Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 141 - 155 dari 155 ayat untuk mereka turun AND book:[1 TO 39] (0.004 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.16) (Ul 32:1) (jerusalem) Nyanyian ini sangat tinggi mutu puetisnya. Ia meluhurkan Allah Israel yang maha kuasa, satu-satunya Allah sejati. Kata pembukaan, Ula 32:1-2, memakai gaya bahasa kesusasteraan hikmat, lalu nyanyian ini memasyhurkan karya Allah yang besar, Ula 32:3-7, dan caranya Ia memelihara Israel, Ula 32:8-14. Dengan kebaikan hati Allah itu diperlawankan kedurhakaan umat, Ula 32:15-18, yang dihukum semestinya, Ula 32:19-25. Akan tetapi Allah tidak menyerahkan umatNya ke dalam genggaman musuh, Ula 32:26-35. Sebaliknya, Ia turun tangan demi umatNya, Ula 32:36-42. Ula 32:43 berupa puji-pujian penutup. Nyanyian ini aslinya beredar terlepas dan kemudian barulah dimasukkan ke dalam kitab Ulangan. Sangat sukar menentukan waktunya nyanyian itu diciptakan. Ada ciri sastera kuno padanya, sehingga orang menduga bahwa usia lagu itu tua sekali. Kalau demikian maka penindas (Israel yang disinggung ialah orang Filistin (abad ke-11 seb. Mas). Tetapi kesamaan nyanyian ini dengan beberapa mazmur dan para nabi, khususnya dengan Deutero-yesaya dan Yeremia, menyarankan bahwa lagu itu diciptakan di zaman agak belakangan. Kalau demikian maka penindas yang disebut mesti orang Babel (abad ke-6 seb Mas).
(0.16) (1Sam 28:3) (jerusalem) Di Israel orang memang mempraktekkan "nekromansi" (ilmu wasitah; minta keterangan dan nasehat pada orang mati), 2Ra 21:6; Yes 8:19, meskipun terlarang oleh hukum Taurat, Ima 19:31; 26:6,27; Ula 18:11; 1Sa 28:9. Penulis cerita ini nampaknya sama seperti rakyat percaya bahwa hal semacam itu sungguh mungkin, walaupun ia menganggapnya terlarang. Para pujangga Gereja dan ahli ilmu tafsir berusaha menerangkan kejadian yang diceriterakan di sini. Ada yang berkala; Allah sendiri turun tangan; lain orang berpendapat bahwa Iblis berperan; lain lagi mengatakan bahwa perempuan itu menipu Saul. Dapat diterima bahwa kejadian itu agak serupa dengan apa yang terjadi di kalangan para berilmu wasitah: Saul menganut kepercayaan itu dan perempuan itu menipu. Tetapi Allah benar-benar mengizinkan Samuel menampakkan diri (karena itu perempuan itu terkejut melihatnya) untuk memberitahu masa depan. Bdk 1Ta 10:13 (LXX); Sir 46:20. Tetapi sebaik-baiknya dikatakan bahwa ceritera ini adalah ciptaan penulis yang dengan jalan itu kembali menyatakan bahwa Saul ditolak Allah dan diganti Daud. Ini memang pikiran pokok semua ceritera ini, bdk 1Sa 28:17 dengan 1Sa 15:18; Amalek yang disebut dalam 1Sa 28:18; dan lihat juga 1Sa 13:14,16:1; 23:17; 24:21; 25:30.
(0.16) (Yer 19:1) (jerusalem: Beginilah pula firman TUHAN) Bagian berikut, Yer 19:1-20:6, rupanya tidak sekali jadi ditulis oleh satu orang. Tercakup olehnya: 1. Sebuah tindakan yang merupakan lambang, yang dilakukan Yeremia dengan disaksikan beberapa orang saja di dekat pintu gerbang Beling: kemudian tindakan itu dijelaskan oleh nabi dalam bait Allah, lalu Pasyhur turun tangan, Yer 19:1,2,10-11; 14-15; 20:1-6. Peristiwa itu agaknya terjadi sekitar th 605, sebelum kejadian yang dikisahkan dalam bab 36. 2. Sebuah khotbah yang dibawakan Yeremia di tempat yang bernama Tofet dan yang ditujukan kepada para raja Yehuda dan penduduk Yerusalem, Yer 19:2,3-9; 11-13; khotbah itu menyodorkan kembali pikiran yang dahulu sudah dikemukakan Yeremia tetapi di masa pemerintahan raja Yoyakim kembali kena, sebab raja itu menghidupkan kembali pemujaan berhala. Yer 19:7+.menyinggung peristiwa buli-buli yang pecah itu
(0.16) (Kel 34:18) (sh: Mencerminkan kemuliaan Tuhan. (Sabtu, 20 September 1997))
Mencerminkan kemuliaan Tuhan.

Ketika Musa turun dari Gunung Sinai, "kulit mukanya bercahaya oleh karena ia telah berbicara dengan Tuhan" (ayat 29). Musa tidak sadar bahwa kemuliaan Tuhan menyinari mukanya, tetapi bangsa Israel melihat itu dan menjadi takut. Setiap kali Musa menghadap Tuhan di Kemah Pertemuan, mukanya bercahaya. Semakin kita dekat pada Tuhan, semakin tampak kemuliaan Tuhan dalam hidup kita. Yang bersinar ialah hidup Kristen yang menjadi terang dunia mencerminkan kemuliaan-Nya.

Bersinar atau berkelip-kelip? Cahaya Musa bersifat sementara, sehingga ia menyelubungi mukanya. Maksudnya, supaya bangsa itu tidak takut, juga supaya pudarnya cahaya itu tidak terlihat. Cahaya Injil keselamatan dalam Yesus Kristus kekal adanya. "Kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya dalam kemuliaan yang semakin besar" (3:7-18">2Kor. 3:7-18). Apakah kita tumbuh dalam kemuliaan Tuhan? Apakah Tuhan tampak dalam hidup kita? Ataukah hanya redup atau berkelip-kelip saja?

Renungkan: Selubung dosa atau jarang masuk ke hadirat Tuhan, membuat hidup orang tidak mencerminkan kemuliaan.

Doa: Betapa mulia panggilan yang Engkau percayakan padaku: menjadi terang dunia. Tolongku dekat dengan-Mu, Terang Dunia sejati.

(0.16) (Kel 40:1) (sh: Pendiri Kemah Suci. (Senin, 29 September 1997))
Pendiri Kemah Suci.

Untuk membangun kemah suci yang agung sekaligus rumit, Tuhan tidak turun sendiri dari langit, Ia mempergunakan Musa. Musa menjadi alat Allah membangun Kemah Suci. Bila Allah saja bertindak demikian, lebih lagi kita. Mengharapkan perkara besar terjadi tanpa sedia mengulurkan kedua tangan untuk bekerja, adalah mimpi di siang bolong. Karena Musa dan seluruh umat itu sedia berjuang mengikuti perintah Allah, baru Kemah itu jadi.

Imam-imam yang dipilih Allah. Tuhan ingin memakai orang-orang tertentu untuk dipakai-Nya sebagai Imam (ayat 12-16). Seperti juga dengan pembangunan Kemah, Allah mengikutsertakan manusia, kini pun Allah memakai manusia. Semua aturan ibadah itu akan sia-sia belaka bila tidak ada hamba-hamba Allah yang melayani dan mengawasi agar semua aturan ibadah itu dijalankan dengan baik. Bangunan, tata liturgi hanyalah sarana. Mutu manusia di dalamnyalah yang menentukan mutu ibadah itu.

Renungkan: Tugas kita tidak boleh berhenti hanya sampai pada pembangunan gedung gereja dan penyelenggaraan ibadah. Tugas utama kita ialah membangun kualitas manusia penyembah di dalamnya!

Doa: Apa daya yang harus kami lakukan untuk meningkatkan sumber daya manusia gereja-Mu, ya Tuhan?

(0.16) (Bil 27:1) (sh: Hak waris lelaki dan perempuan sama (Senin, 15 November 1999))
Hak waris lelaki dan perempuan sama

Tradisi yang seolah lebih mengutamakan peran pria, tentu saja memojokkan kedudukan perempuan. Tradisi tidak seimbang ini menimbulkan protes keluarga Zelafehad yang tidak mempunyai keturunan laki-laki. Peran seorang perempuan di sini diungkapkan dengan cara yang berbeda dengan peran laki-laki, namun masing-masing dihargai dengan nilai yang sama dan mendapatkan bagian yang sama. Bagi gereja masa kini, mungkin peranan wanita tidak seporsi dengan peran pria, namun jika gereja tidak memberikan kesempatan dan menghargai keberadaan perempuan dalam persekutuan umat, akan melukai kepribadiannya dan mengingkari karunia Allah.

Regenerasi kepemimpinan. Ketika Musa, pemimpin Israel akan "lengser" (turun), Allah telah mempersiapkan seorang pemimpin pengganti Musa: seorang yang lebih muda, cekatan, dan setia. Musa harus mendelegasikan tugas kepemimpinan itu kepada Yosua, dengan menumpangkan tangannya. Mungkin sulit untuk mempercayai dan menyerahkan kuasa kepada pemimpin yang lebih muda; namun Musa taat, bahkan memberikan teladan yang baik sebagai pemimpin.

Renungkan: Allah berperan penting dalam setiap proses peralihan kepemimpinan; apalagi jika menyangkut keberlangsungan umat-Nya.

(0.16) (Mzm 89:1) (sh: Sifat pujian kita serasikah dengan kasih setia Tuhan? (Kamis, 27 Agustus 1998))
Sifat pujian kita serasikah dengan kasih setia Tuhan?

Biasa-nya puji syukur kita sangat tergantung pada kondisi kita. Pasang surut tak menetap. Tetapi kasih setia Tuhan kekal selama-lamanya (ayat 89:1" context="true" vsf="TB">2). Dari sifat setia kekal itu keluarlah tindakan-tindakan Allah yang kokoh teguh terhadap umat-Nya bahkan sampai turun temurun (ayat 89:4" context="true" vsf="TB">5). Demikian pun sifat Allah lainnya kekal tak berubah. Sebutlah kekuatan kuasa Allah (ayat 89:8" context="true" vsf="TB">9). Semua kekuatan dahsyat dalam alam ini tidak dapat dibandingkan dengan kekuatan Allah dan sepenuhnya dikendalikan Allah (ayat 89:9" context="true" vsf="TB">10). Ujung-ujung bumi dan banga-bangsa di dalamnya pun tunduk di bawah pemerintahan-Nya (ayat 89:12-14" context="true" vsf="TB">13-15). Serasikah pujian kita dengan fakta-fakta itu?

Tuhan Agung dan Perkasa. Pemazmur tidak menyembah dan memuji bintang dan bulan. Semua yang dapat dilihat mata jasmani adalah ciptaan, tidak perlu disembah dan disanjung. Berulang-ulang diungkapkan kata-kata: punya-Mulah, Engkaulah, lengan-Mu, tangan-Mu; menegaskan tidak ada yang dapat disejajarkan dengan Tuhan. Oleh sebab itu seharusnya seluruh penghuni dunia menyembah dan meninggikan Dia. Dia akan menguatkan dan meninggikan kita. Dia pun terpercaya menjadi andalan kita di dalam saat-saat berat penuh ancaman.

Doa: Tuhan, Ajarlah kami melihat keajaiban-keajaiban-Mu di balik kondisi segelap apa pun.

(0.14) (Hos 2:18) (jerusalem: dengan tenteram) Pemulihan di zaman Mesias mencakup keadilan dan kebenaran, Hos 2:18-19. Sebaliknya Allah tinggal di tengah-tengah umatNya dan melimpahkannya dengan berkatNya, Ima 26:3-13; Ula 28:1-14. Hujan akan turun pada waktunya dan tanah menghasilkan hasil bumi yang bertumpah ruah. Hos 2:21-22; 14:8-9; Ams 9:13; Yer 31:12,14; Yeh 34:26-27,29; 36:29-30; Yes 30:23-26; 49:10; Yoe 2:19,22-24; 3:18; Zak 8:12. Tidak lagi orang kuatir kalau-kalau orang lain datang merampasnya, Ams 9:15; Yes 65:21-23; bdk Ula 28:30-33, sebab umat Israel tidak lagi akan diserbu oleh musuh, Mik 5:4; Yes 32:17-18; Yoe 2:20; Yer 46:27; bdk Yer 4:5-6. (dijelaskan dalam Yer 25:4-5). Allah mengikat suatu perjanjian dengan binatang-binatang buas, Hos 2:17; Yeh 34:25,28. Damai sejahtera akan merangkum segala bangsa, Yes 2:4= Mik 4:3; bdk Yes 11:6-8+; Yes 65:25, di bawah pemerintahan Raja-Mesias, Yes 9:5-6; Zak 9:10. Sukacita mengganti penderitaan dan air mata, Yes 65:18-19; Yer 31:13; Bar 4:23,29; bdk Wah 21:4, dan kematian akan hilang lenyap, Yes 25:7-8.
(0.14) (Kej 13:1) (sh: Arif, bukan naif (Rabu, 28 April 2004))
Arif, bukan naif

Biasanya kisah Abram dan Lot ini dijadikan cerita moral mengenai bagaimana Abram adalah seorang paman yang baik, sebaliknya Lot seorang keponakan yang serakah. Tetapi coba kita lihat dari sisi rencana Allah bagi dan melalui Abram.

Ketika timbul permasalahan lahan penggembalaan antara gembala-gembala Lot dan Abram, Abram sekali lagi membuat kalkulasi pribadi. Dia seorang yang lembut, tidak mau membuat masalah. Oleh karena itu ia mempersilakan Lot memilih lahan mana yang akan menjadi tempat Lot menetap dan menggembalakan domba-dombanya. Sebenarnya, tanah Kanaan adalah lahan dari Allah untuk Abram dan keturunannya, bukan untuk Lot! Apa yang akan terjadi kalau Lot memilih wilayah Barat, yaitu Kanaan itu sendiri. Tentu sesuai dengan janji Abram, ia harus menyingkir ke Timur dan itu berarti sekali lagi meninggalkan Kanaan. Kali ini akan permanen (dibandingkan ketika turun ke Mesir, hanya untuk sementara, lih. 12:10 'tinggal di situ sebagai orang asing'). Sebenarnya tindakan Abram itu terlalu naif. Naif terhadap maksud TUHAN bagi dirinya. Seha-rusnya Abram menetapkan untuk tetap bertahan di tanah Kanaan dan mempersilakan Lot berpindah ke Timur. Syukurlah, hal ini terjadi bukan karena kebetulan, melainkan karena kedaulatan TUHAN-lah Lot memilih berpindah ke Timur!

Kita perlu lebih peka akan pimpinan Tuhan dalam hidup kita. Jangan sampai kenaifan kita justru menimbulkan masalah. Alih-alih mau beramah-ramah dengan orang lain, justru nama Tuhan diinjak-injak. Saya terkesan dengan keberanian yang arif seorang hamba Tuhan ketika seorang menghina Tuhan Yesus. Hamba Tuhan itu berkata kepada orang tersebut,"Agama dan kitab sucimu menaruh hormat kepada Tuhan Yesus saya, paling tidak sebagai nabi Allah. Siapakah kamu, berani menghujat yang dihormati oleh Allahmu?"

Untuk dilakukan: Kasih bukan berarti mandah diinjak-injak. Ketika nama Tuhan dihujat, kita harus berani membela dengan arif!

(0.14) (1Raj 17:1) (sh: Yang berkhianat dan yang taat (Jumat, 20 Agustus 2004))
Yang berkhianat dan yang taat

Ahab dan Elia, keduanya adalah umat Tuhan, tetapi berbeda dalam ketaatan. Ahab, raja Israel, telah mengalami pertolongan Tuhan dalam peperangan. Akan tetapi, ia tetap tidak taat. Sedangkan Elia taat menyuarakan penghukuman Allah, meski taruhannya adalah nyawanya.

Ahab tetap menyembah Baal, dewa pemberi hujan dan kesuburan. Maka lewat Elia, Allah menyatakan kuasa-Nya, yaitu hujan dan embun tidak akan turun sampai Elia mengatakannya (ayat 1). Ini mengakibatkan kerajaan Israel terancam masa kekeringan yang berlanjut dengan masa paceklik. Melalui masa kekeringan ini Ahab dapat melihat siapakah yang sesungguhnya berkuasa atas alam semesta, Allah atau Baal. Mampukah Baal menghalau kekeringan dan memberi hujan?

Elia yang taat dilindungi oleh Allah secara ajaib. Allah memerintahkan Elia agar bersembunyi di tepi Sungai Kerit (ayat 2-3). Ia terpelihara dari bencana yang melanda negerinya karena minum air Sungai Kerit dan memperoleh makanan dari burung gagak yang mengantarnya setiap hari (ayat 4-6). Saat air sungai kering, Allah melanjutkan pemeliharaan-Nya melalui seorang janda di Sarfat (ayat 7-10). Janda ini hanya memiliki persediaan makanan yang terakhir untuk dia dan anaknya (ayat 11-12). Akan tetapi, karena taat maka ia melakukan permintaan Elia sehingga janda itu dan anaknya terpelihara (ayat 13-15). Allah memelihara hidup keluarga janda di Sarfat ini secara ajaib (ayat 16). Bahkan anak janda yang mati karena sakit keras, dihidupkan kembali oleh Allah (ayat 17-24).

Ahab berlaku tidak taat sehingga mendapat hukuman, sedangkan Elia dan janda di Sarfat berlaku taat sehingga mendatangkan berkat atas diri serta keluarganya. Tuhan menghendaki kita berlaku taat, meski dalam menjalani ketaatan kepada Tuhan, terkadang kita perlu berkorban. Tuhan menghargai anak-Nya yang taat kepada-Nya dengan pemeliharaan yang ajaib. Pemeliharaan Allah yang ajaib tetap berlaku pada masa kini.

Renungkan: Ingatlah bahwa ketaatan dalam melakukan perintah Tuhan mendatangkan berkat Tuhan atas diri dan keluarga Anda.

(0.14) (1Raj 18:1) (sh: Maksud Allah di balik kesulitan (Sabtu, 21 Agustus 2004))
Maksud Allah di balik kesulitan

Pada saat kita mengalami kesulitan, kita cenderung memikirkan diri sendiri atau mencari cara untuk mengatasinya dengan usaha sendiri. Akibatnya, kita tidak dapat mengerti maksud Allah di balik kesulitan tersebut. Itulah yang terjadi pada diri Ahab.

Ahab, raja Israel jatuh ke dalam dosa penyembahan berhala (ayat 16:30-33). Dosa yang dilakukan Ahab menyebabkan kerajaan dan rakyat yang dipimpinnya mengalami penghukuman Allah yakni bencana kekeringan dan kelaparan (ayat 17:1). Bencana kekeringan dan kelaparan itu terjadi selama tiga tahun (ayat 18:1). Selama itu juga, Ahab dan bangsa Israel menyembah Baal. Ahab tidak mencari Allah, melainkan berupaya mencari cara mengatasinya dengan usaha sendiri. Sikap Ahab ini nampak ketika ia ingin menyelamatkan nasib hewan miliknya (ayat 5). Sebagai raja, Ahab lebih mementingkan diri sendiri daripada kepentingan rakyat.

Allah ingin menyatakan kepada Ahab dan umat-Nya bahwa Ia adalah Allah Israel (ayat 2). Melalui Obaja, Elia meminta untuk memanggil Ahab agar menemuinya (ayat 7-16). Ahab yang telah meninggalkan Allah untuk menyembah Baal, beranggapan bahwa bencana kekeringan dan kelaparan yang terjadi itu karena Elia (ayat 17). Ia menganggap bahwa perkataan Elia menyebabkan Baal membuat hujan tidak turun dan tanah menjadi kering. Elia mengingatkan Ahab bahwa bencana kekeringan dan kelaparan terjadi karena dia telah menyembah Baal dan telah meninggalkan Allah Israel (ayat 18). Meski demikian, Allah tetap mengasihi umat-Nya. Ia mempunyai rencana untuk umat-Nya di Gunung Karmel dan akan menurunkan hujan (ay. 1,19,45).

Jika kita mengalami kesulitan, itulah saatnya kita mengadakan koreksi diri. Mungkin kesulitan itu adalah peringatan Tuhan agar kita menyadari perilaku yang salah. Kesulitan dan masalah hidup dapat menjadi suara Allah untuk memanggil kita kembali kepada-Nya.

Renungkan: Maksud Tuhan mempersulit kita ketika berdosa adalah untuk menuntun kita kembali kepada-Nya, kembali kepada berkat-Nya.

(0.14) (2Raj 7:3) (sh: Kedaulatan Allah mutlak (Kamis, 25 Mei 2000))
Kedaulatan Allah mutlak

Seorang ekonom Indonesia pernah mengatakan bahwa ia mempunyai resep untuk mengangkat nilai rupiah dari 17.000 menjadi 1.000 untuk tiap dollar dalam waktu singkat. Itu dikatakan ketika Indonesia tengah mengalami krisis moneter yang dahsyat. Walaupun resepnya tidak pernah diujicobakan karena pemerintah tidak menanggapi tawarannya, namun sudah dapat dipastikan bahwa ditinjau dari sudut ilmu ekonomi, resepnya tidak masuk akal dan tidak mungkin diimplementasikan. Ketidakmungkinan ini disebabkan karena ada banyak faktor yang mempengaruhi fluktuasi rupiah, yang berada di luar kontrol pemerintah Indonesia.

Tidak demikian dengan Allah, Ia mampu membuat harga sembako yang terbaik turun drastis dalam waktu 1 hari, sehingga krisis ekonomi berakhir (bdk. Ayat 3 dan 18). Kemampuan ini menyatakan dengan tegas bahwa Allah mengontrol atau berdaulat atas semua faktor termasuk manusia yang akan mempengaruhi kondisi ekonomi masyarakat kota Samaria. Ia menyingkirkan pasukan Siria yang menghalangi kota Samaria untuk menerima pasokan bahan pangan dari luar dalam waktu singkat dan dengan cara menakjubkan (6-7). Dengan demikian secara otomatis Allah pun mengadakan bahan pangan dalam jumlah besar yang segera dapat dikonsumsi oleh rakyat Samaria (7-9).

Kedaulatan Allah juga dinyatakan melalui matinya ajudan raja Israel. Ia berdaulat atas kehidupan seseorang, atas mampu atau tidaknya seseorang menikmati bahan pangan. Dalam kelaparan hebat, Allah mampu mengadakan makanan berlimpah-limpah bagi seluruh kota, namun ia pun mampu membuat seorang manusia tidak dapat makan, justru ketika makanan tersedia berlimpah-limpah. Kedaulatan Allah di dalam memberikan anugerah-Nya juga dapat terbaca dengan jelas. Ia sengaja memakai penderita kusta - orang yang dianggap sampah dan pendosa - untuk menikmati kelimpahan berkat yang pertama dan mewartakannya kepada seluruh penduduk kota. Ia ingin menegaskan bahwa bangsa Israel sebetulnya tidak layak untuk menerima keselamatan, namun semua itu hanyalah anugerah Allah di dalam kedaulatan-Nya.

Renungkan: Bagaimana Anda melihat kedaulatan Allah dalam kehidupan Anda dan masyarakat sehari-hari? Masihkah Anda merasakan kedaulatan-Nya yang tidak terbendung namun juga tertib dan bertujuan?

(0.14) (Ayb 37:1) (sh: Memuji dalam kegelapan (Jumat, 16 Agustus 2002))
Memuji dalam kegelapan

Setelah berbicara tentang pengendalian Allah terhadap alam, pasal ini ditutup dengan peringatan bahwa Allah harus ditakuti dan dihampiri dengan kerendahan hati (ayat 23-24).

Elihu mulai dengan mengakui ketakutannya mendengarkan guntur kemarahan Tuhan (ayat 1-2, 36:33). Hal ini harus dikaitkan dengan kenyataan bahwa Allah melakukan hal-hal ajaib melampaui pengertian manusia (ayat 5). Guruh bukan sekadar fenomena alam, tetapi merupakan alat Allah untuk memperingatkan manusia. Allah, misalnya, juga ingin menunjukkan kuasa-Nya kepada makhluk bumi dengan mengirimkan salju dan hujan deras (ayat 6-8). Binatang-binatang pun terpaksa mencari tempat perteduhannya. Elihu juga mendaftarkan hal-hal yang menunjukkan kendali Allah atas cuaca (ayat 9-12), semuanya mengikuti petunjuk Allah.

Kemudian kembali Elihu berbicara hanya untuk Ayub (ayat 14-18). Ia mengundang Ayub untuk kembali mengingat kendali Allah terhadap langit dan bertanya dengan ironis apakah Ayub mampu melakukan hal-hal itu. Elihu menuduh bahwa dengan Ayub memajukan kasusnya, ia menganggap dirinya sama dengan Allah. Ayub dipaksa mengakui keterbatasannya. Perlu dicatat bahwa pertanyaan-pertanyaan ironis ini pun akhirnya nanti diajukan Allah sendiri (pasal 38-41).

Ayat 19-24 berisi ringkasan dari perkataan-perkataan Elihu. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa Ayub begitu tak berakal budi ketika menetapkan diri untuk berkonfrontasi melawan Allah. Allah begitu mulia dan dengan demikian tuduhan Ayub sia-sia. Allah hanya boleh ditakuti dan disembah. Topik utama dalam ayat 19-22 adalah kontras antara terang dan gelap. Allah begitu terang, dan manusia yang hidup dalam kegelapan bahkan tidak mampu memandang Allah -- Ia tak terhampiri. Bagaimana mungkin manusia yang ada dalam kekelaman, tak berpengetahuan, bisa memajukan kasusnya di hadapan Allah yang memiliki terang hikmat sempurna? Tak mungkin manusia menemukan Allah (ayat 23).

Renungkan: Kala Anda tidak memahami Allah, pujilah Dia dan sembahlah keagungan-Nya. Biarlah hikmat-Nya turun atas kita.

(0.13) (Mzm 40:1) (sh: Berjalan dengan Tuhan melintasi ziarah kehidupan (Jumat, 10 Agustus 2001))
Berjalan dengan Tuhan melintasi ziarah kehidupan

Perjalanan kehidupan mengarungi gelombang yang bergulung naik dan turun, senantiasa berubah, dan seringkali berada di luar batas kemampuan kita untuk memperkirakannya. Jalan yang harus kita tempuh tidaklah selalu mulus, konstan, dan stabil. Adakalanya langkah-langkah kita berjejak di atas bukit batu yang kokoh, dan adakalanya terperosok dalam rawa yang dipenuhi dengan ketidakpastian. Realita kehidupan yang tidak stabil, berubah, dan bergerak di antara keyakinan dan kecemasan seperti inilah yang dialami Daud. Dalam pergumulannya, ia mengubah nyanyian syukur dan sukacita karena terlepas dari suatu kesulitan (ayat 2-11) menjadi ratapan yang penuh penyesalan dan kecemasan (ayat 12-18).

Bagaimanakah Daud menghadapi realita seperti ini? Apakah yang dapat kita pelajari darinya? [1] Ia menggeser alunan nada-nada riang menjadi nyanyian yang pilu, namun tidak mengubah isi keyakinannya kepada Allah. Walaupun ia telah menggeser nyanyian syukur (ayat 2-6) dan komitmennya (ayat 7-11) menjadi ratapan pilu karena malapetaka, kesalahan (ayat 12, 13), dan musuh-musuhnya (ayat 14-16), namun ia tetap menyanyikan kesetiaan, keselamatan, kasih, dan kebenaran Tuhan, baik dengan nada riang (ayat 11) maupun pilu (ayat 12). Ia tidak mengubah kesaksiannya tentang Tuhan baik dalam syukurnya: "Tidak ada yang dapat disejajarkan dengan Engkau" (ayat 6), maupun dalam ratapnya: "Tuhan itu besar!" (ayat 17). [2] Hasratnya kepada Tuhan terus bertumbuh semakin kuat melalui pasang surut kehidupan. Hasratnya kepada Tuhan terus berdengung semakin kuat dalam tema-tema nyanyian "Aku sangat menanti-nantikan Tuhan" (ayat 2), ratapan "Tuhan segeralah menolong aku!" (ayat 14) dan permohonannya "Ya Allahku, janganlah berlambat" (ayat 18). Di manakah Daud menemukan kekuatannya? Sumber kekuatan Daud tidak lain terletak pada keyakinannya yang mempercayai bahwa sekalipun keadaan di sekitarnya berubah namun perhatian (ayat 6, 18), kesetiaan, keselamatan, kasih, kebenaran, dan rakhmat Tuhan yang sedemikian besar terhadap dirinya tidak pernah berubah, baik pada waktu senang ataupun susah (ayat 11, 12).

Renungkan: Kita tidak pernah mengetahui dengan pasti apa yang akan terjadi esok, tetapi kita tahu dengan pasti bahwa Tuhan yang memberikan kasih setia dapat kita percayai, baik dalam keadaan susah ataupun senang.

(0.13) (Ams 16:1) (sh: Semua untuk manusia (Kamis, 3 Agustus 2000))
Semua untuk manusia

Seorang anak berusia 7 tahun marah kepada ayahnya, karena ia dilarang bermain kembang api. Padahal beberapa malam sebelumnya ayahnya justru mengajak anaknya bermain kembang api. Maka dengan marah ia berkata: 'Kalau ayah yang mengajak boleh tapi kalau aku tidak boleh. Ayah curang, ayah egois'. Benarkah sang ayah curang dan egois? Tidak! Namun anak itu tidak mempunyai kemampuan, pengetahuan, dan hikmat seperti sang ayah. Ia ingin bermain pada jam 9 malam dan saat itu hujan turun rintik-rintik. Kisah di atas bisa dikatakan sebagai 'pelakonan' dalam bentuk yang paling sederhana dari Amsal kita hari ini. Amsal menyatakan Allah adalah penentu tunggal bagi segala sesuatu. Hasil pertimbangan manusia asalnya dari Allah (1). Bersih tidaknya perbuatan seseorang, Tuhan yang memiliki standar (2). Sukses atau tidaknya seseorang dalam kehidupan tergantung pada diikutsertakannya Tuhan atau tidak dalam kehidupan itu (3). Untuk segala sesuatu Tuhan sudah menentukan tujuannya (4). Berkenan kepada-Nya adalah kunci kehidupan yang dilindungi Allah walau harus menghadapi berbagai tantangan (7). Bahkan rencana dan strategi manusia nampaknya percuma, karena pada akhirnya Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya (9).

Adakah Allah `curang' dan egois? Sama sekali tidak! Sebab Allah selalu mendasari segala perbuatannya berdasarkan kasih dan kesetiaan, karena itu orang yang bersalah diampuni (6), arah langkah manusia ditentukan-Nya agar tidak tersesat (8). Jika Allah adalah tolok ukur bagi segala sesuatu yang kudus, ini disebabkan hanya di dalam diri-Nyalah terdapat kebenaran, kebaikan dan kekudusan (11). Karena itu Ia sangat membenci dan tidak bisa melihat kecongkakan (5), kejahatan (6), kebohongan (13), sebaliknya berpihak serta membela orang yang benar (7, 12). Jadi Allah dengan segala kemahakuasaan-Nya mengatur dan mengarahkan hidup manusia demi kebaikan hidup manusia (17).

Renungkan: Karena itulah yang harus diutamakan manusia dalam kehidupannya adalah menuntut kehidupan yang seturut kehendak-Nya bukan kesuksesan hidup (8). Dan untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya, manusia memerlukan hikmat dan pengertian. Mengertikah Anda sekarang, mengapa hikmat dan pengertian nilainya jauh melebihi emas dan perak ?



TIP #13: Klik ikon untuk membuka halaman teks alkitab dalam format PDF. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA