Apakah mungkin orang maju secara rohani tanpa mengalami kelahiran baru?

Penjelasan Yesus mengenai "lahir baru" ialah bahwa kelahiran itu membuat orang menjadi seperti anak-anak kecil. "Jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga" (Mat. 18:3). Ini cocok dengan ucapan-Nya kepada Nikodemus (Yoh. 3:3): "Jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." Roh dari masa anak kecil adalah roh dari kerajaan-Nya. Dia mengatakan sekali lagi: "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepadaKu; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Surga" [atau "kerajaan Allah"] (Mat. 19:14; Mrk. 10:14, dan Luk. 18:16). Sifat kerendahan hati, kesederhanaan, ketulusan, sifat penuh kepercayaan dari masa kanak-kanak inilah hal-hal yang menandai warga sejati dari kerajaan Kristus. Ketika berhadapan dengan pernyataan Kristus bahwa anak-anak kecil yang empunya kerajaan-Nya, mustahil kita mengatakan bahwa mereka tidak memiliki kerajaan Surga. Kecuali mereka kehilangan keadaan tidak berdosa seperti dimiliki anak-anak kecil, karena tidak mau bertobat, mereka bisa terus di dalam kerajaan-Nya tanpa krisis tertentu untuk kembali padanya, begitu juga ini penting dalam kasus orang dewasa yang kehilangan keadaan tidak bersalah itu. Tampaknya ada kasus-kasus orang-orang Kristen yang tak dapat disangkal kesalehannya, mereka tidak dapat menunjukkan kasus kelahiran kembali seperti itu. Contoh seperti itu tampaknya terjadi pada Timotius yang muda, kepada siapa Paulus menulis seperti ini, "sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu" (II Tim. 1:5). Tetapi, apa yang tampaknya terjadi pada sebagian besar kasus ini ialah bahwa sang anak kehilangan keberadaan tidak berdosa itu ketika dia pertama kali berbuat dosa, dan ini menimbulkan rasa jijik terhadap Allah dan terhadap hal-hal yang rohani. Dalam hal ini episode di Taman Eden terulang terus-menerus; setelah sang anak tidak taat dia bersembunyi dari Allah. Tetapi, jika dia dibimbing untuk bertobat pada waktu itu, maka dia tidak perlu berlama-lama menyimpan rasa bersalah, pengalaman menyedihkan dalam pengembaraan yang biasa dialami sebagian besar orang dan yang mengharuskan orang berbalik kepada Allah serta mengalami pemulihan kehidupan rohani dalam jiwanya. Inilah yang kita sebut sebagai pertobatan dan kelahiran kembali.




Artikel yang terkait dengan Lukas:


TIP #33: Situs ini membutuhkan masukan, ide, dan partisipasi Anda! Klik "Laporan Masalah/Saran" di bagian bawah halaman. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA