Apakah berpuasa penting bagi kehidupan orang Kristen?

Berpuasa dilakukan secara sukarela dalam Jemaat Kristen mula-mula. Musuh-musuh Yesus menuduh bahwa murid-murid Kristus "tidak berpuasa", sementara murid Yohanes berpuasa (Mat. 11:18, 19). Tuhan tidak dengan pasti menyuruh dilakukannya puasa keagamaan, dan Dia memang menyinggung serta mengecam puasa-puasa yang sering kali dilakukan oleh kaum Farisi. Rujukan-Nya kepada masa yang akan datang ketika kehadiran pribadi dari pengantin laki-laki tidak ada, murid-murid-Nya akan berpuasa, secara tidak langsung lebih menyatakan masa berkabung yang umum ketimbang penyangkalan diri. Dalam Khotbah di atas Bukit (Mat. 6:17) Dia mengakui praktik puasa itu, tetapi frekuensi dan lamanya Dia serahkan pada keputusan pribadi. Berpuasa sudah, pasti dijalankan oleh orang-orang Kristen mula-mula (lih. Kis. 13:2, 14:23; II Kor. 6:5), tetapi hal ini barangkali merupakan sebuah pengakuan akan pemakaian masa lampau yang sudah tetap, yang diteruskan kepada generasi-generasi selanjutnya. Kalau mengingat bahwa sebagian besar Jemaat Kristen aslinya adalah bangsa Yahudi, tidaklah mengejutkan kalau berpuasa, yang begitu menonjol di sistem agama yang lama, telah diteruskan dari masa ke masa dan kadang-kadang dijumpai dalam tingkat tertentu dalam gereja bahkan sampai saat ini. Bahwa berpuasa berdampak baik, secara rohani maupun fisik, mungkin tidak dapat disangkal. Puasa yang sungguh-sungguh, yang menahan keinginan daging, yang membantu dengan memusatkan pikiran pada hal-hal yang rohani, secara khusus dibiasakan pada keadaan-keadaan darurat tertentu. Juruselamat kita sendiri menjadi teladan bagi kita.




Artikel yang terkait dengan Kisah Para Rasul:


TIP #20: Untuk penyelidikan lebih dalam, silakan baca artikel-artikel terkait melalui Tab Artikel. [SEMUA]
dibuat dalam 0.02 detik
dipersembahkan oleh YLSA