Rasa sakit yang diderita oleh sang Juruselamat di Kalvari itu fisik atau mental?
Rasa sakit adalah hal yang tidak bisa diukur. Penderitaan Yesus akan selalu menjadi salah satu peristiwa yang membangkitkan rasa hormat dan mengagumkan dalam kisah dunia. Tidak mungkin membaca Alkitab secara mendalam, khususnya setelah seseorang secara pribadi mengenal Yesus dan mengamati kuasa menakjubkan ketika kenyataan dari penderitaan dan kematian yang dirasakan-Nya mempengaruhi jiwa manusia, tanpa menyadari adanya kesedihan yang jauh lebih dalam daripada yang bisa diterangkan melalui fakta-fakta penghinaan, penolakan, siksaan dan kematian-Nya. Kalau kita sekadar mempertimbangkan rasa sakit jasmani, kita harus mengakui bahwa orang lain rupanya juga menanggung rasa sakit yang sama, dan kita juga harus mengakui akan adanya derajat-derajat tidak terbatas dari kerentanan terhadap rasa sakit. Sebuah luka yang hanya akan menimbulkan sedikit rasa sakit bagi manusia dengan temperamen tertentu dan bisa terasa sangat mengerikan bagi seseorang yang memiliki kepekaan lebih halus dan lebih tajam. Tetapi rasa sakit luar biasa yang Yesus rasakan pastinya berbeda baik secara jasmani maupun mental. Ada pesan bijak, pesan moral dalam penderitaan-Nya yang kesemuanya melampaui pengertian kita. Matius, Markus dan Lukas semuanya mencatat fakta bahwa sewaktu meninggal Dia berseru dengan suara keras. Kelihatannya janggal sebab kita tahu seberapa besar keberanian Yesus. Penderitaan yang tidak terkira dan tidak terbayangkan, terlukis dalam seruan-Nya itu. Demikian pula dengan permohonan-Nya di taman sebelum Dia diserahkan pada detik-detik terakhir. Pasti penderitaan berat tak terhingga di hadapan-Nya yang memaksa Dia untuk meminta cara lain. Kita mengetahui petunjuk paling jelas dari doa memilukan yang terdengar dari salib: "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Pasti telah terjadi pemutusan yang pasti, disengaja, dan penuh penderitaan dari kasih abadi yang menyatukan Bapa dan Anak. Barangkali ada kebenaran yang lebih dalam dari para perumus kuno tentang pernyataan iman dalam kata-kata aneh itu: "Dia turun ke neraka". Tidak - segala sukacita di dunia ini dibandingkan dengan yang dirasakan Yesus sewaktu Dia berada di atas salib dan sewaktu tubuh-Nya terbaring di kubur, adalah unik. Kedalaman dan lamanya tidak seorang pun yang tahu. Mereka menghitung jam yang dilalui-Nya di atas salib dan berapa lama di dalam kubur. Tetapi tentang kekekalan penderitaan roh yang dialami-Nya, kita tidak akan tahu. Tetapi Puji Tuhan! Hal ini cukup untuk menggoncangkan setiap jiwa yang menyesal yang mendengarkannya untuk masuk ke dalam kehidupan baru, sebuah kehidupan yang membenci dosa dan mencintai kebenaran, sebuah kehidupan yang menjadikan Juru selamat yang disalibkan dan bangkit sebagai Terang kekal dan harapan serta sukacita yang tidak pernah gagal.
Artikel yang terkait dengan Matius: