Pasal
19 dari Kitab 2 Raja-raja berbicara tentang peristiwa ketika raja Yehuda, Hizkia, menghadapi ancaman dari raja Asyur, Sanherib. Latar belakang historisnya adalah pada abad ke-8 SM, ketika kerajaan Asyur sedang dalam puncak kekuasaannya dan sedang melakukan ekspansi wilayah di Timur Tengah.
Sebelumnya, dalam pasal-pasal sebelumnya, Hizkia telah melakukan reformasi agama di Yehuda dengan menghapus penyembahan berhala dan memulihkan penyembahan kepada Allah yang sejati. Dia juga telah memperkuat pertahanan Yerusalem dan membangun kembali tembok-tembok kota.
Namun, dalam pasal
18, raja Asyur, Sanherib, menyerang Yehuda dan menaklukkan banyak kota di wilayah tersebut. Dia mengirim utusan untuk mengejek dan mengancam Hizkia, serta mengklaim bahwa Allah tidak akan dapat menyelamatkan Yehuda dari kekuatannya.
Pasal
19 kemudian menceritakan bagaimana Hizkia berdoa kepada Allah dan memohon pertolongan-Nya. Allah mendengar doanya dan mengirim malaikat-Nya untuk membinasakan tentara Asyur yang mengepung Yerusalem. Ketika Sanherib kembali ke ibu kotanya, ia dibunuh oleh anak-anaknya sendiri.
Secara teologis, pasal ini menunjukkan kuasa dan perlindungan Allah terhadap umat-Nya yang setia. Hizkia adalah seorang raja yang taat dan percaya kepada Allah, dan Allah memperlihatkan kekuasaan-Nya dengan menyelamatkan Yehuda dari ancaman Asyur.
Dalam konteks budaya dan literatur, pasal ini menggambarkan konflik politik dan militer yang umum terjadi pada masa itu di Timur Tengah. Pasal ini juga menunjukkan pentingnya doa dan kepercayaan kepada Allah dalam menghadapi tantangan dan ancaman.
Demikianlah latar belakang historis, budaya, literatur, dan teologis dari pasal
19 Kitab 2 Raja-raja.