Apakah Allah mengampuni orang-orang yang menyatakan bahwa mereka hanya diampuni jika ada yang meminta pengampunan?
Akan sulit menyelaraskan prinsip tersebut dengan ucapan Yesus: "Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu" (Mat. 5:44); atau perkataan Paulus, yang dikutip dari Amsal: "jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum!" (Rm. 12:20; Ams. 25:21). Pada ayat tentang mengampuni "sampai tujuh puluh kali tujuh kali" dalam Matius 18:22, sama sekali tidak dikatakan mengenai pengampunan yang diminta, walaupun dalam Lukas 17:3, 4 disebutkan tentang penyesalan orang yang berbuat dosa. Persoalannya ialah jika orang Kristen adalah pihak yang disakiti dia harus memiliki roh pengampunan, terlepas yang bersalah meminta ampun atau tidak. Orang itu tidak boleh mengasihi perasaan kepahitan dan kejengkelan di dalam hatinya. Ia harus seperti Guru ilahinya yang berdoa, "Ya Bapa, ampunilah mereka" bahkan ketika Dia disalibkan (Luk. 23:34), dan seperti Stefanus yang mendoakan orang-orang yang membunuhnya ketika dia akan mati: "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!" (Kis. 7:60). Tetapi, menurut sifat kasus itu, pengampunan tidak mungkin benar-benar diterima oleh pihak yang bersalah sampai dia menyadari kesalahannya dan sangat mengharapkan pengampunan. Menawarkan pengampunan tidak ada artinya bagi orang yang tidak merasa telah berbuat salah. Allah telah mengampuni kita sejak dahulu, tetapi kita sebenarnya belum menerima pengampunan itu ke dalam kesadaran kita sampai kita merasa membutuhkannya dan memintanya. Dengan demikian, kita harus mengasihi orang yang telah bersalah kepada kita dan harus mengampuni mereka sepenuhnya dan seketika segera setelah kesalahan itu dilakukan. Mereka tidak mungkin memiliki dan merasakan pengampunan, kecuali mereka menginginkannya dan menyambutnya. Namun demikian, S. H. Hadley, ketika menceritakan tentang pelayanannya bagi para pemabuk dan orang terbuang, biasa mengatakan: "Jika seseorang menipu saya sembilan belas kali, saya membuat dia malu atas kesalahannya dengan mempercayai dia sebanyak dua puluh kali." Jelas bahwa orang yang tidak memiliki roh pengampunan ini tidak mungkin mengharapkan atau menerima pengampunan Allah. Pengampunan adalah rincian dari perasaan kasih yang lebih besar. Kita harus mengasihi semua orang; dan dengan melakukan hal ini kita secara otomatis dan seketika mengampuni semua yang berbuat salah kepada kita.
Artikel yang terkait dengan Matius: