Kitab 2 Tawarikh adalah salah satu kitab dalam Alkitab yang termasuk dalam bagian Perjanjian Lama. Kitab ini merupakan kelanjutan dari Kitab 1 Tawarikh dan menceritakan sejarah Kerajaan Israel dan Kerajaan Yehuda.
Latar belakang pasal ke-10 dari Kitab 2 Tawarikh adalah setelah kematian Raja Daud, putranya Salomo menjadi raja atas Kerajaan Israel. Salomo dikenal sebagai raja yang bijaksana dan kaya. Pada awal pemerintahannya, Salomo meminta hikmat kepada Allah dan Allah memberikan kepadanya hikmat yang besar.
Namun, seiring berjalannya waktu, Salomo mulai terpengaruh oleh istri-istri asingnya yang menyembah berhala. Ia membangun tempat-tempat penyembahan bagi dewa-dewa asing dan mengizinkan praktik penyembahan yang tidak sesuai dengan hukum Allah. Hal ini menyebabkan kemurkaan Allah dan berakibat pada pecahnya kerajaan setelah kematian Salomo.
Dalam pasal-pasal sebelumnya, terutama dalam pasal
9, diceritakan tentang kemuliaan dan kekayaan Salomo, kunjungan Ratu negeri Syeba, dan kebijaksanaan Salomo. Pasal
9 juga mencatat tentang pembangunan Bait Suci di Yerusalem dan berkat yang diberikan Allah kepada Salomo.
Namun, pasal
10 menjadi titik balik dalam sejarah Kerajaan Israel. Pasal ini menceritakan tentang pemberontakan sepuluh suku utara yang dipimpin oleh Yerobeam melawan Salomo. Pemberontakan ini terjadi karena kebijakan Salomo yang tidak sesuai dengan hukum Allah. Pemberontakan ini menjadi awal dari pecahnya kerajaan menjadi Kerajaan Israel di utara dan Kerajaan Yehuda di selatan.
Dalam pasal
10 ini juga diceritakan bagaimana Salomo meninggal dunia dan digantikan oleh putranya, Rehabeam. Rehabeam memutuskan untuk memperketat pemerintahannya dan menolak permintaan suku-suku utara untuk mengurangi beban kerja yang diberikan oleh Salomo. Keputusan ini memicu pemberontakan yang lebih besar dan memperkuat pemisahan antara Kerajaan Israel dan Kerajaan Yehuda.
Secara teologis, pasal
10 menggambarkan konsekuensi dari ketidaksetiaan terhadap Allah dan hukum-Nya. Salomo yang dulunya bijaksana dan diberkati oleh Allah, akhirnya jatuh ke dalam penyembahan berhala dan mengabaikan perintah Allah. Hal ini mengakibatkan keruntuhan kerajaan dan pemisahan bangsa Israel.
Dengan demikian, pasal
10 dari Kitab 2 Tawarikh memberikan gambaran tentang perubahan nasib Kerajaan Israel setelah kematian Salomo dan menggambarkan pentingnya setia kepada Allah dalam menjaga persatuan dan keberkahan.