Dapatkah seorang Kristen sejati dengan sengaja berbuat dosa?
Pertanyaan ini biasanya berputar sekitar ayat: "Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah" (I Yoh. 3:9). Seperti telah kita nyatakan berkali-kali seluruh isi Alkitab harus dipahami secara utuh untuk menjawab pertanyaan apa pun. Kini seluruh pesan Alkitab tampaknya dibangun atas dugaan bahwa siapa pun bisa saja berbuat dosa. Pencobaan Kristus tampaknya bahkan mengimplikasikan bahwa Dia bisa menyerah; jika tidak maka pencobaan itu tidak akan memiliki arti. Paulus mengatakan dia menyadari kemungkinan akan "ditolak" (I Kor. 9:27). Walaupun ayat dari Yohanes ini sangat sulit, barangkali kita bisa menafsirkannya seperti ini - bahwa selama seseorang mengasihi Allah, maka dia tidak mungkin berbuat dosa. Kasih itu harus hilang dari kesadarannya dulu. Kebenaran berarti hasrat dan usaha untuk taat kepada Allah; sehingga sementara kita mengasihi Dia kita tidak berbuat dosa. Dosa adalah "dengan sengaja melanggar hukum yang sudah dikenal"; dan Allah tidak memperhitungkan suatu perbuatan sebagai dosa ketika kita melakukannya, serta percaya bahwa Dia menyetujuinya. Cara menjauhi dosa ialah dengan menjaga agar kasih kepada Allah tetap ada dalam kesadaran kita. Selama kita memiliki kasih itu, maka kita tidak akan berbuat dosa. Tetapi, kita pada suatu saat bisa menyisihkannya, atau mengizinkan diri kita kehilangan kasih itu, lalu kita akan menyerah pada dosa. Dosa yang disengaja berarti orang yang berdosa berkata seperti ini: "Saya mengerti Allah tidak menginginkan saya melakukan ini, tetapi saya akan melakukannya." Dan jelas bukan ekspresi berlebihan untuk mengatakan bahwa selama orang sadar bahwa ia mengasihi Allah, maka dia tidak mungkin mengatakan itu.
Artikel yang terkait dengan Matius: