Apakah Kristus Mahatahu ketika menjadi manusia?
Adalah masuk akal untuk beranggapan bahwa pada masa menjadi manusia, sifat-sifat ilahi Kristus dibatasi. Kita membaca tentang keletihan-Nya, tangisan-Nya, doa-Nya, rasa lapar dan haus yang dirasakan-Nya, dan pencobaan-Nya. Kita juga membaca tentang hikmat-Nya yang bertambah (Luk. 2:52). Kita menarik kesimpulan dari semua ini kalau sifat ilahi-Nya tidak mempunyai keleluasaan sepenuhnya untuk kuasa-Nya dalam tubuh manusia atau hanya bisa mengungkapkannya sebagian saja karena keterbatasan yang jelas. Kristus tampaknya menyadari hal ini selama Dia berada di bumi, sebab Dia berkata, "sebab Bapa lebih besar dari pada Aku" (Yoh. 14:28). Oleh karena itu, kita simpulkan bahwa sebagian penghinaan yang diterima-Nya adalah kesediaan-Nya melepaskan diri dari sebagian sifat ilahiNya dan hal ini menjelaskan misalnya apa yang tercatat dalam Markus 13:32. Mustahil bagi manusia untuk sepenuhnya memahami misteri Trinitas, tetapi kita bisa membayangkan Kristus yang berdasarkan kasih-Nya, rela melepaskan sifat-sifat tertentu dari keallahan-Nya sewaktu berada di bumi, supaya dalam segala hal Dia sama seperti saudara-saudara-Nya. Dengan cara apa atau sampai sejauh mana, penjelmaan membatasi sifat-sifat ilahi tidak bisa ditentukan. Dilihat dari doa-Nya kepada Bapa menunjukkan bahwa pada saat menjadi manusia terdapat perbedaan antara diri-Nya dengan Allah Bapa yang tidak terselami oleh kita.
Artikel yang terkait dengan Markus: