Apakah Alkitab mengizinkan perceraian karena alasan apa saja?
Tampaknya ada perbedaan antara ajaran yang dinyatakan secara jelas dalam Markus 10:11, 12 dengan yang ada dalam Matius 5:22. Kaidah penafsiran mengatakan bahwa jika dua penulis melaporkan ucapan yang sama, di mana yang satu lebih lengkap daripada yang lain, maka penulis yang memberikan laporan paling lengkap dinyatakan yang lebih benar. Kemungkinan lebih besar bahwa penulis yang satu menghilangkan satu kalimat daripada penulis lain telah menyisipkan sesuatu yang tidak pernah diucapkan. Dengan mengikuti kaidah ini, laporan Matius mungkin lebih benar daripada laporan Markus. Jika Anda melihat kembali Matius 5:32, Anda akan melihat bahwa Kristus membuat perkecualian dalam kasus salah satu pasangan yang telah melanggar janji pernikahan. Kristus tidak menuntut salah satu dari pasangan tetap hidup dengan pasangan lain yang telah tidak setia. Kemudian kita bisa bertanya apakah Alkitab mengizinkan perceraian karena salah satu meninggalkan pasangannya. Ini adalah pertanyaan yang diperdebatkan. Satu-satunya ayat yang membicarakan hal ini ialah I Korintus 7:1015. Apakah di sana rasul bermaksud bahwa orang yang dikatakannya "tidak terikat" berhak menikah lagi setelah pasangannya meninggalkan dia, masih meragukan. Bagaimanapun, tampak tidak beralasan bahwa laki-laki yang diceraikan oleh istrinya, atau istri yang diceraikan suaminya, tidak boleh menikah lagi karena perbuatan tidak senonoh pasangannya. Yang umum terjadi ialah ada kecurigaan yang masuk akal bahwa ketidaksetiaan bukanlah satu-satunya pelanggaran ikatan pernikahan yang dilakukan pihak yang meninggalkan pasangannya itu. Tetapi kadang-kadang tidak mungkin untuk membuktikan fakta itu, walaupun ketidaksetiaan dapat dengan mudah dibuktikan, sebagian besar gereja mengizinkan perceraian karena alasan ketidaksetiaan salah satu pasangan; tetapi tidak ada izin langsung dan terus terang dari Alkitab.
Artikel yang terkait dengan Markus:
