Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 20 dari 21 ayat untuk seperti anak kecil AND book:19 (0.001 detik)
Pindah ke halaman: 1 2 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Mzm 54:1) (sh: Persembahkanlah korban kepada TUHAN! (Selasa, 8 Juni 2004))
Persembahkanlah korban kepada TUHAN!

Dalam Mazmur 51 dikatakan, "bukan korban sembelihan atau korban bakaran, tetapi korban syukur dan hati yang hancur". Akan tetapi Mazmur 54 ternyata tidak berhenti di situ saja melainkan maju selangkah lagi. Korban syukur dan hati hancur semestinya diikuti oleh korban sembelihan dan korban bakaran. Artinya, setelah melakukan yang satu (pertobatan kepada TUHAN), maka yang lainnya harus menyusul (korban). Dan korban di sini bukan lagi sebagai kewajiban kepada Allah tetapi sebagai ungkapan syukur yang dilakukan dengan kerelaan (ayat 8).

Dengan demikian akan menjadi nyata bahwa hubungan kita dengan TUHAN tidak seperti tuan dan hamba, tetapi seorang bapak dan anak. Hubungan bapak dengan anak pada dasarnya diwujudkan dalam sikap yang akrab dan mesra. Seorang bapak yang baik pastilah selalu merindukan anak-anaknya. Demikian sebaliknya anak-anak terhadap bapaknya. Dapatkah seorang bapak dikatakan baik jika ia hanya menuntut dari anak-anaknya? Atau seorang anak, jika ia hanya menuntut dari bapaknya?

Allah Bapa kita sudah demikian baik terhadap kita. Bahkan kebaikan-Nya ditunjukkan dengan mempersembahkan Anak-Nya yang tunggal untuk keselamatan kita. Apakah kita masih berani mengatakan kita mengasihi Allah sementara persembahan yang kita berikan adalah sisa-sisa uang kita. Mungkin seseorang sudah merasa memberi banyak dengan persembahan uang puluhan juta. Namun, jumlah itu masih terlalu kecil dibanding dengan puluhan kali lipat yang sudah kita terima. Bukan jumlah yang Tuhan lihat, tetapi kerelaan hati kita memberikan yang terbaik kepada-Nya itu yang menyenangkan-Nya.

Tekadku: Aku tidak akan lagi bersikap sebagai orang yang berjasa apalagi penguasa di gereja Tuhan. Sebab dengan demikian saya telah menghina Tuhan.

(0.88) (Mzm 14:1) (sh: Kristen dan masyarakat (Jumat, 12 Januari 2001))
Kristen dan masyarakat

Melihat kehidupan masyarakat dewasa ini pasti membuat Kristen ciut dan gentar hatinya. Betapa tidak, moralitas bangsa semakin memprihatinkan, hukum dipermainkan dan diperalat sang penguasa, manusia tidak dihargai selain sebagai salah satu faktor yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, dan penganiayaan terhadap gereja dalam skala kecil hingga besar. Haruskah Kristen menjadi putus asa dan menjadi apatis? Tidak! Sebaliknya kita harus melihat semua itu dengan perspektif yang benar.

Mazmur kita hari ini juga meratapi kondisi masyarakat yang sedemikian bobrok. Pemazmur melihat bahwa kebobrokan manusia itu bersumber dari pengingkaran manusia terhadap keberadaan Allah. Ketika manusia meniadakan Allah di dalam kehidupannya, ketika manusia menganggap Allah tidak lagi mampu mengintervensi sejarah manusia, maka perbuatan manusia itu pastilah busuk dan jijik (ayat 1). Mereka berbuat sekehendak hatinya karena mereka yakin bahwa hanya merekalah yang berkuasa, tidak lagi berpikir akan adanya penghakiman di kemudian hari. Tidak hanya perbuatan namun pikiran mereka pun pasti sudah tercela (ayat 3). Mereka hanya akan memikirkan, merencanakan, dan mengejar apa yang menguntungkan bagi diri mereka sendiri. Bagi mereka nyawa dan kehidupan orang lain sudah tidak ada artinya. Karena itulah dalam kondisi yang demikian tidaklah mengherankan jika umat Allah pun ikut terlibat.Umat Allah yang mempunyai keyakinan akan keberadaan Allah adalah musuh nomor satunya, sehingga akan dilumatkan dan dihabiskan (ayat 4). Karena itu janganlah heran jika Kristen senantiasa akan dihancurkan dan dihabiskan.

Renungkan: Bagaimana respons Kristen? Kita harus berteriak kepada Allah memohon pertolongan-Nya, namun bukan teriakan keputusasaan, melainkan teriakan yang mengungkapkan keyakinan kita seperti pemazmur bahwa Allah akan bertindak pada waktunya dan Dialah tempat perlindungan kita (ayat 5-6). Namun ini belum cukup, sebab kondisi masyarakat yang demikian tidak dapat dibiarkan karena akan mengakibatkan kehancuran bangsa dan negara. Karena itu Kristen harus berjuang keras untuk mengupayakan pendidikan bagi masyarakat. Bagaimanakah peran gereja, sekolah, yayasan Kristen dalam mengupayakan pendidikan bagi anak bangsa?

(0.79) (Mzm 78:24) (bis: manna)

manna: Makanan orang Israel selama mereka mengembara di padang gurun. Rupanya seperti biji-biji kecil, warnanya putih. Lihat Kel 16:14-21 dan Bil 11:7-9.

(0.75) (Mzm 115:1) (sh: Tujuan ibadah (Sabtu, 4 Mei 2002))
Tujuan ibadah

Sebagaimana gong besar dipukul berulang-ulang untuk menentukan nada lagu, demikian mazmur ini dibuka dengan perkataan, “Bukan kepada kami …”. Pemazmur mengemukakan tentang tujuan dari ibadah umat yang sebenarnya ialah memberikan kemuliaan kepada Tuhan karena kasih dan kesetiaan Allah. Ini amat berbeda dari bangsa-bangsa kafir yang bertanya dengan nada menghina, merendahkan kemuliaan Allah dan melukai hati orang beriman, “Di mana Allah mereka?” (bdk. Mzm. 42:4). Terhadap ejekan bangsa–bangsa lain, bangsa Israel menyatakan imannya bahwa Allahnyalah yang berkuasa sedang dewa-dewa bangsa lain hanyalah buatan tangan manusia dan sama sekali tidak berdaya (ayat 3-8).

Karenanya, pemazmur mengajak umat Israel, para imam keturunan Harun, dan orang-orang yang takut akan Tuhan untuk “Percayalah pada Tuhan”. Ajakan pemazmur ini diresponi dengan ucapan bersama , “Dialah pertolongan dan perisai mereka”. Sebagai perisai, Allah menyelamatkan, melindungi dan menolong sedemikian rupa sehingga orang-orang-Nya yang terjatuh, dan tertunduk lemah dapat mengangkat kepalanya kembali. Orang-orang yang percaya akan Tuhan itu pun aman karena dikelilingi kasih setia Allah (lih. Mzm. 32:10). Mereka juga tahu dengan pasti bahwa Tuhan akan bertindak (lih. Mzm. 37:3,5) sehingga mereka dapat menghadapi beragam tantangan dengan tenang.

Bila Tuhan Allah mengingat umat-Nya, Ia bertindak sesuai dengan perjanjian-Nya dan memberi berkat kepada umat Israel. Berkat Tuhan ini menyeluruh baik terhadap orang-orang kecil maupun besar. Karena langit kepunyaan Tuhan dan bumi telah diberikan-Nya kepada anak-anak manusia (ayat 16), maka selama umat Allah masih hidup, dalam kesempatan apa pun mereka patut memuji Allah selama-lamanya (ayat 18). Pujian harus terus dikumandangkan oleh angkatan yang akan datang. Jangan menunda memuji Allah, karena orang-orang mati tidak dapat lagi melakukannya (ayat 17).

Renungkan: Manusia memiliki hati dan otak yang dapat merenungkan kebesaran dan kebaikan Allah sehingga mendorong mulut memuji Dia dengan tulus.

(0.64) (Mzm 104:1) (sh: Allah penguasa alam semesta (Selasa, 18 Oktober 2005))
Allah penguasa alam semesta

Sama seperti otoritas seorang raja yang memberi perintah bawahannya untuk mengelola harta miliknya, maka Allah menyatakan otoritas-Nya atas alam semesta supaya umat-Nya mengetahui siapa Dia. Allah adalah penguasa sejati alam semesta. Allah jauh lebih besar daripada alam semesta ciptaannya, sedangkan manusia jauh lebih kecil daripada alam semesta.

Alam semesta yang begitu besar tidak mampu menampung keagungan Allah yang jauh lebih besar (ayat 1). Ketika Allah hadir di alam semesta, semua unsurnya menjadi fasilitas yang melayani-Nya. Langit yang luas menjadi atap istananya, lautan menjadi kamar-kamarnya, awan sebagai kendaraan Allah, angin dan api sebagai pengawal-pengawal-Nya, dan bumi sebagai tumpuan kaki-Nya (ayat 2-5). Dari gambaran maha dahsyat di atas, kendali Allah ditujukan sekarang ke bumi. Dalam kemahakuasaan-Nya Ia membatasi samudera raya yang begitu menakutkan manusia, pada tempat-tempat yang sudah ditentukan-Nya di bumi (ayat 7-9). Ini gambaran perlindungan Allah atas makhluk ciptaan-Nya. Lebih heran lagi, kemahakuasaan Allah itu digunakan-Nya untuk memenuhi kebutuhan segenap ciptaan-Nya sehingga tidak ada satu pun makhluk yang akan punah dalam pemeliharaan-Nya (ayat 10-18). Allah yang Maha Besar dan Maha Kuasa adalah Allah yang peduli kepada setiap ciptaan-Nya.

Di hadapan Pencipta dan Penguasa satu-satunya alam semesta dan segala isinya, manusia adalah kecil, tak berdaya, dan fana. Namun, betapa si kecil ini sering tidak tahu diri menantang dan melawan-Nya. Hanya oleh anugerah-Nya kita tidak diganjar kebinasaan. Hanya karena kasih-Nya, Ia mengampuni kita dalam Tuhan Yesus. Biarlah kita hidup untuk menyenangkan Dia, memuliakan dan memuji nama-Nya, dan bersama dengan alam semesta menyaksikan kedahsyatan-Nya kepada setiap umat ciptaan-Nya.

Responsku: ---------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------

(0.62) (Mzm 18:35) (jerusalem: kemurahanMu membuat aku besar) Terjemahan lain (dengan perbaikan kecil): Engkau mempersering jawabanMu. Artinya: Engkau terus-menerus mendengarkan aku.
(0.58) (Mzm 81:1) (sh: Musik sebagai sarana ekpresi iman (Jumat, 29 April 2005))
Musik sebagai sarana ekpresi iman


Mazmur pujian ini mengajak umat Tuhan untuk terlibat dalam satu ensambel kolosal. Musik dan nada meneruskan kata-kata untuk mengekspresikan sukacita dan syukur kepada Tuhan. Ada bahayanya perayaan kolosal seperti ini. Seperti Natal sering dirayakan keluar dari inti berita Natal karena nilai-nilai asing yang menyelinap di dalamnya (misalnya, Sinterklas), demikian juga perayaan pujian Israel di sini bisa kehilangan makna atau disusupi makna lain. Itu sebabnya dasar dan alasan memuji Tuhan tidak boleh dilupakan. Ia diatur dalam hukum Allah (ayat 5).

Pesan Mazmur ini jelas, pesan pembebasan. Israel pernah dilepaskan dari perbudakan Mesir oleh Tuhan (ayat 6-8). Oleh sebab itu Tuhan menuntut mereka untuk hanya menyembah Dia (ayat 9-11). Kenyataan bahwa Israel lebih memilih untuk hidup bagi diri sendiri (ayat 12), menunjukkan mereka gagal menghayati pesan ini. Akibatnya, mereka tidak bisa menikmati pembebasan mereka sepenuhnya. Ada belenggu hati yang belum dibebaskan (ayat 13). Hanya pertobatan yang sungguh akan membawa kembali mereka dalam tangan kasih setia Tuhan. Bila Israel taat dan setia, mereka akan menikmati Tuhan dan mengalami lagi pembebasan (ayat 14-17).

Tuhan terlalu besar dan terlalu agung sehingga berbagai sarana dipergunakan umat-Nya untuk membahasakan kebesaran dan keagungan Tuhan itu. Semua upaya manusia hanya bisa mengangkat ke atas permukaan sebagian kecil kebesaran dan keagungan Tuhan. Kidung pujian dan musik adalah salah satu sarana. Nyanyian yang diangkat ke atas ke arah Allah harus dibarengi dengan hati dan kehidupan yang tengadah ke atas agar pujian terharmoni, sepadan, dan senada dengan kehidupan. Apabila kehidupan tidak sesuai dengan jalan dan kehendak Tuhan, maka nada dan musik tidak lebih dari sebuah sarana yang sumbang dan lumpuh.

Renungkan: Pujian yang berarti dan dinikmati Tuhan bukan musik atau melodi yang indah, melainkan hati yang bersyukur dan sikap hidup yang memuliakan Dia.

(0.58) (Mzm 13:1) (jerusalem: Doa kepercayaan) Mazmur kecil ini berupa ratapan di mana seseorang yang dianiaya, Maz 13:2-3, dengan penuh kepercayaan, Maz 13:6, memohon perlindungan Tuhan terhadap lawan-lawannya, Maz 13:4-5.
(0.58) (Mzm 34:1) (sh: Ketidakwarasan pembebasan (Senin, 26 Mei 2003))
Ketidakwarasan pembebasan

Kita lebih suka menganggap diri kita sebagai orang-orang Kristen yang terhormat, yang waras baik tubuh maupun pikiran. Begitu kuatnya pola ideal ini, kita lupa bahwa karya sejarah keselamatan melibatkan apa yang bagi dunia adalah suatu bentuk "ketidakwarasan". Bukan pura-pura tidak waras untuk menyelamatkan diri (ayat 1), tetapi karena berbeda dengan dunia. Yeremia disindir sebagai nabi gila (Yer. 29:26-27). Yesus dianggap tidak waras oleh keluarga-Nya (Mrk. 3:21). Festus menganggap Paulus gila karena pemberitaan Injilnya (Kis. 26:24), dan banyak contoh lain dari Alkitab. Mereka dianggap gila, karena kehendak Allah bertentangan dengan "akal sehat" mayoritas orang yang tidak mengenal kehendak Allah.

Dimana letak "kegilaan" dari karya perlindungan Allah? Ada suatu pepatah Perancis yang mengatakan: "Tuhan berpihak kepada armada yang besar, dan melawan armada yang kecil." Inilah prinsip ketentaraan, dan bagi sebagian orang, prinsip hidup yang "waras". Allah pemazmur justru berpihak yang lemah. Mereka yang rendah hati (ayat 3), tertindas (ayat 7), yang menjaga dirinya dari kejahatan (ayat 14-15), benar (ayat 16-18), patah hati dan malang (ayat 19-21), mereka inilah yang menerima perlindungan Allah. Mereka menjadi lemah, karena seperti pemazmur, mereka bermegah karena dan berseru kepada Tuhan. Tetapi mereka menjadi kuat, karena Allah berpihak kepada mereka, "orang-orang benar itu" (ayat 18).

Yang kita pelajari bukanlah teladan Daud yang berpura-pura gila, tetapi hikmat yang timbul dari pengalamannya itu: betapa berbahagia ada dalam perlindungan Tuhan, Sang Allah yang punya prinsip berkarya yang berbeda dengan dunia yang berdosa.

Renungkan: Kapan terakhir kali Anda dianggap gila, bukan karena lelucon kita yang tidak biasa, atau ambisi dan rencana hidup kita, tetapi karena keputusan kita untuk berharap kepada Allah dan menaati-Nya?

(0.57) (Mzm 27:1) (sh: Optimisme Kristen (Rabu, 21 Maret 2001))
Optimisme Kristen

Ketakutan yang dirasakan oleh manusia bersumber dari rasa ketidakmampuan dan ketidakberdayaannya untuk mengatasi suatu konflik atau krisis yang terjadi dalam hidupnya.Ketika menghadapi tantangan dan serangan yang begitu hebat dari musuh-musuhnya (2-3), Daud tidak hancur, tidak gentar, dan tidak meragukan Allah sedikit pun. Ia pasti mempunyai kunci hidup tegar dan kokoh menghadapi krisis, yang sangat diperlukan oleh Kristen di Indonesia supaya Kristen dapat melewati setiap badai yang saat ini melanda negara kita dengan tetap teguh berpegang pada kebenaran iman kristen. Apa saja kunci itu?

Daud tidak membiarkan pikiran dan hatinya dikuasai oleh krisis yang dihadapi sehingga hanya terpaku kepada krisis saja. Sebaliknya ia tetap memfokuskan pikirannya kepada kebesaran dan siapakah Allah bagi dirinya (1). Kristen yang terpaku kepada permasalahan hidupnya cenderung membesar-besarkan masalah itu. Jika ia terfokus kepada Allah maka masalah apa pun akan terlihat kecil sehingga ia tidak akan gentar. Namun yang harus diingat adalah apa yang dilakukan Daud bukanlah seperti yang diajarkan oleh kekuatan berpikir positif dari gerakan zaman baru. Ketika Daud berhasil menghadapi dan mengatasi krisis yang terjadi, hal itu dikarenakan Allah secara pribadi yang bertindak (6). Tindakan Allah ini bukan didorong karena kekuatan pikiran Daud namun karena hubungan pribadi yang indah antara Daud dan Allah (4). Orang yang mempunyai hubungan yang indah dengan Allah adalah orang yang tinggal di Rumah Allah (5). Akankah Allah diam saja ketika tamunya diganggu kenyamanan dan keamanannya (bdk. Renungan tanggal 17)? Kedekatan Daud dengan Allah tidak dicapai melalui aktivitas agama maupun aktivitas rohani yang bernuansa magis. Kedekatan itu dibina melalui kehidupan doa yang sehat dimana ketergantungannya kepada Allah sangat diutamakan (7- 12).

Renungkan: Pikiran yang terfokus kepada Allah dan membina hubungan yang dekat dengan-Nya melalui doa, membuat Daud optimis menjalani kehidupannya walaupun situasi dan kondisi tidak mendukung (13-14). Ketakutan apa yang membayangi hidup Anda saat ini? Masa depan? Karier? Usaha? Kondisi politik, sosial, dan ekonomi yang tidak stabil? Lakukan 2 hal seperti yang dilakukan oleh Daud!

(0.48) (Mzm 71:1) (full: AKU BERLINDUNG. )

Nas : Mazm 71:1-24

Mazmur ini berisi doa seorang yang sudah tua (ayat Mazm 71:9) yang menghadapi kesulitan dan memerlukan bantuan Allah untuk membebaskan dirinya dari semua musuh dan kesusahan (ayat Mazm 71:1-2,18). Dia telah berjalan di jalan Allah sejak kecil (ayat Mazm 71:5-6,17) dan mengalami kesulitan-kesulitan luar biasa dalam hidup ini (ayat Mazm 71:20), namun ia tetap memelihara iman dan keyakinannya kepada Allah. Ia bertekad untuk menjalankan sisa hidupnya dengan keyakinan bahwa Allah akan menunjukkan kuasa dan kebaikan-Nya di dalam hidupnya.

(0.48) (Mzm 16:1) (jerusalem: Bahagia orang saleh) Sajak ini nampaknya ciptaan seorang dari kaum Lewi. Mati-matian ia menentang penyembahan berhala. Penulis menekankan bahwa Tuhan mencukupi bagiannya dan merupakan milik yang paling baik, Maz 16:2-4. Ia berpaut pada Tuhan, Allah yang Esa, Maz 16:5-8, dan sebulat hati percaya pada Dia, Maz 16:1,9-11. Akhir mazmur ini, Maz 16:10-11, barangkali mengungkapkan kepercayaan akan hidup sesudah kematian dan kebangkitan. Sajak ini sangat sukar dipahami maksudnya dan teks Ibrani nampaknya sangat rusak. Setiap terjemahan merupakan perkiraan saja.
(0.46) (Mzm 69:1) (sh: Orang benar pun mengalami kesesakan? (Sabtu, 2 Mei 1998))
Orang benar pun mengalami kesesakan?

Jika kita mendengar kesaksian tentang Kristen yang mengalami kebaikan Tuhan, kita tidak saja bersyukur. Hati kecil kita berbisik, bukankah sepatutnya itu merupakan pengalaman semua orang beriman? Nyatanya tidak demikian! Bukan saja berbagai kesulitan hidup harus tetap dialami orang beriman, gelombang aniaya pun semakin dahsyat menghempas dan ingin menghancurkan umat beriman. Pengalaman kita di Indonesia kini, juga adalah pengalaman umat beriman lain di banyak tempat lain bahkan juga yang disaksikan pemazmur (ayat 69:1-4" context="true" vsf="TB">1-5). Derita itu terjadi justru karena ia sungguh mencintai Tuhan (ayat 69:9" context="true" vsf="TB">10).

Kesesakan menimbulkan tahan uji. Kesesakan tidak selalu buruk untuk kita. Kesesakan memiliki dimensi tersendiri. Kesesakan dapat menempa orang beriman: dilatih tegar, belajar mempercayakan diri kepada Tuhan, terbentuk tahan uji. Di dalam proses sulit itulah, terjadi pembentukan proses kemuridan. Kristen diajar berdoa, menilai dunia dengan pertimbangan yang benar, realistis tentang dunia ini, serius membenci dosa dan kejahatan, dan pusat dari semua pembentukan itu ialah didesak untuk sungguh kenal Tuhan yang diimaninya.

Renungkan: Ketika gelap derita mencekam, itulah saat untuk menatap dalam cahaya wajah Allah.

Doa: Ya Roh Kudus, apakah maksudMu dalam deritaku?

(0.46) (Mzm 82:1) (sh: Allah menghakimi allah. (Senin, 17 Agustus 1998))
Allah menghakimi allah.

Para pemimpin bangsa-bangsa digambarkan mazmur ini seolah para allah. Istilah yang dipakai menunjukkan betapa besar kuasa dan pengaruh mereka atas kehidupan bangsa dan negara di dunia ini. Mereka seolah para wakil Allah. Di dunia dalam kedudukan dan wewenang mereka memimpin dan memerintah, mereka bersidang. Membuat hukum, menyusun polesi dan rencana, menjalankan peradilan, dlsb. tetapi di dalam penglihatan rohani pemazmur, kini mereka justru disidang oleh Allah. Penyalahgunaan kuasa, pembengkokan hukum, penindasan dan berbagai kejahatan para penguasa, dibongkar Tuhan!

HUT RI ke-53. Hari ini kita bangsa Indonesia merayakan HUT proklamasi kemerdekaan Indonesia ke-53. Suatu hari yang amat bersejarah dalam kehidupan bangsa kita setelah melewati masa keterbelakangan dan penjajahan oleh bangsa asing, beberapa abad lamanya. Kemerdekaan memberikan harapan baru bagi bangsa-bangsa yang pernah tertindas. Namun apa artinya kemerdekaan itu bila sesudah luput dari kebengisan penjajah rakyat kecil jatuh ke bawah kejahatan bangsa sendiri? "Luputkanlah orang yang lemah dan yang miskin, lepaskahlah mereka dari tangan orang fasik (ayat 4)" pesan Tuhan kepada para pemimpin!

Doa: Bangunlah ya Allah, hakimilah negara kami, sebab Engkau-lah yang memiliki segala bangsa.

(0.44) (Mzm 49:1) (sh: Antara harta dan martabat (Minggu, 19 Agustus 2001))
Antara harta dan martabat

Kebenaran tentang martabat manusia yang dipaparkan oleh pemazmur (ayat 21) akan dicemooh oleh masyarakat umum sebab mereka sangat mengagungkan harta. Semakin banyak harta, semakin terhormat orang tersebut. Konsep ini sudah ditanamkan ke dalam pikiran manusia sejak kecil.

Bagaimana seharusnya penilaian Kristen terhadap harta? Pemazmur tidak mengajarkan Kristen untuk anti harta. Ia juga tidak mengajarkan bahwa harta membuat martabat manusia serendah binatang. Pemazmur dengan tegas menyatakan bahwa jika manusia hanya mempunyai harta namun tidak mempunyai pengertian, martabatnya akan serendah binatang. Apakah ini berarti bahwa pengertianlah yang membuat martabat manusia tinggi? Ya! Lalu apa yang dimaksud dengan pengertian? Apakah kepandaian akademis? Tidak! Setiap manusia tidak dapat melawan satu fase dalam kehidupannya yaitu kematian. Berapa pun harta yang dimiliki, fase ini tidak dapat dihindari ataupun ditunda ketika saatnya tiba (ayat 8-11). Ditinjau dari fase ini manusia memang tidak berbeda dengan binatang seolah-olah kematian adalah tujuan akhir hidupnya (ayat 12-15). Lalu apa yang membedakan manusia dengan binatang? Tidak lain tidak bukan adalah hubungan dengan Allah yang dimilikinya (ayat 16). Hubungan ini yang membuat kematian bukan akhir dari kehidupannya (ayat 16). Inilah pengertian itu yaitu manusia yang melepaskan Allah dan mengikatkan diri kepada harta bukanlah manusia. Karena itulah Kristen tidak seharusnya menaruh hormat berlebihan kepada orang kaya (ayat 16-20).

Renungkan: Kebenaran ini sangat penting dan bersifat universal karena itu harus dipahami dan diajarkan secara serius (ayat 2-5). Sedini mungkin kebenaran ini diajarkan maka semakin cepat martabat manusia dipulihkan. Mulailah dari sekarang untuk menghormati manusia bukan berdasarkan kekayaan ataupun kedudukannya.

Bacaan untuk Minggu Ke-11 sesudah Pentakosta

Keluaran 16:2-4, 12-15

Efesus 4:17-24

Yohanes 6:24-35

Mazmur 78:14-20, 23-29

Lagu: Kidung Jemaat 365a

PA 7 Mazmur 44

Mazmur ini merupakan suatu doa permohonan bangsa Israel di saat mereka mengalami kekalahan perang. Di tengah keadaan letih dan tertekan, mereka mencoba mengingat-ingat kebaikan Tuhan pada masa lampau, namun hal itu justru membuat mereka tidak mengerti dan bertanya-tanya.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Bagaimana mereka menggambarkan keadaan nenek moyang mereka (ayat 2-9)? Bagaimana mereka menggambarkan tindakan Allah pada masa lampau terhadap nenek moyang mereka (ayat 2-4)? Apakah yang menjadi faktor kemenangan nenek moyang mereka (ayat 5)? Berdasarkan apakah keyakinan mereka dibangun (ayat 6)? Berdasarkan kemenangan ini, apakah yang mereka deklarasikan? Bagaimanakah mereka mendeklarasikannya (ayat 8-9)?

2. Bagaimana keadaan mereka sekarang (ayat 10-23)? Bagaimanakah mereka menggambarkan tindakan Allah terhadap mereka (ayat 10-15)? Berdasarkan kekalahan mereka, apakah yang mereka deklarasikan? Bagaimana mereka mendeklarasikannya (ayat 16-17)? Bagaimana mereka mengajukan keberatan kepada Allah? Alasan-alasan apa yang mereka gunakan (ayat 18-23)?

3. Pertanyaan-pertanyaan apakah yang mereka ajukan kepada Allah sebagai penutup dari ratapannya ini (ayat 24-26)? Apakah Kristen memiliki kebebasan untuk mempertanyakan keraguannya kepada Allah?

4. Adakalanya Tuhan seakan-akan tertidur dan membiarkan diri kita berada dalam kesulitan (bdk Mark 4:35-41), apakah Ia benar-benar tertidur dan tidak peduli? Jika tidak, apakah yang ingin dikerjakan-Nya bagi kita melalui proses seperti ini?

5. Apa yang mereka lakukan ketika menyadari karya Allah pada masa lampau dan krisis yang mereka hadapi sekarang? Apa yang menjadi dasar dari harapan mereka (ayat 27)? Ketika ingatan terhadap apa yang telah Allah perbuat pada masa lampau tidak cukup memberikan jawaban, atas dasar apakah kita menggantungkan harapan kita? Apakah Allah tetap adalah Allah yang dapat dipercayai ketika kita tidak menemukan jawaban atas persoalan yang kita hadapi?

(0.44) (Mzm 78:56) (sh: Tuhan siap merombak dan membangun ulang (Minggu, 28 Oktober 2001))
Tuhan siap merombak dan membangun ulang

Tujuan perjalanan panjang bangsa Israel dari Mesir ke Kanaan adalah untuk membentuk suatu bangsa milik Allah sendiri. Namun perjalanan ini diwarnai berbagai pemberontakan yang berorientasi pada "keinginan perut" bangsa Israel, sehingga mereka harus berputar di padang gurun selama 40 tahun.

Betapa menyedihkannya keadaan bangsa pilihan Allah ini, karena mereka tidak pernah belajar melakukan apa dikehendaki Allah, justru berulangkali mereka hidup dalam kesenangannya sendiri. Kedegilan hati mereka membuat kasih Allah tidak terselami, walau sudah dinyatakan berulang kali. Hal ini menggerakkan Allah untuk melakukan penghukuman-Nya (ayat 66-67), tetapi tidak membuat-Nya putus asa terhadap keadaan umat-Nya. Allah membangun kembali dari awal apa yang telah dirobohkan oleh kesalahan manusia (ayat 69). Di balik penghukuman-Nya yang bertujuan memurnikan umat-Nya, Ia menyelamatkan sekumpulan kecil orang yang setia kepada-Nya, yang akan menjadi tunas bagi pembangunan yang baru. Dia memilih Yudea, Gunung Sion, dan mengangkat Daud menjadi gembala bagi umat-Nya (ayat 70-72).

Karena Allah adalah setia dan senantiasa bersedia merombak kembali, maka pemberontakan umat-Nya tidak akan menggagalkan rencana yang telah disediakan-Nya bagi umat-Nya. Kesediaan Allah untuk merombak dan membangun ulang apa yang sudah rusak, melebihi daya perusak dari manusia yang lemah.

Renungkan: Kasih setia Tuhan mampu membangun kembali apa yang telah dirobohkan manusia. Namun bukan berarti Tuhan membiarkan manusia seenaknya merusak dan menghancurkan. Rindukah Anda menjadi alat Tuhan memurnikan umat-Nya?

Bacaan untuk Minggu ke-21 sesudah Pentakosta

Yesaya 53:10-12

Ibrani 5:1-10

Markus 10:35-45

Mazmur 91:9-16

Lagu: Kidung Jemaat 423

PA 8 Mazmur 74

Mazmur ini merupakan nyanyian ratapan atas hancurnya Bait Allah di Yerusalem oleh bangsa Babilon pada tahun 587 sM. Mereka menulis mazmur ini dalam pembuangan ketika identitasnya sebagai suatu bangsa telah dihapuskan, tanah perjanjian yang dimilikinya telah dirusak, dan Bait Allah yang menjadi pusat ibadah mereka telah dihancurkan. Mereka berada dalam suatu kondisi yang sedemikian tertekan dan tidak dapat mengerti mengapa Tuhan yang sedemikian berkuasa tidak menyelamatkan mereka dari tangan para musuh mereka.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Bagaimanakah kehancuran Bait Allah digambarkan (ayat 3-9)? Bagaimana keadaannya? Apa yang dilakukan oleh para lawan mereka? Krisis apakah yang dialami bangsa Israel?

2. Empat pertanyaan apakah yang mereka ajukan kepada Tuhan (ayat 1, 10, 11)? Bagaimana mereka memahami identitas diri mereka? Bagaimanakah mereka melihat sikap Tuhan terhadap mereka? Pernahkah Anda melihat Tuhan seperti mereka melihat-Nya? Pada saat dan peristiwa apakah hal itu terjadi?

3. Apakah mereka terus tenggelam dalam kesedihan mereka? Peristiwa- peristiwa apakah yang mereka renungkan pada saat mereka sangat tertekan (ayat 12-15; 16-17)?

4. Mengapa mereka dapat teringat kepada peristiwa-peristiwa pada masa lampau yang diceritakan kepada mereka, ketika mereka berada dalam keadaan yang sangat sulit? Apa dampak dari firman yang mereka ingat bagi masa-masa yang sukar? Bagaimana firman Tuhan yang pernah Anda dengar berdampak bagi kehidupan Anda, khususnya pada saat Anda mengalami krisis?

5. Perhatikan empat permohonan mereka yang dimulai dengan kata "janganlah" (ayat 19, 21, 23), "ingatlah" (ayat 2, 18, 22), dan juga permohonan mereka yang dimulai dengan kata "pandanglah" (ayat 20), "biarlah" (ayat 21), dan "bangunlah" (ayat 22). Apakah yang menjadi landasan bagi keyakinan mereka kepada Tuhan? Bagaimana Anda mengaplikasikan pelajaran pada hari ini bagi kehidupan Anda secara pribadi dan pergumulan bangsa kita?

(0.44) (Mzm 82:1) (sh: Lupa diri (Kamis, 1 November 2001))
Lupa diri

"Power is knowledge", demikian ujar Foucault. Artinya, yang berkuasalah yang menentukan benar atau tidaknya sesuatu. Sayang sekali karena tidak semua penguasa mampu menjalankan tugas mereka dengan semestinya. Kepentingan pribadi atau golongan seringkali membuat mereka lupa diri, sehingga yang benar jadi salah dan yang salah jadi benar.

Mazmur 82 berbicara mengenai para hakim yang lupa diri. Ketika mazmur ini ditulis, para hakim tidak hanya menjalankan tugas yudikatif (hukum), tapi juga eksekutif (pemerintahan) dan legislatif (pembuat undang-undang). Mereka harus memerintah dengan adil dan menghukum kejahatan (Ul. 25:1). Namun, pada kenyataannya, ada hakim yang justru memutarbalikkan kebenaran dan membela kelaliman (ayat 2). Bagaimana mungkin mereka dapat membela kaum tertindas dan lemah (ayat 3-4) jika mereka tidak mengenal hikmat Allah dan tidak berjalan dalam kesucian (ayat 5)?

Itulah sebabnya kita melihat Allah berdiri di hadapan para "allah" untuk menghakimi mereka. Istilah "allah" dengan huruf kecil bukan merupakan suatu pujian untuk status para hakim yang seakan-akan menjadi wakil Allah, namun merupakan sindiran yang keras. Mereka adalah orang-orang yang mengangkat diri menjadi allah-allah palsu. Kepada orang-orang yang congkak dan lupa diri inilah, Allah akan menumpahkan gemas-Nya (ayat 7). Di dalam "kebesaran", mereka akan dihempaskan, karena wewenang telah disalahgunakan.

Mazmur ini ditutup dengan suatu permohonan pada Allah agar Ia segera mengulurkan tangan-Nya, membela kaum papa, dan menghajar para pemimpin yang sewenang-wenang. Ini adalah suatu pernyataan iman bahwa Allah tidak pernah menutup mata terhadap segala kejahatan dan penyimpangan. Ia adalah Hakim yang adil.

Renungkan: Jika Anda adalah seorang pemimpin, baik dalam keluarga, pekerjaan, pemerintahan, maupun di mana saja, pastikan bahwa Anda senantiasa bersikap benar di hadapan Allah dan sesama. Doakan pula agar para pemimpin bangsa kita memakai kekuasaan di dalam takut akan Allah, Sang Hakim yang adil.

(0.44) (Mzm 105:1) (sh: ujian dan ketaatan (ayat 1) (Minggu, 21 April 2002))
ujian dan ketaatan (ayat 1)

Mazmur 105 ini sering dipahami sebagai mazmur sejarah yang bersifat pengajaran. Maka, penuturan tentang data nama, tempat, dan kejadian dalam sejarah Israel bukan pusat perhatian mazmur ini. Perhatian mazmur ini adalah pujian (ayat 1-6) dan ketaatan (ayat 45). Tujuan pemazmur mengisahkan ulang kisah lama Israel adalah untuk menciptakan rasa syukur dalam kehidupan umat dan respons setia mereka kepada pemilihan Allah (ayat 6), agar mereka setia memelihara hubungan mereka dengan-Nya dalam suatu perjanjian (ayat 8-10). Pujian dan kesetiaan tersebut bersumber bukan pada kekuatan rohani umat sendiri, tetapi di dalam perbuatan-perbuatan Allah yang secara nyata menunjukkan bahwa diri-Nya penuh kasih dan setia pada janji-janji-Nya (ayat 2,5).

Pujian dan ketaatan adalah tujuan mazmur ini. Maka, perhatian pemazmur tidak ditujukan hanya pada masa lalu, melainkan juga pada masa kini dan masa depan kehidupan umat. Untuk umat Israel pascapembuangan, juga ke masa kini, tegas pesannya: jangan tidak beriman, namun taatlah kepada Dia yang setia dan berbelas kasih.

Karya-karya ajaib Allah (ayat 2b,5a), penghukuman-Nya (ayat 7), kesetiaan-Nya pada perjanjian-Nya (ayat 8-11), yang umat Israel zaman Keluaran alami, patut menjadi pusat perenungan umat Allah seterusnya. Hal-hal tersebut adalah sebagian kecil bentuk nyata kemuliaan Allah yang tak terukur besarnya. Dengan merenungkan perbuatan-perbuatan besar Allah, umat Allah memasuki proses pengenalan lebih dalam akan Allah mereka. Puji-pujian terhadap kemuliaan nama Allah tidak saja akan mewujud dalam kegiatan penyembahan, tetapi juga dalam sikap beriman lebih dalam dan ketaatan lebih sungguh (ayat 1-3).

Renungkan: Hakikat dari penyembahan, pujian, dan membesarkan Allah adalah memuliakan Allah dalam kata dan hidup.

Bacaan untuk Minggu Paskah 4

Kisah Para Rasul 13:44-52

Wahyu 7:9-17

Yohanes 10:22-30

Mazmur 100

Lagu:

Kidung Jemaat 293

PA 7 Mazmur 104

Dalam tafsirannya, Calvin menulis bahwa mazmur ini bertujuan mengokohkan keyakinan kita tentang masa depan agar kita tidak hidup dalam keadaan takut dan khawatir terus-menerus dalam dunia ini, sebagaimana yang lazim kita lakukan apabila Allah tidak menyaksikan bahwa Dia telah memberikan dunia ini menjadi tempat kediaman manusia. Lebih lanjut Calvin menulis bahwa Allah memiliki sifat terbaik seorang bapak yang dalam kelembutannya berkenan melimpahi anak-anaknya dengan kebaikan agar mereka bertumbuh penuh kesukaan. Kebaikan kebapaan Allah memberikan dunia ini sebagai kediaman manusia. Dengan indah Katekismus Heidelberg mengungkapkan demikian: Allah memerintah sedemikian rupa agar daun dan rumput, hujan dan kekeringan, tahun-tahun berkelimpahan panen dan berkekurangan, makan dan minum, kematian dan penyakit, kekayaan dan kemiskinan serta segala sesuatu lainnya datang kepada kita bukan karena kebetulan, tetapi dari tangan kebapaan-Nya.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

Telusuri bagaimana pemazmur melihat kebesaran Allah dalam alam (ayat 1-9). Perhatikan lebih rinci hal apa saja dari diri dan sifat Allah nyata dalam unsur-unsur alam tersebut! Bagaimana doktrin penciptaan dan pemeliharaan menganjurkan orang beriman bersikap terhadap alam?

Dalam masyarakat purba sekitar Israel, terdapat kepercayaan takhayul dan penyembahan berhala, antara lain tentang laut/air dan bulan serta matahari. Apa kata mazmur ini tentang samudera raya dan air? Tentang bulan dan matahari? Jika Allah mengubah pemahaman tentang unsur-unsur tersebut, hal apa yang kita pelajari tentang kuasa dan kasih Allah?

Bila kepercayaan purba diwarnai oleh takhayul yang membuat mereka cenderung menyembah alam, kepercayaan modern diwarnai oleh sikap menolak adanya campur tangan atau unsur Ilahi dalam alam. Apa kata mazmur ini tentang keberadaan dan keberlangsungan alam (ayat 10-26)?

Bagaimana sikap kita seharusnya terhadap alam dan kepada Allah dari menyaksikan keberadaan dan keberlangsungan alam (ayat 27-35)?

(0.43) (Mzm 76:1) (sh: Misi Allah atas keadilan (Rabu, 24 Oktober 2001))
Misi Allah atas keadilan

Mazmur ini bertujuan mengajak Israel untuk memuji Tuhan karena kemuliaan dan kuasa-Nya yang mengatasi para penguasa di bumi. Di dalam mazmur ini terkandung janji bahwa Tuhan dengan kuasa dan kemuliaan-Nya akan berjuang mematahkan kekuatan para penindas dan menyelamatkan mereka yang lemah. Inilah pengharapan dan pesan yang relevan bagi dunia yang sedang meraung dalam penderitaan dan menangis menantikan keadilan. Pengharapan ini berkembang, dimulai dari Israel (ayat 2-7) dan akan terus menyebar ke seluruh bumi hingga mencapai puncak kesempurnaannya (ayat 8-13). Kerajaan kecil-Nya di Sion bukanlah pembatas bagi kuasa-Nya di bumi, melainkan jembatan yang mengantar berkat-Nya ke seluruh bumi.

Di sinilah Israel mengemban misi Allah atas keadilan. Israel memegang peranan yang penting bagi hadirnya keselamatan dan keadilan di bumi. Karena Seseorang yang Nama-Nya masyhur di Israel (ayat 2-4) akan bangkit menghakimi dan menguasai seluruh bumi (ayat 9, 13). Dia yang memiliki relasi yang khusus dengan Israel akan bergerak maju sebagai seorang pejuang yang menyerang dan memberi pukulan terakhir pada semua yang jahat di mana pun, untuk menyelamatkan mereka yang lemah, tertindas, dan direndahkan (ayat 10). Ia yang pondok-Nya ada di Yerusalem akan mengadili seluruh bumi dan berkuasa atas segala penguasa. Pengharapan ini bukanlah impian kosong di tengah penderitaan dunia, melainkan suatu penyataan iman. Ini merupakan suatu penilaian yang dibangun di atas iman yang mendasari segala sesuatu yang kita harapkan dan menjadi bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Pengharapan ini bukanlah bagi mereka yang tidak memiliki mata untuk melihat atau pun telinga untuk mendengar, melainkan bagi mereka yang mendengar dan melihat serta berkata "Amin" terhadap janji Allah. Kita yang menyadari misi Allah atas keadilan ini, bukan hanya dituntut untuk membuat komitmen kepada-Nya, namun juga menepatinya dan merealisasikannya dalam hidup sehari-hari dengan penuh ketaatan.

Renungkan: Sebagai Kristen kita mewarisi misi Allah atas keadilan. Bagaimanakah komitmen dan ketaatan Anda terhadap misi ini? Bagaimanakah kita dapat merealisasikan misi ini? Pengharapan tanpa komitmen adalah bagai mimpi di siang hari bolong dan komitmen tanpa pengharapan akan berakhir pada kekecewaan.

(0.43) (Mzm 87:1) (sh: Menilai sebuah kota (Selasa, 6 November 2001))
Menilai sebuah kota

Bagaimana kita harus menilai sebuah kota? Apa kriteria penilaiannya? Apakah perekonomiannya? Pusat perbelanjaan yang lengkap? Banyaknya gedung pencakar langit? Kebersihan dan kenyamanannya? Tingkat kriminalitas yang rendah? Transportasi dan sarana jalan raya yang memadai? Atau apa?

Mazmur hari ini ingin mengajar kita mengenai suatu kriteria yang sangat berbeda untuk menilai sebuah kota. Sion, sebagai kota Allah, begitu dikagumi oleh pemazmur. Hal-hal yang begitu mulia dikatakan tentangnya (ayat 3). Apa yang menjadikan Sion begitu mulia?

Tiga hal dapat kita amati di sini. Pertama, Sion dijadikan kota Allah. Meskipun Sion didirikan oleh manusia, Allah membuatnya begitu istimewa, dikasihi tanpa syarat (ayat 1-2, bdk. Mzm. 78:68-69). Dengan kata lain, kemuliaan Sion tergantung sepenuhnya dari anugerah Allah. Kedua, Sion memiliki fungsi istimewa di dalam rencana keselamatan Allah bagi bangsa- bangsa. Dikatakan di sana bahwa orang-orang dari Rahab (istilah lain untuk Mesir) dan Babel, serta dari tempat- tempat lain datang ke Sion, dan mereka mengakui Yahweh sebagai Allah mereka (ayat 4), walaupun sebelumnya beberapa di antaranya adalah musuh bebuyutan Israel. Orang-orang proselit (yaitu mereka yang non-Yahudi, tapi akhirnya bertobat kepada Allah Israel) dianggap sebagai warga negara Sion, bahkan dianggap dilahirkan di sana. Dengan kedatangan mereka, Sion makin ditegakkan (ayat 5). Betapa bahagianya kota yang melihat dampak kasih Allah sampai ke ujung bumi. Ketiga, Sion begitu istimewa karena dapat menjadi tempat perayaan sukacita (ayat 7). Ayat 7b menyatakan bahwa mata air Allah ada di dalam hidup para proselit itu. Mereka menari dan memuji Allah yang adalah sumber segala kehidupan dan kebaikan.

Renungkan: Apa yang paling mengagumkan bagi kita ketika melihat kota kita sendiri? Mungkin kita hidup di desa terpencil atau kota kecil, atau mungkin pula di kota metropolitan. Di mana pun kita tinggal, kita diajarkan untuk mengagumi sebuah tempat bukan karena keindahan alamnya, kemegahan bangunannya, atau nilai-nilai sejarah yang dikandungnya, namun karena Allah menggenapi rencana keselamatan-Nya di sana. Maukah Anda juga menjadi alat Tuhan mewartakan kasih-Nya?



TIP #05: Coba klik dua kali sembarang kata untuk melakukan pencarian instan. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA