama.

Ujud Yudaisme abad 1 sangat rumit, sehingga orang mudah sekali tergoda untuk memberikan gambaran yg keliru atau batasan yg salah mengenai pertentangan 'Yg sinkretistis' dengan 'Yg Ortodoks' (dua istilah, yg jangan disamakan dgn 'Helenis' dan 'Ibrani' atau dgn diaspora dan 'penduduk Palestina'; bnd Kis 6:1; Ellis, Prophecy, hlm 106, 125, 245 dst Davies, hlm 1-8). Kendati demikian, penelitian lebih menghubungkan pikiran Paulus, Farisi dan 'orang Ibrani asli' (Flp 3:5), dengan kerabian dan apokaliptika Palestina ketimbang dengan Yudaisme yg sinkretis.

Van Unnik mengemukakan kemungkinan bahwa masa muda Paulus berlalu bukan di Tarsus melainkan di Yerusalem. Memang pasti Septuaginta (LXX sudah didapati di antara Gulungan Laut Mati) dipakai oleh Paulus, dan ia berkhotbah di tengah-tengah orang diaspora, dan mungkin juga ia telah mengetahui Yudaisme yg dipengaruhi sinkretisme seperti yg diajarkan Filo. Tapi -- kendati tidak pasti -- kecuali dengan Kebijaksanaan Salomo, maka hubungan Paulus dengan sastra diaspora tidaklah langsung, dan mungkin hubungan itu hanyalah memantulkan tradisi yg sama-sama dimiliki oleh kedua pihak. Hubungannya yg lebih langsung terdapat pada arah yg lain. W. D Davis dan ahli-ahli lainnya membuktikan bahwa Yudaisme Kerabian dan Qumran adalah merupakan latar belakang dari banyak pengertian Paulus, yg sebelumnya dicap berbau Helenisme. Gulungan Laut Mati juga secara mencolok mengokohkan sifat ke-Yahudi-an yg melatarbelakangi pemikiran Paulus dan PL (bnd Stendahl, hlm 94-113, 147-182; Bruce, Qumran Texts, hlm 66-77; Flusser; M Black, The Scrolls and Christian Origins, 1961; Ellis, Prophecy, hlm 35, 57 dst, 213-220; Murphy-O'Connor).

(iii) Pengertian-pengertian khusus Paulus. Antropologi dan hakikat ungkapan 'dalam Kristus' sudah dianggap penting sekali sejak zaman F. C Baur. Sekarang ini sangat luas pengakuan bahwa pandangan Paulus tentang manusia terdapat dalam kerangka PL Yahudi, dan bukan dalam dualisme Plato dari dunia Helenisme (lih Bultmann, Theology, 1, hlm 209 dsb; Cullmann, Immortality, hlm 28-39; J. A. T Robinson, The Body, 1952). 'Tubuh Kristus' yg terdiri dari orang-orang percaya sepatutnyalah dimengerti bukan seperti pengertian mitologi Gnostik (Kasemann) ataupun perumpamaan Stoik (W. L Knox), tapi sebagai pengertian PL Yahudi tentang solidaritas suatu bangsa. Davies (Judaism, hlm 53 dsb) menghubungkan pikiran Paulus di sini dengan khayalan kerabian tentang tubuh Adam. Buku R. P Shedd, Man in Community (1958) dengan tepat melihat dasar pikiran Paulus yg terkuat dalam realisme pola-pola pikiran Semitis, seperti dikenakan kepada Mesias dan umat-Nya (bnd J. A. T Robinson, The Body, 1953, hlm 56 dst; Kummel, Man; J de Fraine, Adam and the Family of Man, 1965, hlm 245-270; Ellis, Prophecy, hlm 170 dsb). R Gundry (hlm 228-241) kurang mengerti realisme ini dalam menalar pengertian itu secara kiasan. D. R. G Owen, dalam bukunya Body and Soul (1956), memberikan sumbangan berupa perbandingan antropologi Alkitab dengan pandangan manusia modern yg bersifat ilmiah, dan sangat membantu. Penelitian D Cox (Jung and St Paul, 1959) berusaha untuk menentukan keterkaitan Paulus pada bidang-bidang lain dengan iman dan praktik sekarang ini.

Apakah eskatologi Paulus berakar pada alam pikiran Yahudi atau Yunani masih tetap diperdebatkan. Makna pertanyaan ini untuk uraian ajaran Paulus harus diteliti.

d. Inti pati eskatologi pikiran Paulus

Buku karya C. A. A Scott, Christianity according to Saint Paul (1927), melawan tafsiran eskatologi Albert Schweitzer, dan mengatakan bahwa keselamatan adalah dasar asasi ajaran Paulus. Tapi apakah unsur yg menentukan ciri khas teologi kelepasan Paulus yg berciri 'sudah tapi belum tercapai'? Karena Scott sebenarnya tidak mengerti pertanyaan Schweitzer, ia menyodorkan jawaban: memang didapatinya suatu motif untuk menguraikan pikiran Paulus, tapi ia tidak mendapati kunci untuk menerangkannya. (Bnd juga pendekatan teologis sekarang ini, ump L Cerfaux, Christ in the Theology of St Paul, 1959.) Mungkin sekali masalah yg sesungguhnya dan penyelesaiannya tidak dinyatakan Schweitzer secara memuaskan, tapi pengertian pokok yg ditunjukkannya tetap berlaku.

(i) Pandangan Schweitzer dan Dodd. Juga masa kini pembicaraan tentang eskatologi PB terus hangat di seputar pandangan Schweitzer dan C. H Dodd. (Bagi Bultmann, tak ada sangkut paut eskatologi dan masa yg akan datang atau sejarah; itu hanyalah wilayah tempat hidup yg eksistensial. Sama seperti F. C Baur, Bultmann memakai bh PB sebagai pakaian untuk menghiasi suatu filsafat agama yg mengagumkan; tafsiran menjadi hamba eksistensialisme. N. Q Hamilton, The Holy Spirit and Eschatology in Paul, hlm 4190, memberi ringkasan dan bahasan yg jelas dan gemilang mengenai eskatologi Schweitzer, Dodd dan Bultmann.) Schweitzer berpendapat bahwa ungkapan Paulus 'en Christd' timbul karena gagalnya kedatangan Kerajaan Allah, yaitu akhir dunia ini, pada saat kematian dan kebangkitan Kristus.

Melawan Schweitzer, Dodd berkata bahwa dalam kematian Kristus tibalah 'dunia yg akan datang' itu; eskatologi 'direalisasikan' dalam suatu bentuk yg tak akan pernah diperbaiki dalam rentang kurun waktu kini. Orang percaya sudah ikut masuk dalam Kerajaan Allah (ump Kol 1:13), dan dalam kematian ia sepenuhnya masuk dalam kerajaan yg kekal, yaitu yg bersifat eskatologi. Justru eskatologi tidak mengacu kepada peristiwa akhir'dunia ini; dengan cara pikiran Plato hal itu harus di tanggap 'dalam arti ruang', bukan 'dalam arti waktu', kekekalan berhadapan dengan waktu. Lalu bagaimanakah dapat dipertanggungjawabkan ucapan Paulus tentang menanti-nantikan parousia yg akan datang? Dengan kepercayaan bahwa hal itu kesia-siaan dari apokaliptika Yudaisme (dan sangat asing terhadap inti pemberitaan Yesus), Dodd kembali kepada Pfleiderer untuk menjawabnya: dalam 1 Tes 4 eskatologi Paulus ialah eskatologi yg ketat bersifat Yahudi, tapi dalam 1 Kor 15:45-46 meramunya sedikit dengan pengertian tubuh 'rohaniah'; lalu 2 Kor 5 yg menempatkan orang percaya di sorga sesudah coati, mengungkapkan pandangan Paulus yg sudah matang (dan yg bersifat 'Yunani') itu. Buku J. A. T Robinson Jesus and His Coming (1958, hlm 160 dsb) pada dasarnya merupakan perluasan atas dalil Dodd.

Dodd berjasa besar dalam melihat ihwal yg tidak dilihat oleh Schweitzer, yaitu makna penting dari segi 'direalisasikan'-nya. Kerajaan Allah bagi pemikiran PB (dan bagi kaitan Injil dgn dunia masa kini). Tapi dengan menerima 'pandangan waktu' bersifat 'Yunani' yg tidak selaras dengan Alkitab, maka Dodd gagal memberi tempat wajar bagi ciri ihwal yg akan datang dan ciri kontemporer dari keselamatan eskatologis. Demikian juga pengembangan Dodd atas eskatologi Paulus mencakupi dualisme antropologi non-Paulus, dan sebagian memantulkan kesalahpahaman mengenai Surat Paulus. Baik Schweitzer maupun Dodd berusaha secara menakjubkan untuk mendapat tafsiran menyeluruh mengenai eskatologi PB. Walaupun 'ihwal yg akan datang' dan 'ihwal yg sudah datang' sekarang dianggap sebagai alternatif yg tak wajar, toh sumbangan Schweitzer dan Dodd masih merupakan tonggak asasi dalam perkembangan penelitian.

Tulisan W. G Kummel (Promise and Fulfilment, 1957, hlm 141-155; hod NTS 5, 1958-1959, hlm 113-126) secara meyakinkan mengemukakan bahwa baik eskatologi 'masa kini' maupun eskatologi 'yg akan datang' sama-sama mantap dan tetap berakar pada ajaran Yesus dan Paulus. Terbitan Oscar Cullmann yg terpenting, yaitu Christ and Time (1951) dan Salvation in History (1967), memperhadapkan pikiran, kelepasan menurut gagasan Yunani, yaitu boleh lari dari 'lingkaran' waktu pada saat kematian, dengan konsep Alkitab bahwa kelepasan terpaut kepada kebangkitan dalam waktu 'linear' mendatang, yaitu pada parousia. Buku-buku ini, ditambah dengan penilaian yg wajar tentang antropologi Paulus yg bersifat PL Yahudi dan tentang konsep Semitis mengenai solidaritas merupakan landasan wajar untuk memahami eskatologi Paulus, dan dengan demikian memahami seluruh ajarannya tentang kelepasan, penebusan atau keselamatan.

(ii) Kesimpulan: keagungan teologi keselamatan. Penelitian sejarah sejak zaman Reformasi, mengakui bahwa teologi Paulus di atas segalanya adalah teologi keselamatan. Abad 19 menyaksikan pertambahan tekanan pada 'persekutuan dengan Kristus' dalam dunia ini (ganti tekanan pada kebenaran yg dikaruniakan) sebagai segi keselamatan yg utama. Sejak A Schweitzer, dua titik pusat eskatologi, yaitu kematian dan kebangkitan Kristus dan parousia, diakui sebagai kunci untuk memahami makna dari 'persekutuan dengan Kristus'.

Dalam kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus Kristus mengalahkan untuk selama-lamanya 'kuasa' dari dunia lama, yaitu dosa, maut dan 'penghulu-penghulu jahat dari dunia yg gelap ini' (Ef 6:12; Kol 2:15). Sekarang orang-orang Kristen sudah disalibkan, sudah bangkit, dimuliakan dan ditempatkan di sebelah kanan Allah bersama Kristus (Gal 2:19-20; Ef 2:5 dab). 'Dalam Kristus' orang Kristen telah memasuki zaman kebangkitan; solidaritas (sepenanggungan) dengan Adam pertama dalam hal dosa dan kematian, telah diganti dengan solidaritas dengan Adam yg terakhir dalam kebenaran dan hidup kekal.

Keselamatan dalam dan bersama Yesus Kristus, kenyataan dari 'dunia baru' ini, yg dimasuki orang percaya pada saat pertobatan (bnd Rm 6), menjadi nyata dalam hidup perseorangan pada masa kini dan masa akan datang (bnd Ellis, NTS 6, 1959-1960, hlm 211-216). Dalam hidup masa kini itu terkandung arti perubahan melalui Roh Kudus yg diam dalam hati, sebagai buah sulung dari hidup kebangkitan baru itu (Rm 8:23; 2 Kor 5:5), sebagai buah sulung dari pandangan moral (Kol 2:20; 3:1, 9-12) dan pandangan dunia secara menyeluruh dari seseorang (Rm 12:1 dab). Tapi di tengah-tengah proses pembaharuan moral psikologis itu orang Kristen tetap, dalam ketaklukannya kepada maut, di bawah tuntutan maut dari dunia yg lama. Namun hal ini harus dipahami, bukan lagi dalam pengertian 'di dalam Adam', melainkan sebagai bagian dari realitas 'di dalam Kristus', sebab 'kami mendapat bagian berlimpah-limpah dalam kesengsaraan Kristus' (2 Kor 1:5; bnd Flp 3:10; Kol 1:24), dan orang Kristen yg mati telah 'tidur dalam Yesus' (1 Tes 4:14; bnd Flp 2:17; 2 Tim 4:6).

Mengalami sendiri kesengsaraan Kristus, tentu sama sekali tidak berarti suatu proses pelepasan diri sendiri; melainkan berarti kita disamakan dengan Kristus dalam 'apa yg sama dengan kematian-Nya' (Rm 6:5). 'Apa yg sama dengan kebangkitan-Nya' (Rm 6:5) menantikan penghayatannya pada saat parouisa, tatkala orang Kristen sendiri-sendiri, sesudah dibangkitkan untuk memasuki hidup yg kekal, akan 'menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yg sulung di antara banyak saudara' (Rm 8:29; bnd 1 Kor 15:53 dab).

Jadi, keselamatan yg diajarkan Paulus bukanlah 'rohani' yg memuncak pada larinya 'roh' itu pada waktu mati (Dodd); keselamatan itu ialah badani yg memuncak dalam keselamatan seluruh manusia pada saat parouisa (Cullmann). Janganlah hal itu dimengerti dalam pengertian dualisme Yunani, tapi dalam kerangka pandangan manusia PL Yunani sebagai suatu makhluk yg utuh (berbadan dan berroh), sebagai seorang yg tidak hidup hanya sendiri-sendiri saja, tapi dalam keadaan 'solidaritas'. Masa yg akan datang yg sudah terjadi pada masa kini dalam kebangkitan Yesus Kristus, ialah suatu masa yg akan datang yg dialami orang Kristen itu sekarang hanya secara bersama, sebagai 'tubuh Kristus'. Tapi, pada saat parouisa iman akan menjadi ujud nyata yg nampak, 'yg jauh' akan menjadi 'sudah di rumah', dan keadaan 'bersama-sama' dalam dunia baru itu akan dihayati secara pribadi dalam seluruh kejayaannya, dalam manusia dan dalam segala makhluk (Rm 8:19-21). Inilah pengharapan yg membara dalam hati Paulus; dan itu jugalah arti dan makna teologinya.

KEPUSTAKAAN. K Barth, Christ and Adam, 1956; E Best, One Body in Christ, 1955; G Bornkamm, Das Ende des Gesetzes, 1958; W Bousset, Kurios Christos, 1913; F. F Bruce, The Acts of the Apostles, 1951 (NLC, 1954); Biblical Exegesis in the Qumran Texts, 1959; R Bultmann, Theology of the New Testament, 2 jilid, 1952; L Cerfaux, Christ in the Theology of St Paul, 1959; 0 Cullmann, The State in the New Testament, 1957; Immortality of the Soul or Resurrection of the Dead?, 1958; 'The Tradition', The Early Church, 1956, hlm 57-99; W. D Davies, Paul and Rabbinic Judaism, 1955; Paul, Twentieth Century Encyclopedia, 1955; A Deissmann, Paul, 1927;;M Dibelius, Studies in the Acts of the Apostles, 1956; M Dibelius dan W. G Kummel, Paul, 1953; C. H Dodd, New Testament Studies, 1953; The Apostolic Preaching dan Its Development, 1936; E. E Ellis, Paul's Use of the Old Testament, 1957; 'II Corinthians 5:1-10 in Pauline Eschatology', NTS 6, 1959-1960, hlm 211-224; P Feine, Der Apostel Paulus, 1927; P Feine dan J Behm, Einleitung in das Neue Testament, 1950; D Flusser, 'The Dead Sea Scrolls and Pre-Pauline Christianity', Aspects of the Dead Sea Scrolls, red. C Rabin dan Y Yadin, 1958, hlm 215-266; F. J Foakes-Jackson dan K Lake, The Beginnings of Christianity, 5 jilid, 1933; B Gaertner, The Areopagus Speech and Natural Revelation, 1955; A. S Geyser, 'Paul, The Apostolic Decree and the Liberals in Corinth', Studia Paulina, Festschrift untuk J de Zwaan, 1953, hlm 124-138; E. J Goodspeed, The Meaning of Ephesians, 1933; R. M Grant, Gnosticism and Early Christianity, 1959; D Guthrie, The Pastoral Epistles, 1959; E Haenchen, Die Apostelgeschichte, 1956; N. Q Hamilton, The Holy Spirit and Eschatology in Paul, 1957; P. N Harrison, The Problem of the Pastoral Epistles, 1921; H. A. A Kennedy, The Theology of the Epistles, 1919; Saint Paul and the Mystery Religions, 1913; T. S Kepler (red.) Contemporary Thinking about Paul: An Anthology, 1950; J Knox, Philemon among the Letters of Paul, 1959 (1935); W. L Knox, Saint Paul and the Church of the Gentiles, 1939; W. G Kummel, Das Neue Testament: Geschichte der Erforschung seiner Probleme, 1958; J. G Machen, The Origin of Paul's Religion, 1947 (1925); B. M Metzger, Index to Periodical Literature on the Apostle Paul, 1960; W Michaelis, Einleitung in das Neue Testament, 1954; 0 Moe, The Apostle Paul, 2 jilid, 1954 (1928); J Munck, Paul and the Salvation of Mankind, 1960; J Murray, The Imputation of Adam's Sin, 1960; A. D Nock, Saint Paul, 1938; E Percy, Probleme der Kolosser -- and Epheserbriefe, 1946; C. A Pierce, Conscience in the New Testament, 1955; F Prat, The Theology of St Paul, 2 jilid, 1945; W. M Ramsay, The Church in the Roman Empire, 1893; St Paul the Traveller and Roman Citizen, 1895; R Reitzenstein, Die hellenistischen Mysterienreligionen, 1927; H Ridderbos, Paul and Jesus, 1958; B Rigaux, S Paul et ses lettres, 1962; 0 Roller, Das Formular der Paulinischen Briefe, 1933; W Schmithals, Paulus and Jacobus, 1963; 143 Schoeps, Paul, 1961; A Schweitzer, The Mysticism of Paul the Apostle, 1931; Paul and His Interpreters, 1912; K Stendahl (red.), The Scrolls and the New Testament, 1957; W. C van Unnik, Tarsus or Jerusalem, 1962; D. E. H Whiteley, The Theology of St Paul, 1964; A Wikenhauser, Pauline Mysticism, 1960; R McL Wilson, The Gnostic Problem, 1958; G Zuntz, The Text of the Epistles, 1953; M Barth, Ephesians, 2 jilid, 1974; G Bornkamm, Early Christian Experience, 1969; Paul, 1971; F. F Bruce, Paul and Jesus, 1974; Paul 1978; H. C. C Cavallin, Life after Death ... in 1 Corinthians 15, 1974; N. A Dahl, Studies in Paul, 1977; K. P Donfried (red) The Romans Debate, 1977; J. W Drane, Paul, Libertine or Legalist? 1976; D. L Dungan, The Sayings of Jesus in the Churches of Paul, 1971; E. E Ellis, Prophecy and Hermeneutic, 1978; J Friedrich (red.), Rechtfertigung, 1976; V. P Furnish, Theology and Ethics in Paul, 1968; W. W Gasque dan R. P Martin, Apostolic History and the Gospel (F. F Bruce Festschrift), 1970; B Gerhardsson, Die Anfdnge der Evangelien Tradition, 1977; R. H Gundry, Soma, 1974; E Haenchen Acts, 1971; A. T Hanson, Studies in Paul's ... Theology, 1974; H HUbner, Das Besetz bei Paulus, 1978; E Kasemann, Perspectives on Paul, 1971; J. N. D Kelly, The Pastoral Epistles, 1963; S Kim, An Exposition of Paul's Gospel, 1977; W. G Kummel, INT, 1975; Man in the New Testament, 1963; The New Testament ... Problems, 1972; The Theology of the New Testament, 1973; U Luz, Das Geschichtsverstandnis bei Paulus, 1968; TV Manson, Studies in the Gospels and Epistles, 1962; l. H Marshall, The Origins of NT Christology, 1976; C. F. D Moule, The Origin of Christology, 1977; J. M MurphyO'Connor, Paul and Qumran, 1968; E Pagels, The Gnostic Paul, 1975; K. H Rengstorf (red.), Das Paulusbild in der neuren deutschen Forschung, 1969; H Ridderbos, Paul, 1976; E. P Sanders, Paul and Palestinian Judaism, 1977; W Schmithals, Gnosticism in Corinth, 1971; Paul and the Gnostics, 1972; H. M Shires, The Eschatology of Paul, 1966; G Wahner, Pauline Baptism and the Pagan Mysteries, 1967. EEE/MHS/HAO

Paulus [MYSABDA]

Paulus

male person
Definisi : Seorang Yahudi saat pemerintahan Romawi; Rasul Yesus; Dari Tarsus
Nomor Strong : G3972
Kata Asli : Παῦλος; παῦλος

Paulus [MYSABDA]

Paulus

male person
Definisi : Gubernur Siprus
Nomor Strong : G3972
Kata Asli : Παῦλος; παῦλος

Paulus [AI-PEDIA]

Pendalaman Alkitab: Tokoh Paulus

A. Biodata

B. Peristiwa Penting

  1. Penganiayaan terhadap Jemaat Kristen (Kisah Para Rasul 7:58-8:3): Awalnya, Paulus adalah seorang Farisi yang taat dan sangat membenci orang Kristen. Ia terlibat dalam penangkapan, penganiayaan, dan bahkan pembunuhan terhadap orang Kristen.
  2. Pertobatan di Jalan Menuju Damaskus (Kisah Para Rasul 9:1-19): Dalam perjalanan ke Damaskus untuk menangkap orang Kristen, Paulus berjumpa dengan Yesus yang telah bangkit. Pertemuan ini mengubah hidupnya secara radikal dan ia menjadi pengikut Kristus.
  3. Pelayanan Misionaris (Kisah Para Rasul 13-28): Paulus melakukan tiga perjalanan misionaris yang ekstensif, memberitakan Injil ke seluruh wilayah Kekaisaran Romawi. Ia mendirikan banyak gereja dan menulis surat-surat yang menjadi bagian dari Perjanjian Baru.
  4. Penangkapan dan Pembelaan di Hadapan Penguasa (Kisah Para Rasul 21-26): Paulus ditangkap di Yerusalem dan diadili di hadapan para pemimpin Yahudi dan Romawi. Ia dengan berani bersaksi tentang imannya di hadapan mereka.
  5. Kematian sebagai Martir (2 Timotius 4:6-8): Diperkirakan Paulus dieksekusi di Roma atas perintah Kaisar Nero sekitar tahun 64-67 M.

C. Ayat-ayat Alkitab Terkait

  • Roma 7:15: "Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat." (Menunjukkan pergumulan Paulus dengan dosa)
  • Galatia 2:20: "namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku." (Menunjukkan penyerahan diri Paulus kepada Kristus)
  • Filipi 1:21: "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." (Menunjukkan kesetiaan Paulus kepada Kristus)
  • 2 Timotius 4:7: "Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman." (Kata-kata terakhir Paulus sebelum kematiannya)

D. Pelajaran dari Paulus

  • Kasih Karunia Allah yang Mengubah Hidup: Paulus adalah bukti nyata bahwa kasih karunia Allah dapat mengubah hidup siapa pun, bahkan seorang penganiaya gereja sekalipun.
  • Ketaatan dan Kesetiaan: Paulus menunjukkan ketaatan dan kesetiaan yang tak tergoyahkan kepada Kristus, bahkan dalam menghadapi penganiayaan dan penderitaan.
  • Keberanian dalam Memberitakan Injil: Paulus adalah seorang pemberita Injil yang berani dan tak kenal lelah, yang membawa pesan keselamatan kepada orang-orang dari segala bangsa.

Paulus adalah tokoh yang kompleks dan menarik dalam Alkitab. Ia adalah contoh nyata tentang kuasa transformatif dari kasih karunia Allah dan teladan bagi kita dalam hal ketaatan, kesetiaan, dan keberanian.




TIP #27: Arahkan mouse pada tautan ayat untuk menampilkan teks ayat dalam popup. [SEMUA]
dibuat dalam 0.13 detik
dipersembahkan oleh YLSA