Apakah Allah menyetujui pernikahan antara orang tidak percaya dengan orang percaya?

Seluruh pertanyaan ini sepenuhnya dan dengan mantap dibahas dalam II Korintus 6:14-18. Ini adalah tafsiran Paulus yang masih berlaku sampai saat ini sebagai peraturan umum untuk perbuatan orang Kristen. Meskipun begitu, tidak baik bagi kita untuk mengadili orang-orang yang mungkin mengabaikan perintah itu, sebab dalam I Korintus 7:14, rasul ini menunjukkan bagaimana hubungan ini bisa mendatangkan hasil-hasil yang baik. Dari ayat ini sampai ayat 7:1, sang rasul tampaknya melarang terbentuknya hubungan sosial yang terlalu dekat dengan para penyembah berhala dan orang tidak ber-Tuhan, daripada ikatan pernikahan. Dalam I Korintus 7:12-16, pemisahan dari suami atau istri tidak percaya tidak disetujui, karena pasangan yang percaya mungkin bisa menguduskan - maksudnya, membuat kudus - pasangan yang belum selamat, dan bisa menghasilkan pertobatan menuju keselamatan,. Dalam pasal yang sama dan ayat-ayat lainnya dalam penulisan rasul, pernikahan dianjurkan tanpa ada batasan. Dalam Galatia 5:1 dan Kisah Para Rasul 15:10, kata "kuk" digunakan sedikit mirip dengan apa yang dianggap berisi larangan penuh. Dalam Filipi 4:3, Paulus menyebut beberapa pribadi yang tidak dikenal dengan "kawan-kawanku sekerja", yang sudah pasti bukan istrinya. Tetapi kalau teks tersebut dianggap melarang pernikahan di antara orang Kristen dengan orang tidak percaya, maka teks ini harus diuraikan dengan merujuk kepada keadaan penyembahan berhala sensual yang berlaku secara menyeluruh pada periode itu di kota Korintus. Paulus berbicara kepada masyarakat kecil orang Kristen di tengah kota kafir yang besar, dan ini sama artinya dengan kita menasihati orang-orang Kristen di Tiongkok dan India supaya tidak menikah dengan orang Budha dan Islam, hanya lebih buruk keadaannya.




Artikel yang terkait dengan Kisah Para Rasul:


TIP #03: Coba gunakan operator (AND, OR, NOT, ALL, ANY) untuk menyaring pencarian Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA