Statistik	13 pasal. 303 ayt, 6.913 kata
Penulis	Kelihatannya adalah rasul Paulus, sebab dialah satu-satunya orang yang mampu menulis kitab yang dalam, tinggi, dan kaya ini. Disinggungnya Timotius dan nada persekutuannya juga menunjukkan Paulus sebagai penulisnya (lihat dalam Ibr 1:1).
Tema	Perjanjian yang Lebih Baik; Konsep yang benar tentang kemuliaan Kristus.
Waktu	67-69 M (tidak dapat dipastikan)
Tempat	Mungkin di Miletus (lihat ayat dalam butir sebelumnya). Disinggungnya "mereka yang dari Italia" dalam Ibrani 13:24 menandakan bahwa kitab ini tidak ditulis di Roma.
Kata Kunci	Lebih Tinggi.
Kristus Di Alkitab	Dia adalah darah Perjanjian yang Kekal

Tidak diketahui kepada siapa surat ini dialamatkan, sekalipun Roma merupakan kemungkinan. Judul kitab ini di dalam naskah-naskah Yunani yang tertua hanyalah, "Kepada Orang Ibrani." Sekalipun demikian isi surat ini menunjukkan bahwa surat ini ditujukan kepada orang-orang Kristen Yahudi. Penggunaan Septuaginta (Alkitab PL dalam bahasa Yunani) oleh penulis ketika mengutip PL menunjukkan bahwa para penerima surat ini mungkin adalah orang-orang Yahudi berbahasa Yunani yang tinggal di luar Palestina. Kalimat "terimalah salam dari saudara-saudara di Italia" (versi Inggris NIV -- "mereka dari Italia mengirim salam" Ibr 13:24) mungkin sekali berarti bahwa penulis sedang menulis kepada orang-orang yang tinggal di Roma dan mencantumkan salam dari orang-orang percaya dari Italia yang dalam perantauan. Para penerima surat ini mungkin terdiri atas kelompok-kelompok persekutuan rumah yang merupakan bagian dari jemaat gereja yang lebih luas di Roma. Beberapa di antaranya mulai menunjukkan tanda-tanda akan meninggalkan iman mereka kepada Yesus dan kembali kepada kepercayaan Yahudi mereka sebelumnya, karena mereka dianiaya dan putus asa.

Penulis Surat Ibrani ini tidak disebutkan baik dalam judul kitab yang semula maupun sepanjang surat ini, sekalipun ia merupakan tokoh yang cukup dikenal pembacanya (Ibr 13:18-24). Oleh karena satu dan lain alasan, identitas penulis hilang sekitar akhir abad pertama. Selanjutnya dalam tradisi gerejani mula-mula (abad ke-2 sampai ke-4) muncul berbagai pendapat mengenai orang yang mungkin merupakan penulis surat ini. Pendapat bahwa Paulus menulis surat ini baru tersebar luas pada abad ke-5.

Banyak ahli PB yang berpandangan konservatif dewasa ini beranggapan bahwa Paulus tidak mungkin menulis surat ini karena gaya penulisan yang halus dan bercorak Aleksandria, ketergantungan pada Septuaginta, cara memperkenalkan kutipan-kutipan PL, cara berargumentasi dan gaya mengajar, susunan argumentasi dan hal tidak menyebutkan dirinya itu bukan merupakan gaya Paulus. Lagi pula, Paulus senantiasa menunjuk kepada penyataan yang langsung diperolehnya dari Kristus (bd. Gal 1:11-12), sedangkan penulis surat ini menempatkan dirinya di antara orang-orang Kristen angkatan kedua yang memperoleh keyakinan Injil karena kesaksian para saksi mata pelayanan Yesus (Ibr 2:3). Di antara tokoh-tokoh PB yang namanya disebut, gambaran Lukas mengenai Apolos dalam Kis 18:24-28 paling cocok dengan keadaan penulis surat ini.

Terlepas dari siapa penulis surat ini, hal ini dapat dipastikan: penulis menulis dengan kepenuhan Roh dan wawasan, penyataan dan wibawa yang rasuli. Karena dalam Surat Ibrani penghancuran Bait Suci di Yerusalem dan ibadah di bawah pimpinan para imam Lewi tidak disebut maka ada anggapan yang kuat bahwa surat ini ditulis sebelum tahun 70 M.

1. I. Argumentasi: Kristus dan Iman Kristen Lebih Unggul
   daripada Agama Orang Yahudi
   (Ibr 1:1-10:18)
   
1. A. Dalam Penyataan
   (Ibr 1:1-4:13)
   Yesus Kristus adalah Penyataan Penuh dan Akhir dari Allah
   kepada Manusia
   
1. 1. Lebih Unggul dari Para Nabi
   (Ibr 1:1-3)
   
2. 2. Lebih Unggul dari Para Malaikat
   (Ibr 1:4-2:18)
   Peringatan: Bahaya Pengabaian
   (Ibr 2:1-4)
   
3. 3. Lebih Unggul dari Musa
   (Ibr 3:1-6)
   Peringatan: Bahaya Ketidakpercayaan
   (Ibr 3:7-19)
   
4. 4. Lebih Unggul dari Yosua
   (Ibr 4:1-13)
   
2. B. Dalam Renungan
   (Ibr 4:14-10:18)
   Sebagai Imam Besar Kita, Yesus Jauh Melebihi Keimaman Lewi
   
1. 1. Lebih Unggul Kualifikasi-Nya
   (Ibr 4:14-7:25)
   Peringatan: Bahaya Ketidakdewasaan Rohani
   (Ibr 5:11-6:3)
   Peringatan: Bahaya Kemurtadan
   (Ibr 6:4-20)
   
2. 2. Lebih Unggul Watak-Nya
   (Ibr 7:26-28)
   
3. 3. Lebih Unggul Pelayanan-Nya
   (Ibr 8:1-10:18)
   
1. a. Bertempat di Tempat Kudus yang Lebih Baik
   (Ibr 8:1-5)
   
2. b. Berlandaskan Perjanjian yang Lebih Baik
   (Ibr 8:6-13)
   
3. c. Terlaksana Melalui Pelayanan yang Lebih Baik
   (Ibr 9:1-22)
   
4. d. Digenapi Melalui Korban yang Lebih Sempurna
   (Ibr 9:23-10:18)
   
2. II. Penerapan: Nasihat untuk Bertekun
   (Ibr 10:19-13:17)
   
1. A. Dalam Bidang Keselamatan
   (Ibr 10:19-38)
   
2. B. Dalam Bidang Iman
   (Ibr 10:39-11:40)
   
1. 1. Sifat-Sifat Iman
   (Ibr 10:39-11:3)
   
2. 2. Teladan Iman dari Perjanjian Lama
   (Ibr 11:4-38)
   
3. 3. Pembenaran Iman: Disempurnakan dalam Kristus
   (Ibr 11:39-40)
   
3. C. Dalam Bidang Ketabahan
   (Ibr 12:1-13)
   
4. D. Dalam Bidang Kekudusan
   (Ibr 12:14-13:17)
   
1. 1. Pengutamaan Kekudusan
   (Ibr 12:14-29)
   
2. 2. Pelaksanaan Kekudusan
   (Ibr 13:1-17)
   
3. Penutup
   (Ibr 13:18-25)
   

Surat Ibrani terutama ditulis kepada orang-orang Kristen Yahudi yang sedang mengalami penganiayaan dan keputusasaan. Penulis berusaha untuk memperkuat iman mereka kepada Kristus dengan menjelaskan secara teliti keunggulan dan ketegasan penyataan Allah dan penebusan di dalam Yesus Kristus. Ia menunjukkan bahwa penyediaan penebusan di bawah perjanjian yang lama sudah digenapi dan tidak terpakai lagi karena Yesus telah datang dan menetapkan suatu perjanjian yang baru oleh kematian-Nya yang mengerjakan perdamaian. Penulis menantang para pembacanya

1. (1) untuk tetap mempertahankan pengakuan mereka terhadap Kristus hingga pada kesudahannya,
2. (2) untuk maju terus menuju kedewasaan rohani dan
3. (3) untuk tidak kembali kepada kehidupan di bawah hukuman dengan cara meninggalkan kepercayaan kepada Yesus Kristus.

1. Keunggulan Kristus.
Ini adalah topik yang sangat jelas dalam bagian pertama surat Ibrani (1-10). Bacalah seluruh pasal ini dan tulislah semua haI yang menyebutkan Kristus adalah yang "tertinggi". Mulai dari Ibr 1:4 Yesus mempunyai nama yang jauh lebih indah. Apa artinya? Telusurilah makna dari "keunggulan" Kristus.

2. Melkisedek.
Melkisedek hanya disebut dalam Ibrani 5-7 dalam Perjanjian Baru, dan dalam Kejadian 14 serta Mazmur 110 dalam Perjanjian Lama. Pelajarilah pasal-pasal ini. Pakailah kamus Alkitab untuk dapat mengetahui lebih banyak tentang dia dan arti namanya. Siapakah dia? Apa yang dilakukannya? Dan, apa kepentingan Melkisedek dalam argumentasi yang dikembangkan oleh penulis bagi surat Ibrani?

3. Perjanjian Lama.
Tulislah semua kutipan langsung dari Perjanjian Lama yang Anda temui dalam Ibrani. Catat juga acuan yang tidak langsung ke Perjanjian Lama. Amatilah prinsip-prinsip yang tampaknya dipelajari dengan menggunakan Perjanjian Lama. Bagaimana hal ini menunjukkan kepada kita tentang pendekatan terhadap Perjanjian Lama?

4. Iman
Bacalah seluruh Ibrani 11. Tulislah semua perbuatan yang telah dilakukan oleh berbagai orang tersebut. Bagaimana penekanan tentang 'iman yang bekerja' sehubungan dengan definisi tentang iman dalam ayat 1? Pelajarilah ayat-ayat 32-38 tentang iman. Apa yang dilakukan oleh para pelaku iman yang namanya disebutkan dalam pasal ini? Berapa banyak perbuatan dan pengalaman yang disebut di sana yang dapat Anda hubungkan dengan peristiwa atau orang-orang yang disebut dalam Alkitab?

Surat Ibrani ini lebih mirip dengan suatu khotbah daripada sebuah surat. Penulis menggambarkan karyanya ini sebagai "kata-kata nasihat" (Ibr 13:22). Surat ini terdiri atas tiga bagian utama.

1. (1) Pertama, Yesus sebagai Putra Allah yang penuh kuasa (Ibr 1:1-3) dinyatakan sebagai penyataan Allah yang sempurna kepada umat manusia -- lebih tinggi daripada para nabi (Ibr 1:1-3), malaikat (Ibr 1:4--2:18), Musa (Ibr 3:1-6) dan Yosua (Ibr 4:1-11). Di dalam bagian ini terdapat suatu peringatan yang sungguh-sungguh mengenai berbagai akibat apabila kita secara rohani makin menjauh dari iman atau mengeraskan hati dalam ketidakpercayaan (Ibr 2:1-3; Ibr 3:7--4:2).
2. (2) Bagian yang kedua menampilkan Yesus sebagai Imam Besar dengan kualifikasi (Ibr 4:14--5:10; Ibr 6:19--7:25), watak (Ibr 7:26-28), dan pelayanan (Ibr 8:1--10:18) yang sempurna dan abadi. Di bagian ini diberikan suatu peringatan yang sungguh-sungguh mengenai ketidakdewasaan rohani atau bahkan "kemurtadan" setelah mengambil bagian di dalam Kristus (Ibr 5:11--6:12).
3. (3) Bagian yang terakhir (Ibr 10:19--13:17) dengan tegas mendorong orang-orang percaya agar tetap tabah dalam keselamatan, iman, penderitaan, dan kekudusan.

Delapan ciri utama menandai surat ini.

1. (1) Surat ini unik di antara surat-surat PB karena bentuknya, "surat ini berawal seperti sebuah risalah, dilanjutkan bagaikan khotbah, dan diakhiri seperti surat" (Origenes).
2. (2) Di antara semua kitab PB surat ini menggunakan bahasa yang paling halus, paling mendekati gaya penulisan Yunani klasik daripada penulis PB lainnya (mungkin kecuali Lukas dalam Luk 1:1-4).
3. (3) Inilah satu-satunya kitab PB yang mengembangkan konsep pelayanan Yesus sebagai Imam Besar.
4. (4) Ajarannya tentang Kristus ini sangat kaya variasi, dan memakai lebih daripada dua puluh nama dan gelar untuk Kristus.
5. (5) Kata kuncinya adalah "lebih baik" (dipakai tiga belas kali). Yesus lebih baik daripada para malaikat dan semua tokoh perantara PL. Ia memberikan perhentian, perjanjian, pengharapan, keimaman, korban pendamaian, dan janji-janji yang lebih baik.
6. (6) Surat ini berisi pasal yang paling menonjol dalam Alkitab mengenai iman (pasal 11; Ibr 11:1-40).
7. (7) Kitab ini sarat dengan kutipan dan petunjuk kepada PL sehingga memberikan pengertian yang berharga mengenai penafsiran umat Kristen mula-mula terhadap sejarah dan ibadah PL, khususnya dalam bidang lambang-lambang.
8. (8) Surat ini memberikan lebih banyak peringatan mengenai bahaya-bahaya kemurtadan rohani daripada kitab lainnya dalam PB.

Kristus lebih tinggi dari Musa

Kristus Sang Anak melebihi Musa sang hamba. Peringatan terhadap orang yang tidak percaya.

3:1 Kristus lebih mulia daripada Musa;
3:7 karena itu jika kita tidak percaya kepada-Nya, kita akan mendapat penghakiman yang lebih besar daripada orang Israel yang keras hati.

Yesus lebih tinggi dari Musa (3:1-6)
Binasa karena murtad (3:7-19)

Allah, Kristus, Roh Kudus, Musa.

Allah, Imam Besar, Kristus, Mesir, Musa, Roh Kudus, Yesus

Kita berutang kepada Yesus Kristus sebagai kepala pembawa berita yang diutus Allah kepada manusia, pelayan utama Injil gereja, pertimbangan yang segera dan cermat, agar oleh penundaan hati kita tidak dikeraskan dan kita akan ditolak selamanya karena tidak percaya. Tidak mau mendengarkan panggilanNya dan wakil-wakil-Nya adalah sumber dari semua dosa lain, dan penyebab dari keterpisahan kekal dari Allah.

ay. 1. Yesus Kristus sebagai Rasul, berbicara dari Allah kepada manusia: sebagai Imam Besar untuk pengakuan kita, Dia adalah Kepala Gereja, yang pada kepuasan dan doa syafaat-Nya kita akui bergantung untuk penerimaan Allah. Penting untuk mengingatkan orang Yahudi yang menganggap Musa begitu tinggi dan cenderung mencampur hukum Taurat dengan kasih karunia, bahwa Kristus sebagai Anak Allah melebihi Musa, karena itu Firman-Nya final dan pengorbanan-Nya cukup.

Dalam pasal 3 Kitab Ibrani, penulis mengingatkan para pembaca untuk memandang Yesus sebagai Rasul dan Imam Besar yang setia. Yesus dianggap lebih mulia daripada Musa, karena Dia adalah Pembangun dari segala sesuatu. Musa setia sebagai pelayan dalam rumah Allah, tetapi Kristus setia sebagai Anak dalam rumah Allah. Penulis juga mengingatkan pembaca untuk tidak memperkeras hati mereka seperti nenek moyang mereka yang memberontak di padang gurun. Mereka yang memberontak tidak dapat masuk ke tempat perhentian Allah karena ketidakpercayaan mereka. Oleh karena itu, penulis mendorong pembaca untuk tetap berpegang teguh pada keyakinan dan pengharapan mereka dalam Kristus.

Pasal 3 dari Kitab Ibrani membahas tentang Yesus Kristus sebagai pemimpin yang lebih besar dari Musa.

Latar belakang historis dari pasal ini adalah bahwa Kitab Ibrani ditulis kepada umat Kristen Yahudi yang menghadapi tekanan dan penganiayaan dari pemerintah Romawi pada abad pertama Masehi. Mereka dihadapkan pada pilihan untuk tetap setia kepada iman mereka atau kembali ke agama Yahudi tradisional.

Dalam konteks budaya, umat Kristen Yahudi ini hidup dalam masyarakat yang dipengaruhi oleh budaya Yahudi dan Romawi. Mereka juga memiliki pemahaman tentang hukum Taurat dan tradisi Yahudi.

Secara literatur, Kitab Ibrani ditulis dalam bentuk surat atau pengajaran yang menggunakan bahasa dan gaya sastra yang kaya. Penulisnya tidak diketahui secara pasti, tetapi beberapa teori mengaitkannya dengan rasul Paulus atau murid-muridnya.

Dalam ayat-ayat sebelumnya, penulis Kitab Ibrani mengajak pembaca untuk memperhatikan Yesus Kristus sebagai pemimpin yang lebih besar dari para nabi dan malaikat. Penulis juga mengingatkan pembaca tentang kejatuhan orang Israel di padang gurun karena ketidaksetiaan mereka kepada Allah.

Dengan latar belakang ini, pasal 3 Kitab Ibrani melanjutkan tema tentang keunggulan Yesus Kristus sebagai pemimpin yang lebih besar dari Musa. Penulis mengajak pembaca untuk tetap setia kepada iman mereka dan tidak berpaling dari Kristus, sebagaimana yang terjadi pada orang Israel di masa lalu.

Berikut adalah beberapa topik penting dalam Kitab Ibrani pasal 3:

1. Yesus sebagai Rasul dan Imam Besar yang setia (Ibrani 3:1-2)
- Yesus adalah Rasul dan Imam Besar yang setia kepada Allah.
- Referensi: Ibrani 3:1-2

2. Yesus lebih mulia daripada Musa (Ibrani 3:3-6)
- Yesus dianggap lebih mulia daripada Musa.
- Referensi: Ibrani 3:3-6

3. Peringatan untuk tetap berpegang teguh pada iman (Ibrani 3:6)
- Kita harus tetap berpegang teguh pada keyakinan dan pengharapan kita sampai akhir.
- Referensi: Ibrani 3:6

4. Peringatan untuk tidak mengeras hati seperti nenek moyang yang memberontak (Ibrani 3:7-11)
- Kita harus mendengar suara Allah dan tidak mengeras hati seperti nenek moyang yang memberontak di padang gurun.
- Referensi: Ibrani 3:7-11

5. Peringatan untuk tidak memiliki hati yang jahat dan tidak percaya (Ibrani 3:12)
- Kita harus berhati-hati agar tidak memiliki hati yang jahat dan tidak percaya yang membuat kita berpaling dari Allah.
- Referensi: Ibrani 3:12

6. Pentingnya saling menasihati dan mengingatkan (Ibrani 3:13)
- Kita harus saling menasihati dan mengingatkan satu sama lain setiap hari agar tidak terpengaruh oleh dosa.
- Referensi: Ibrani 3:13

7. Peringatan tentang akibat ketidakpercayaan (Ibrani 3:16-19)
- Orang-orang Israel yang memberontak dan tidak percaya kepada Allah tidak dapat masuk ke tempat perhentian-Nya.
- Referensi: Ibrani 3:16-19

Orang-orang yang tercantum dalam pasal ini:
- Yesus: Sang Rasul dan Imam Besar pengakuan kita, dianggap layak untuk mendapat kemuliaan yang lebih besar daripada Musa.
- Musa: Setia dalam seluruh rumah Allah sebagai seorang pelayan, untuk memberi kesaksian kepada hal-hal yang akan dikatakan di kemudian hari.
- Allah: Pembangun dari segala sesuatu, marah kepada generasi yang mencobai-Nya dan tidak mengerti jalan-jalan-Nya.
- Nenek moyang: Mencobai Allah dan melihat perbuatan-Nya selama empat puluh tahun di padang gurun.
- Generasi itu: Marah Allah kepada mereka karena hati mereka selalu sesat dan mereka tidak mengerti jalan-jalan-Nya.
- Saudara-saudara yang kudus: Memiliki bagian dalam panggilan surgawi, diingatkan untuk tidak memiliki hati yang jahat dan tidak percaya.

Lokasi yang tercantum dalam pasal ini:
- Surga: Panggilan surgawi yang dimiliki oleh saudara-saudara yang kudus.
- Rumah Allah: Musa setia dalam seluruh rumah Allah sebagai seorang pelayan, sedangkan Kristus setia sebagai Anak dalam rumah Allah, yaitu kita.
- Padang gurun: Tempat di mana nenek moyang mencobai Allah dan melihat perbuatan-Nya selama empat puluh tahun.
- Tempat perhentian-Nya: Tempat yang Allah bersumpah bahwa mereka yang tidak taat tidak akan pernah masuk ke dalamnya.

Kata kunci dalam Kitab "Ibrani" pasal 3 adalah:

1. Yesus: Yesus adalah pusat dari pasal ini. Ia disebut sebagai Sang Rasul dan Imam Besar pengakuan kita yang setia kepada Allah. Pasal ini menekankan bahwa Yesus lebih mulia daripada Musa.

2. Musa: Musa adalah tokoh yang dibandingkan dengan Yesus dalam pasal ini. Musa setia dalam seluruh rumah Allah sebagai seorang pelayan, tetapi Yesus dianggap lebih mulia daripada Musa.

3. Keyakinan: Pasal ini mengajak pembaca untuk tetap berpegang teguh pada keyakinan dan pengharapan yang mereka banggakan sampai akhir. Keyakinan ini merujuk pada iman kepada Yesus sebagai Anak dalam rumah Allah.

4. Roh Kudus: Pasal ini mengutip perkataan Roh Kudus yang mengingatkan pembaca untuk tidak memperkeras hati seperti generasi yang memberontak di padang gurun. Roh Kudus juga menegaskan bahwa mereka yang tidak taat tidak akan masuk ke tempat perhentian Allah.

5. Pemberontakan: Pasal ini mengingatkan pembaca tentang pemberontakan yang dilakukan oleh generasi Israel di padang gurun. Mereka memberontak dan tidak percaya kepada Allah, sehingga Allah marah kepada mereka.

6. Ketidakpercayaan: Pasal ini menekankan bahwa ketidakpercayaan adalah alasan mengapa generasi Israel tidak dapat masuk ke tempat perhentian Allah. Mereka tidak percaya kepada Allah dan berbuat dosa, sehingga Allah bersumpah bahwa mereka tidak akan masuk.

7. Tempat perhentian: Pasal ini menyebutkan tentang tempat perhentian Allah yang tidak akan diakses oleh mereka yang tidak taat dan tidak percaya. Tempat perhentian ini merujuk pada janji keselamatan dan kehidupan kekal bersama Allah.

Tentu, berikut adalah beberapa pertanyaan refleksi dan pertanyaan diskusi terkait Kitab Ibrani pasal 3:

1. Apa yang dapat kita pelajari dari perbandingan antara Yesus dan Musa dalam pasal ini?
2. Mengapa Yesus dianggap lebih layak untuk mendapat kemuliaan yang lebih besar daripada Musa?
3. Apa arti dari Yesus sebagai Rasul dan Imam Besar pengakuan kita?
4. Bagaimana kita dapat tetap berpegang teguh pada keyakinan dan pengharapan kita sampai akhir?
5. Mengapa Allah marah kepada generasi yang keluar dari Mesir di bawah kepemimpinan Musa?
6. Apa yang dapat kita pelajari dari perbuatan dosa dan ketidakpercayaan generasi tersebut?
7. Bagaimana kita dapat menghindari hati yang jahat dan ketidakpercayaan terhadap Allah yang hidup?
8. Mengapa penting untuk saling menasihati satu sama lain setiap hari?
9. Apa yang dapat kita pelajari dari contoh ketidaktaatan generasi tersebut dalam hubungannya dengan masuk ke tempat perhentian Allah?
10. Bagaimana kita dapat menghindari ketidakpercayaan dan tetap berpegang pada iman kita dalam Kristus?

Semoga pertanyaan-pertanyaan ini dapat membantu Anda dalam memahami dan merenungkan isi dari Kitab Ibrani pasal 3.

Dari pasal 3 Kitab Ibrani, ada beberapa hal yang bisa kamu pelajari dan terapkan dalam hidupmu:

1. Pandanglah Yesus sebagai Rasul dan Imam Besar pengakuan kita yang setia kepada Allah. Yesus dianggap lebih mulia daripada Musa, karena Dia adalah Pembangun dari segala sesuatu (ayat 1-4).

2. Tetaplah berpegang teguh pada keyakinan dan pengharapanmu sampai akhir. Kristus setia sebagai Anak dalam rumah Allah, yaitu kita, jika kita tetap berpegang teguh pada iman (ayat 6).

3. Janganlah keraskan hatimu seperti dalam pemberontakan yang dilakukan oleh nenek moyang kita di padang gurun. Dengarkanlah suara Tuhan dan janganlah berpaling dari-Nya (ayat 7-8).

4. Berhati-hatilah agar tidak ada di antara kita yang memiliki hati yang jahat dan tidak percaya, yang membuat kita berpaling dari Allah yang hidup. Nasihatilah satu sama lain setiap hari agar tidak dikeraskan oleh tipu daya dosa (ayat 12-13).

5. Janganlah menjadi seperti orang-orang Israel yang memberontak dan tidak taat kepada Tuhan. Belajarlah dari kesalahan mereka dan percayalah kepada Tuhan dengan sepenuh hati (ayat 15-19).

Berikut adalah beberapa doa yang dapat kamu gunakan terkait dengan pasal ini:

1. Doa untuk memandang Yesus dengan setia:
"Tuhan Yesus, aku bersyukur karena Engkau adalah Rasul dan Imam Besar pengakuan kami. Bantu aku untuk selalu memandang Engkau dengan setia dan mengikuti kehendak-Mu dalam hidupku. Amin."

2. Doa untuk tetap berpegang teguh pada iman:
"Ya Allah, kuatkanlah imanku dan bantu aku untuk tetap berpegang teguh pada keyakinan dan pengharapanku dalam Kristus. Jangan biarkan aku tergoda oleh dunia ini, tetapi kuatkanlah aku dalam iman. Amin."

3. Doa untuk memiliki hati yang taat dan percaya:
"Tuhan, ampunilah jika ada hati yang jahat dan tidak percaya dalam diriku. Bantu aku untuk selalu taat kepada-Mu dan mempercayai rencana-Mu dalam hidupku. Jauhkanlah aku dari godaan dosa dan kuatkanlah imanku setiap hari. Amin."

4. Doa untuk belajar dari kesalahan orang-orang Israel:
"Ya Tuhan, ajarkanlah aku untuk belajar dari kesalahan orang-orang Israel di masa lalu. Jangan biarkan aku memberontak atau tidak taat kepada-Mu. Bimbinglah aku dalam jalan-Mu dan jadikan aku setia dalam mengikut-Mu. Amin."

Semoga doa-doa ini dapat membantumu dalam mengaplikasikan ajaran dari pasal 3 Kitab Ibrani dalam hidupmu sehari-hari.

Analisis 5W+1H dari Kitab Ibrani Pasal 3 :

1. What (Apa):
- Pasal 3 dari Kitab Ibrani berbicara tentang pentingnya memandang Yesus sebagai Rasul dan Imam Besar pengakuan kita.
- Pasal ini juga membandingkan Yesus dengan Musa, menyatakan bahwa Yesus lebih mulia daripada Musa.

2. Who (Siapa):
- Penulis Kitab Ibrani tidak secara eksplisit disebutkan, tetapi tradisi Kristen mengaitkannya dengan rasul Paulus atau murid Paulus yang lain.
- Pasal ini ditujukan kepada "saudara-saudara yang kudus" yang memiliki bagian dalam panggilan surgawi.

3. Where (Dimana):
- Lokasi fisik tidak disebutkan dalam pasal ini.
- Secara teologis, pasal ini berbicara tentang hubungan antara Allah dan umat-Nya.

4. When (Kapan):
- Tidak ada informasi spesifik tentang waktu penulisan pasal ini.
- Namun, Kitab Ibrani secara umum diyakini ditulis sekitar tahun 60-70 Masehi.

5. Why (Mengapa):
- Pasal ini ditulis untuk menguatkan iman dan keyakinan para pembaca agar tetap setia kepada Yesus sebagai Rasul dan Imam Besar mereka.
- Penulis ingin menekankan bahwa Yesus adalah lebih mulia daripada Musa dan patut dipandang sebagai Pembangun dan Anak dalam rumah Allah.

6. How (Bagaimana):
- Pasal ini menggunakan perbandingan antara Yesus dan Musa untuk menjelaskan keunggulan Yesus.
- Penulis juga mengutip nasihat dari Kitab Mazmur dan peristiwa di padang gurun untuk mengingatkan pembaca tentang bahaya ketidakpercayaan dan pemberontakan.

Dalam kesimpulannya, Pasal 3 dari Kitab Ibrani mengajak pembaca untuk memandang Yesus sebagai Rasul dan Imam Besar pengakuan kita. Pasal ini menekankan keunggulan Yesus dibandingkan dengan Musa dan mengingatkan pembaca tentang bahaya ketidakpercayaan dan pemberontakan.