Apakah Yesus merasa bahagia ataukah sedih ketika Ia dalam perjalanan menuju salib?

Kita tidak dapat menduganya, meskipun beberapa pihak berpendapat, karena Dia sedang melaksanakan kehendak Bapa, maka Dia pasti merasa bahagia meskipun berada di tengah penderitaan. Tetapi dalam kisah para penginjil, kita hanya menemukan kesan bahwa Dia dipenuhi dengan kesedihan. Mulai dari waktu penderitaan yang mendalam di taman (lih. Mat. 26:37) sampai seruan nyaring yang terakhir di kayu salib, selubung ini tidak tersibak. Dalam perjalanan menuju Kalvari, dengan disertai penderitaan yang ditanggung-Nya bagi orang-orang yang "tidak tahu apa yang diperbuat-Nya" - yang sekarang siap mengolok-olok dan mencaci-maki Dia yang sesaat sebelumnya dengan penuh sukacita menyambut Dia - pasti ada suatu beban kesedihan lebih mendalam atas pengkhianatan hina terhadap diri-Nya dan semua murid yang diterpa kepanikan yang meninggalkan Dia, termasuk Petrus, semuanya ini semakin memberatkan setiap langkah-Nya. Akan tetapi, dalam keadaan terluka, meneteskan darah, dan tunduk pada penghinaan terburuk, Dia tanggung semuanya tanpa keluhan meskipun hatiNya hancur. Dia ditopang oleh pemikiran tentang misi-Nya yang agung dan menanggung siksaan dengan ketabahan sedalam itu, yang bahkan dipuji oleh musuh-musuh-Nya (Luk. 23:47). Dengan demikian, sampai detik-detik terakhir dalam kehidupanNya di dunia ini, Dia adalah "orang yang menanggung derita dan dekat dengan dukacita".




Artikel yang terkait dengan Lukas:


TIP #03: Coba gunakan operator (AND, OR, NOT, ALL, ANY) untuk menyaring pencarian Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.02 detik
dipersembahkan oleh YLSA