Kitab 2 Tawarikh adalah salah satu kitab dalam Alkitab yang termasuk dalam bagian Perjanjian Lama. Kitab ini ditulis oleh Ezra, seorang imam dan ahli sejarah, dan berfungsi sebagai catatan sejarah Israel khususnya mengenai kerajaan Yehuda.
Pasal
18 dari Kitab 2 Tawarikh terutama berfokus pada peristiwa pertempuran antara raja Ahab dari Israel Utara dan raja Yosafat dari Yehuda. Dalam ayat-ayat sebelumnya, terutama pada pasal
17, diceritakan bahwa Yosafat adalah seorang raja yang saleh dan taat kepada Tuhan. Ia memperkuat pertahanan Yehuda dan mengirim para pengajar hukum untuk mengajarkan hukum Tuhan kepada rakyatnya.
Dalam pasal
18, Yosafat mengunjungi Ahab di Samaria, ibu kota Israel Utara. Ahab mengajak Yosafat untuk bergabung dengannya dalam perang melawan Aram. Sebelum memulai perang, Yosafat meminta Ahab untuk meminta petunjuk Tuhan. Ahab mengumpulkan 400 nabi palsu yang memberikan ramalan positif tentang kemenangan. Namun, Yosafat merasa ragu dan meminta untuk mendengarkan nabi Tuhan.
Ahab memanggil Mikhayahu, seorang nabi yang selalu memberikan nubuat yang tidak menyenangkan bagi Ahab. Mikhayahu memberikan nubuat bahwa perang tersebut akan berakhir dengan kekalahan dan kematian Ahab. Meskipun awalnya Ahab tidak menyukai nubuat tersebut, ia akhirnya mempercayainya dan mengambil tindakan untuk melindungi Yosafat.
Dalam konteks historis, peristiwa ini terjadi pada abad ke-9 SM, saat kerajaan Israel Utara dan Yehuda masih ada. Budaya pada saat itu dipengaruhi oleh agama dan kepercayaan tradisional Israel. Literatur pada masa itu terutama berupa catatan sejarah dan nubuat para nabi. Secara teologis, pasal ini menekankan pentingnya mencari petunjuk Tuhan dalam pengambilan keputusan dan pentingnya mendengarkan nabi-nabi yang benar.
Demikianlah latar belakang singkat dari pasal
18 Kitab 2 Tawarikh dalam konteks historis, budaya, literatur, dan teologisnya.