Kitab Kidung Agung adalah sebuah kumpulan puisi cinta yang terdiri dari 8 pasal. Pasal
5 berbicara tentang keindahan dan kecintaan antara pengantin pria dan pengantin wanita.
Secara historis, Kitab Kidung Agung diyakini ditulis oleh Raja Salomo pada abad ke-10 SM. Puisi-puisi ini menggambarkan kehidupan cinta dan pernikahan dalam budaya Israel kuno.
Dalam konteks budaya, puisi-puisi ini mencerminkan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku pada masa itu, di mana pernikahan dianggap suci dan penting dalam masyarakat Israel.
Secara literatur, Kitab Kidung Agung menggunakan bahasa metaforis dan imajinatif untuk menggambarkan cinta dan keindahan. Puisi-puisi ini mengandung gambaran alam, tumbuhan, dan binatang sebagai simbol-simbol cinta dan kecantikan.
Secara teologis, Kitab Kidung Agung dianggap sebagai penggambaran hubungan antara Allah dan umat-Nya. Puisi-puisi ini juga dapat diinterpretasikan sebagai gambaran hubungan antara Kristus dan gereja dalam tradisi Kristen.
Dalam ayat-ayat sebelumnya, pasal
5 menggambarkan pengantin wanita yang merindukan kehadiran pengantin pria. Dia mencari dan memanggilnya, tetapi pengantin pria tidak segera datang. Pengantin wanita kemudian ditemui oleh penjaga-penjaga kota yang menghina dan melukainya. Meskipun demikian, pengantin wanita tetap setia dan mencari pengantin pria yang dicintainya.
Dengan demikian, pasal
5 Kitab Kidung Agung menggambarkan perjuangan cinta dan kesetiaan antara pengantin pria dan pengantin wanita, serta mengajarkan nilai-nilai cinta dan kesetiaan dalam hubungan pernikahan.