Dalam perumpamaan orang-orang upahan, prinsip apa yang diajarkan?

Perumpamaan dalam Matius 20:1-16 berkaitan erat dengan pasal sebelumnya, dan maksudnya jelas adalah menggambarkan sentimen dalam ayat penutup: "Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir". Perumpamaan ini merujuk kepada upah, dan menggambarkan metode pemberiannya kepada para pengikut Kristus, maksudnya, diberikan dengan demikian sehingga yang terakhir sama dengan yang terdahulu, dan yang terdahulu sama dengan yang terakhir - sebuah cara menghargai kesetiaan dalam pelayanan, yang tidak sekadar mengukur lamanya pelayanan atau kuantitas yang dihasilkan dalam pelayanan. Maksud perumpamaan ini, bisa dipahami, dan tidak bisa membangkitkan pertanyaan apa pun seperti pembedaan dalam hal upah para pekerja. Dalam hal transaksi dengan tuan rumah, sebagaimana yang digambarkan dalam perumpamaan ini, tidak ada ketidakadilan di dalamnya. Dia sependapat memberi orang-orang upahan yang pertama "satu dinar sehari", sementara terhadap yang lainnya tidak ada jumlah tertentu yang disepakati, dan dia bisa membayar mereka sekehendak hatinya. Terlebih lagi, Juruselamat tidak perlu menyetujui cara sang tuan rumah, dan kita tidak diharuskan menunjukkan apakah ini benar atau bijaksana, sebagai suatu tindakan manusia kepada sesamanya, melainkan upah itu di dalam Kerajaan Allah diberikan tanpa merujuk kepada lamanya pelayanan, suatu pertimbangan lain yang sangat berbeda yang menggerakkan Bapa surgawi kita dalam hal ini - yaitu, kesetiaan.

Perumpamaan ini adalah jawaban atas pertanyaan Petrus (Mat. 19:27), "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?" Dari kalimatnya terlihat seperti amarah terhadap roh tawar-menawar. Mereka yang mengikut Kristus demi upah, bukannya karena mengasihi Dia, tidak akan ditipu. Mereka akan memiliki semua yang Allah telah janjikan kepada mereka, tetapi mereka bukanlah yang paling dikasihi-Nya. Orang tua yang menjanjikan hadiah kepada anak atas bantuannya, atau perbuatan baiknya, dan mengetahui kalau sang anak menyelesaikan tugas atau berbuat lebih baik dari hari-hari biasanya meski tidak ada hadiah yang dijanjikan, tidak menyetujui roh sang anak. Orang tua tidak suka melihat anaknya berbuat demi uang dan tidak dilakukannya demi kasih, yang seharusnya demikian. Akan tetapi dia masih memegang janji dan menepatinya, sebagaimana yang telah disepakati. Tetapi anak yang melakukannya dengan gembira dan rela, sebagaimana yang diminta orang tua, meski tanpa dijanjikan hadiah, adalah anak yang disetujui orang tua. Anak itu sudah pasti mendapatkan penghargaan, meskipun penghargaan ini tidak dijanjikan.

Tuan rumah dalam perumpamaan ini melakukan tawar menawar dengan sekelompok orang upahan pertama. Frase "ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu", dengan jelas menyatakan adanya perundingan. Dengan yang lainnya dia tidak membuka penawaran, hanya berjanji mengupah mereka dengan layak. Mereka mempercayai dia, dan mulai bekerja. Dia berkenan pada kepercayaan yang mereka tunjukkan, dan dia mengupah mereka lebih dari yang mereka harapkan. Orang-orang Yang bekerja dari pagi-pagi sekali tidak punya alasan kuat untuk bersungut-sungut. Mereka menerima apa yang mereka tetapkan. Sepanjang pelayanan Kristus, Ia menunjukkan roh yang sama. Dia menginginkan kasih dan kepercayaan pribadi. Di atas segala sesuatu Ia menghendaki semua orang, mempercayai Dia. Pertanyaan Petrus pasti menawarkan roh Kristus. Pertanyaan ini dapat ditafsirkan sebagai menunjukkan bahwa orang yang dikira Yesus mengikut Dia karena kasih, ada hadir untuk mencari tahu apa yang bisa diperolehnya. Di sinilah, terdapat teguran dari perumpamaan ini.




Artikel yang terkait dengan Matius:


TIP #35: Beritahu teman untuk menjadi rekan pelayanan dengan gunakan Alkitab SABDA™ di situs Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA