Apakah kita masih di bawah Hukuman Taurat?

Tidak mungkin menjelaskan ajaran Perjanjian Baru tentang pokok ini seperti dalam Galatia 3 dan 4 tanpa mengenali dua makna penting dari kata "hukum," sebagaimana dipakai pada ketetapan atau hukum yang lama. Kata itu bisa berarti hukum moral dan hukum seremonial atau hukum upacara. Perjanjian Baru sangat jelas mengajarkan bahwa orang yang percaya kepada Kristus dibebaskan dari hukum upacara. Kristus mengakhiri kurban-kurban dan upacara-upacara di Bait Suci, ketika dia menjadi Anak Domba yang dikurbankan untuk dosa-dosa seluruh dunia. Kisah Para Rasul 15 menunjukkan bagaimana Sidang gereja mula-mula membebaskan orang Kristen bukan Yahudi dari kewajiban-kewajiban hukum upacara, bahkan untuk peraturan mendasar tentang sunat. Ketika kita sampai pada hukum moral penjelasannya lebih sulit. Paulus mengatakan: "Jika demikian, adakah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami meneguhkannya" (Rm. 3:31). Hukum moral tidak pernah dibatalkan. Pendapat Paulus ialah bahwa hukum Taurat sendiri tidak berkuasa membuat manusia menjadi baik; tetapi Kristus mempunyai kuasa itu. Kristus memakai hukum Taurat dan mengisinya dengan hidup dan kasih. Dia mengubah jiwa sehingga jiwa itu mengasihi sang Pemberi Hukum Taurat dan mengasihi setiap orang yang dilindungi oleh hukum tersebut. Sebagai contoh: apakah orang Kristen berada di bawah Hukum Taurat yang menentang pembunuhan? Dia tidak mempunyai perasaan seperti itu, tidak pula kesadaran seperti itu. Dia tidak ingin membunuh seorang pun. Melalui kuasa Kristus dia telah dimampukan untuk mengasihi sesamanya dan dia mengetahui bahwa dia harus tetap mengasihi dia. Kasih memecahkan masalah hukum moral; kasih memberikan kepada hukum Taurat kuasa yang tidak pernah dimiliki sebelumnya. "Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat" (Rm. 13:10). Menurut satu pengertian, hal ini diajarkan dalam hukum Musa, seperti yang ditunjukkan oleh Kristus dan Paulus, tetapi Kristus memberikan penafsiran baru dan kuasa yang baru. Demikianlah, kita dikatakan hidup menurut hukum-Nya, seperti dinyatakan Paulus: "Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus" (Gal. 6:2). Kita hidup dalam zaman Roh Kudus, yang membawa hati kepada pengalaman kasih Allah (Rm. 5:5), dan yang membuat kita benar-benar mengasihi sesama kita.




Artikel yang terkait dengan Kisah Para Rasul:


TIP #02: Coba gunakan wildcards "*" atau "?" untuk hasil pencarian yang leb?h bai*. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA