Kitab Bilangan adalah salah satu kitab dalam Alkitab yang terdiri dari 36 pasal. Pasal
11 dari Kitab Bilangan berbicara tentang keluhan bangsa Israel di padang gurun setelah mereka keluar dari Mesir dan menuju ke Tanah Perjanjian.
Secara historis, peristiwa ini terjadi sekitar 40 tahun setelah bangsa Israel keluar dari perbudakan di Mesir. Mereka sedang dalam perjalanan menuju Tanah Perjanjian yang dijanjikan oleh Allah kepada leluhur mereka, Abraham. Namun, perjalanan ini tidaklah mudah dan bangsa Israel sering kali mengalami kesulitan dan tantangan di padang gurun.
Secara budaya, bangsa Israel pada saat itu adalah bangsa yang baru saja keluar dari perbudakan dan sedang belajar untuk hidup sebagai bangsa yang merdeka. Mereka masih mempelajari hukum-hukum Allah dan cara hidup yang benar menurut-Nya.
Secara literatur, pasal
11 ini menggambarkan keluhan dan ketidakpuasan bangsa Israel terhadap kondisi hidup mereka di padang gurun. Mereka merindukan makanan yang mereka nikmati di Mesir dan mengeluh tentang kurangnya variasi makanan di padang gurun.
Secara teologis, pasal ini menunjukkan ketidakpercayaan dan ketidaktaatan bangsa Israel terhadap Allah. Mereka lupa akan janji-janji Allah dan meragukan kemampuan-Nya untuk menyediakan makanan bagi mereka di padang gurun. Hal ini menunjukkan kurangnya iman dan ketaatan mereka terhadap Allah.
Sebelum pasal
11, dalam pasal
10, bangsa Israel menerima perintah untuk berangkat dari Gunung Sinai dan melanjutkan perjalanan mereka menuju Tanah Perjanjian. Mereka juga menerima instruksi tentang penggunaan sangkakala perak untuk memanggil bangsa Israel bersama-sama.
Dalam pasal
11, bangsa Israel mulai mengeluh dan merindukan makanan yang mereka nikmati di Mesir. Mereka mengeluh kepada Musa dan Harun tentang kurangnya variasi makanan di padang gurun. Allah mendengar keluhan mereka dan memberikan mereka daging untuk dimakan, tetapi juga mengirimkan hukuman kepada mereka karena ketidaktaatan dan ketidakpercayaan mereka.
Dengan demikian, latar belakang pasal
11 dari Kitab Bilangan mencakup konteks historis bangsa Israel yang sedang dalam perjalanan menuju Tanah Perjanjian, konteks budaya mereka sebagai bangsa yang baru saja keluar dari perbudakan, konteks literatur yang menggambarkan keluhan dan ketidakpuasan mereka, serta konteks teologis yang menunjukkan ketidakpercayaan dan ketidaktaatan mereka terhadap Allah.