Apakah perkawinan antara orang Protestan dengan Katolik disarankan?

Perkawinan dengan orang Kristen bukan sekedar penyatuan fisik, melainkan penyatuan dan persekutuan antara jiwa-jiwa. Ini merupakan syarat penting dan jaminan pasti untuk perkawinan yang bahagia. Berbagai kesulitan dan ketidaksetujuan pasti akan muncul jika perkawinan diberkati dengan anak-anak dan keputusan harus diambil di gereja dan iman harus dibesarkan. Sebagaimana orang Protestan dan orang Katolik berbeda dalam kebenaran-kebenaran paling mendasar mengenai agama Kristen, mereka (dua mempelai) kurang memiliki landasan bersama untuk melakukan kewajiban agamanya, bahkan dalam hal doa dan khususnya pada masa-masa permusuhan harus menderita secara menyedihkan karena ada perpecahan antara mereka dalam perkara-perkara paling mulia dalam kehidupan rohani mereka. Bacalah Roma 16:17; II Korintus 6:1418; I Korintus 7:16 dan renungkan apakah nasihat-nasihat ini juga tidak dapat dipakai untuk memulai penyatuan yang intim seperti penyatuan perkawinan oleh orang-orang yang dalam konsepsi maupun keyakinan keagamaan serta seluruh pandangan hidup mereka begitu berbeda seperti pemeluk Katolik Roma dengan Protestan. Pengalaman membuktikan bahwa yang dinyatakan dalam Kejadian 6:2 dalam kaitan dengan anak-anak Tuhan yang menyatu melalui perkawinan dengan orang bukan seiman juga berlaku untuk perkawinan antara orang Protestan dengan orang Katolik Roma, yakni bahwa penyatuan seperti itu sering kali membuat kedua belah pihak apatis terhadap hal-hal relijius, inilah kematian rohani. Apakah salah satu pasangan atau yang lain giat berusaha membawa pasangannya untuk masuk kepada agamanya yang menurut dia adalah iman yang sejati, atau demi keutuhan (kerukunan) yang bisa dilihat dari luar dua belah pihak akan mengabaikan semua agama. Jika orang Protestan menyetujui perkawinan Katolik, maka sang suami dengan terpaksa menyetujui doktrin Katolik Roma tentang perkawinan sebagai sakramen di mana tidak seorang pun, kecuali imam Katolik Roma dibenarkan melaksanakan upacara itu dan status semua perkawinan lain paling banter dianggap sebagai pergundikan yang sah. Karenanya dia melekatkan stigma pergundikan kepada orang tuanya sendiri jika perkawinan mereka tidak disahkan secara khidmat oleh imam Katolik Roma, dan mengakui status dirinya sendiri tidak sah. Di sisi lain, terhadap pernikahan seperti itu pihak Katolik pasti menganggap perkawinan si perempuan tidak lain adalah pergundikan dan seluruh kehidupan pernikahannya adalah dosa di hadapan Allah, jika pernikahannya tidak dikuduskan oleh imam Katolik Roma. Tentu orang Protestan setia pasti tidak mungkin mengizinkan anak-anaknya dibesarkan dalam lingkungan gereja maupun kepercayaan yang ajaran-ajaran dasarnya dia anggap menyangkal kebenaran ilahi, menghilangkan kemuliaan sejati Kristus, menjauhkan manusia berdosa dari damai sejahtera sebenarnya, yaitu pendamaian dengan Allah dan dari kemerdekaan mulia di mana Kristus membuat kita bebas.




Artikel yang terkait dengan Matius:


TIP #03: Coba gunakan operator (AND, OR, NOT, ALL, ANY) untuk menyaring pencarian Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA