Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 11 dari 11 ayat untuk memusatkan pikiran AND book:11 (0.001 detik)
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (1Raj 20:36) (jerusalem: ia berkata kepadanya) Ceritera serupa dengan gaya bahasa kerakyatan terdapat dalam 1Ra 13:24 dst. Ketidaktaatan kepada perintah Tuhan atau perintah abdi Tuhan, meski dengan maksud baik sekalipun, mendapat hukuman. Pikiran itu agak bersahaja dan tidak ditemukan pada nabi-nabi besar. Tetapi justru pikiran-pikiran semacam itulah yang menjiwai "rombongan nabi" dahulu.
(0.93) (1Raj 2:4) (ende)

Kesetiaan pada Jahwe dan hukum2Nja menetapkan nasib wangsa Dawud. Bila wangsa itu setia, maka ia akan bertahan, bila ia durdjana, maka akan ditumpas. Pikiran itu menguasai seluruh pandangan kitab Radja2 mengenai sedjarah.

(0.89) (1Raj 2:1) (jerusalem) "Wasiat" Daud ini menugaskan Salomo untuk melaksanakan balas dendam pribadi ayahnya. Ini sesuai dengan pikiran di zaman itu mengenai "penuntut darah" dan mengenai kutuk yang sendiri berdaya, 1Ra 2:8. 1Ra 2:3-4 berupa sisipan yang berhaluan tradisi Ulangan.
(0.87) (1Raj 8:22) (ende)

Doa jang pandjang itu merupakan suatu saduran beberapa teks jang terdapat oleh si pengarang, jang djuga ditambahkan lagi. Pikiran jang menguasai keseluruhan ialah: kesetiaan Jahwe pada perdjamuanNja serta tuntutan kesetiaan dari pihak umatNja. Kesetiaan itu menentukan nasib umat dan radja. lagi Bait Allah nampak disini sebagai pusat umat dan agamanja.

(0.83) (1Raj 11:13) (jerusalem: yang telah Kupilih) Perkawinan Salomo dengan banyak puteri kudus yang dibukanya tidak hanya teruntuk bagi isteri-isteri asing, tetapi juga untuk para pedagang asing. Tetapi hubungan dengan agama-agama asing itu membahayakan kemurnian agama Tuhan. Karena itu penulis terpengaruh oleh pikiran tradisi Ulangan mencela politik Salomo itu sebagai ketidaksetiaan terhadap Tuhan. Ketidaksetiaan itu tidak dapat tidak mendatangkan hukuman atas kerajaan Salomo, 1Ra 11:9 dst. allah akan membangkitkan musuh di dalam negeri, 1Ra 11:14 dst, dan di luar negeri, 1Ra 11:26 dst. "Satu suku" yang akan tersisa bagi anak Salomo, Rehabeam, ialah suku Benyamin bersama suku Yehuda. Suku Simeon sudah melebur ke dalam suku Yehuda.
(0.82) (1Raj 19:1) (sh: Krisis rohani lebih mengerikan daripada krisis moneter (Rabu, 8 Maret 2000))
Krisis rohani lebih mengerikan daripada krisis moneter

Apakah Izebel lebih hebat dari nabi-nabi Baal? Itu mungkin pertanyaan yang timbul dalam pikiran kita ketika membaca kisah ini. Betapa tidak, Elia yang dalam kisah sebelumnya secara luar biasa dan mengagumkan, menantang dan mengalahkan nabi-nabi Baal yang berjumlah 450. Bila mengamati pernyataan ancaman Izebel, ketakutan Elia sangat tidak masuk akal. Izebel mengatakan bahwa 'para allah akan menghukumnya'. Bukankah Baal sudah tidak berkutik lagi? Lalu apa makna ancaman Izebel? Dengan kata lain sebetulnya ancaman Izebel adalah kosong belaka.

Keadaan ini memperlihatkan bahwa Elia tidak hanya ketakutan, tetapi juga kehilangan kemampuan berpikir secara nalar dan geografis untuk menganalisa pernyataan Izebel. Walaupun ia sudah sampai ke Bersyeba (wilayah Yehuda yang jauh dari Yizreel), ia masih merasa perlu masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya. Ketakutannya terus mempengaruhi dan menguasainya hingga ia putus asa dan ingin mati.

Ketakutan dan keputusasaan Elia menunjukkan bahwa ia mengalami krisis rohani yang sangat berat dan hebat, sehingga pengenalan dan imannya kepada Allah sebagai sumber dan pusat dari segala sesuatu, sirna begitu saja. Krisis rohani membuat dia terputus dengan Sumber segala kehidupan. Karena itu tidak heran jika kemudian ia ingin mati saja.Mengapa Elia sampai kepada krisis yang demikian parah? Mulai dari ancaman Izebel hingga Elia ingin mati, tidak dikatakan bahwa firman Allah datang atasnya atau kuasa Allah berlaku atas Elia seperti pasal-pasal sebelumnya. Ini berarti Elia sudah melalaikan persekutuan pribadinya dengan Allah. Akibatnya fokus pikirannya ketika menghadapi ancaman itu bukanlah Allah namun ancaman itu. Ancaman itu dilihatnya semakin lama semakin besar dan tak terpecahkan. Elia mendapatkan 'sedikit' kekuatan ketika Allah menghampiri dan 'melayani'nya.

Renungkan: Mungkin Anda pernah atau sedang mengalami krisis rohani karena berbagai pergumulan dan tantangan yang terjadi. Namun jangan lupa satu hal, dalam menjalani kehidupan ini, janganlah sekali-kali kita memutuskan tali persekutuan kita dengan Allah walau apa pun yang terjadi, agar mata dan pikiran kita selalu terfokus kepada-Nya dan bukan kepada ancaman.

(0.80) (1Raj 22:1) (sh: Nabi palsu vs nabi Allah (Jumat, 27 Agustus 2004))
Nabi palsu vs nabi Allah

Apa ciri yang membedakan nabi palsu dari nabi Allah? Jelas nabi palsu tidak mendasarkan nubuatnya kepada firman Allah, tetapi mungkin sekali kepada hikmat dan dorongan kehendak dirinya sendiri, atau firman ilah-ilah lain (ayat 22). Sedangkan nabi Allah, tentu hanya bernubuat berdasarkan kebenaran firman Allah.

Di Israel ada nabi Allah, ada nabi palsu. Mengapa ada nabi Allah? Karena Allah mengasihi Israel. Allah ingin umat-Nya mengenal Dia, menaati kehendak-Nya, diberkati oleh-Nya, maka Ia mengutus nabi-nabi-Nya. Mengapa ada nabi palsu? Pertama, karena umat Israel hanya ingin mendengar hal-hal yang enak didengar, yang manis-manis dan yang membuai mereka untuk tetap nyaman walaupun hidup di dalam dosa. Tampillah para nabi palsu yang pandai bekerja-sama dengan sifat dosa manusia dan siap menjilat para pemimpin yang degil (= keras kepala) (ayat 6).

Kedua, nabi palsu dibayar untuk pemberitaan palsu namun menyenangkan mereka. Oleh sebab itu pekerjaan nabi palsu pasti diinginkan orang, terutama mereka yang pintar ngomong, jago pidato untuk membuai dan memanipulasi pikiran dan perasaan orang lain. Pasti bayarannya tinggi, apalagi kalau mereka disenangi oleh para pemimpin (ayat 11-13).

Jadi, pilihan itu ada pada kita. Kalau kita hanya ingin mendengar hal-hal yang baik, menyenangkan dan membuat hati nurani tenang, maka akan muncul banyak nabi palsu di sekeliling kita. Mereka siap dengan berita-berita yang menidurkan kita. Kalau kita ingin menjadi anak-anak Tuhan yang benar, yang hidup berkenan kepada-Nya, ada banyak hamba Tuhan sejati yang selalu mengumandangkan firman-Nya. Pilihan ada pada Anda. Namun jangan lupa, Anda tidak bisa memilih konsekuensi pemilihan Anda akibat mengikuti nubuat nabi palsu atau nabi Allah. Sebab konsekuensinya mengikuti keputusan pilihan yang Anda ambil.

Renungkan: Jangan hanya mau mendengarkan yang sedap didengar saja. Anak Tuhan sejati pasti mau mendengarkan firman-Nya meski keras dan mau hidup menyenangkan-Nya.

(0.80) (1Raj 22:29) (sh: Akibat mendengar nabi palsu (Sabtu, 28 Agustus 2004))
Akibat mendengar nabi palsu

Betapapun menyenangkannya nubuat para nabi palsu, kebenaran pasti akan menelanjangi kepalsuan tersebut. Orang yang membiarkan dirinya dirayu kepalsuan akan melihat kebenaran ditegakkan, dan konsekuensi pemilihan yang salah akan diterimanya tanpa bisa dielakkan.

Ahab memilih untuk mendengarkan para nabi palsu. Ia meneruskan niat berperang melawan Aram. Namun dalam hati kecil ia tahu Nabi Mikha adalah nabi sejati yang berasal dari Tuhan. Ia tahu bahwa nubuat Mikha jauh lebih tulus dan apa adanya. Oleh sebab itu ia tidak berani terang-terangan menunjukkan diri sebagai raja dalam peperangan itu. Ia meminta supaya Yosafat yang maju sebagai panglima perang (ayat 30). Ahab berpikir dengan cara demikian, nubuat Mikha tidak mungkin tergenapi. Cerita peperangan berakhir tragis. Ahab terkena panah sembarangan yang mengakibatkan kematiannya. Ahab tidak dapat menghindari konsekuensi pemilihannya yang keliru. Ia keliru mendengarkan nubuat dari nabi palsu. Sekarang ia menuai hasilnya sendiri. Kebenaran tidak bisa dibengkokkan (ayat 34-38).

Memang pikiran yang sudah bebal akan tertutup bagi kebenaran. Ahab mengira dapat mengendalikan nasibnya sama seperti ia mencoba mengendalikan Mikha. Ia lupa, dibalik Mikha ada Tuhan yang berdaulat. Kita harus belajar dari kisah Ahab yang tragis ini untuk tidak mengulangi kesalahan dan kebodohan yang sama. Jangan pernah berpikir bahwa pilihan yang keliru bisa diperbaiki dengan memanipulasi akibat pilihan tersebut. Hanya ada satu cara memperbaiki kesalahan, yaitu bertobat dan berpaling kembali kepada kebenaran. Walaupun konsekuensi dari keputusan yang diambil tetap harus kita tanggung, tetapi dalam belas kasih Allah, konsekuensi terberat yaitu hukuman kekal telah Allah batalkan di dalam Yesus Kristus.

Renungkan: Adakah keputusan salah pilih yang sudah terlanjur kita lakukan? Kita menyesalinya? Belum terlambat. Bertobatlah! Allah sanggup mengubah segala konsekuensi terburuk menjadi kebaikan bagi anak-anak yang mengasihi-Nya demi kemuliaan nama-Nya.

(0.80) (1Raj 6:1) (sh: Bukan karya tapi ketaatan (Kamis, 3 Februari 2000))
Bukan karya tapi ketaatan

Bait Allah yang dibangun Salomo benar-benar megah dan indah. Ini adalah sebuah mega proyek. Hal ini terlihat dari: persiapan yang dilakukan, ukuran Bait Allah, bahan-bahan yang digunakan dan struktur arsitek yang menawan. Dengan kata lain Salomo mengeluarkan seluruh daya, dana, dan pikiran demi terlaksananya pembangunan Bait Allah.

Di tengah-tengah kesibukan perencanaan, pengawasan, dan pelaksanan mega proyek tersebut, datanglah firman Tuhan yang membawa sebuah berita yang pasti tidak sesuai dengan yang diharapkan. Berita dari firman Tuhan yang diharapkan adalah pujian dari-Nya karena kualitas kerja dari pembangunan Bait Allah, atau Allah memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai pembangunan tersebut, atau paling tidak Allah mengkritik pembangunannya karena kurang sesuai dengan kehendak-Nya dan minta Salomo untuk memperbaikinya. Ternyata tak satu pun dari ketiganya. Allah tidak mempermasalahkan kemegahan atau pun keindahan rumah Allah, sebaliknya Ia hanya menyebut "rumah yang sedang kau dirikan ini" dan Allah tidak menyebutnya "rumah-Ku yang kau dirikan". Bahkan kehadiran dan penyertaan-Nya di tengah-tengah bangsa Israel sama sekali tidak berhubungan dengan segala daya upaya Salomo dalam mempersiapkan rumah tersebut. Tak tampak pula hubungannya dengan ada atau tidaknya rumah itu.

Allah mengajarkan kepada Salomo hal lain yang paling hakiki dalam kehidupan Salomo, yang nampaknya mulai diabaikan (ingat pembahasan yang lalu) yaitu ketaatan terhadap ketetapan, peraturan, dan perintah Allah. Artinya bagi Allah yang penting adalah siapakah Salomo di hadapan Allah, bukannya apa yang ia kerjakan dan usahakan bagi Allah.

Kristen seringkali terjebak untuk melakukan apa yang Salomo lakukan, misalnya: memikirkan, mempersiapkan, dan mengerjakan berbagai proyek dan program gereja yang besar dan megah. Namun kita lupa siapa kita di hadapan Allah. Di tengah-tengah kesibukan Anda dalam pelbagai proyek dan program, Allah berfirman 'bukan apa yang kamu lakukan, namun siapa kamu dihadapan-Ku'.

Renungkan: Ketika kita sungguh-sungguh melakukan suatu hal, prioritas apakah yang ada pada kita: karya yang memuaskan atau ketaatan kita kepada-Nya sebagai fokus karya kita?

(0.80) (1Raj 6:14) (sh: Dana dan daya (Jumat, 4 Februari 2000))
Dana dan daya

Banyak Kristen bersedia memberikan uangnya untuk suatu pelayanan, bahkan beberapa dari mereka bersedia memberikannya dalam jumlah besar. Namun, jika diminta bantuan berupa waktu, tenaga, pikiran, dan pertimbangan, sedikit yang menyatakan kesediaannya, dengan 1001 macam alasan. Bahkan ada kesan bahwa dengan memberikan uang itu sudah lebih dari cukup, kita bisa melibatkan orang lain yang "tidak mampu" memberikan persembahan uang untuk menangani hal yang lain. Karena itu, disadari atau tidak, dalam gereja ada satu kesan bahwa ada kelompok yang khusus memberikan persembahan uang dan ada kelompok lain yang bekerja mati-matian.

Tidak demikian dengan Salomo. Ia mengeluarkan biaya yang begitu besar untuk melapisi seluruh tembok dalam dan berbagai perkakas yang ada dalam Bait Allah dengan emas. Diperkirakan jumlah emas yang dipergunakan adalah 25 ton yang bernilai sekitar 1,8 triliun rupiah. Jumlah yang sangat fantastis. Salomo tidak hanya mengeluarkan dana, ia pun mengerahkan waktu, daya, segala kemampuan, dan kepandaian untuk merancang Bait Allah dan segala ornamennya, sehingga semuanya mengandung makna kebenaran rohani yang dalam, yang diyakini oleh Salomo dan seluruh bangsa Israel.

Bila kita melihat rantai emas yang melintang di depan pintu masuk ruang maha kudus, menandakan bahwa ruangan ini tidak bisa dimasuki oleh sembarang orang. Kemudian dua kerub besar dengan sayap yang besar, yang ditempatkan tepat menghadap pintu masuk ruang maha kudus, melambangkan kekudusan Allah yang tak terhampiri. Menghadap takhta Allah bukanlah perkara yang mudah, harus mengikuti aturan-aturan yang Allah tetapkan. Pemahaman ini berdasarkan konsep bahwa kerub selalu dihubungkan dengan takhta dan pemerintahan Allah, dan merupakan penjaga jalan menuju Taman Eden (Kej. 3:24). Salomo melakukan semuanya ini karena ia sudah merasakan kasih Allah; dan ia pun mengasihi Allah, sehingga dana dan daya ia kerahkan sebagai manifestasi atas kasih dan imannya kepada Dia.

Renungkan: Tidak ada alasan bagi Kristen untuk membatasi secara sengaja persembahan kepada Tuhan. Seperti Salomo, kita pun harus mewujudkan iman dan kasih kita dalam wujud dana dan daya yang kita miliki bagi kemuliaan Allah.

(0.80) (1Raj 19:9) (sh: Krisis berakhir  pelayanan berakhir. (Kamis, 9 Maret 2000))
Krisis berakhir  pelayanan berakhir.

Ada dua pelajaran yang sangat berguna bagi Kristen dari peristiwa krisis rohani yang    dialami Elia, yaitu bagaimana krisis itu berakhir dan dampak yang    mengikuti krisis itu akibat respons Elia yang kurang terpuji.    Walaupun akhirnya krisis berlalu namun membawa dampak yang kurang    menggembirakan bagi kehidupan pelayanan Elia.

Setelah mendapatkan kekuatan dari makanan yang disediakan    Allah, Elia pergi ke gunung Horeb dan bermalam di gua.    Orientasi pemikiran Elia masih terfokus pada pekerjaan dan    keberadaannya yang  terpojok (ayat 10, 14). Ia nampaknya belum    mampu melepaskan diri dari permasalahan yang membelit dan    melibas dirinya. Setelah ia bertemu dengan Allah yang hadir    melalui angin sepoi-sepoi basa dan firman yang dinyatakan-Nya    yang mengorientasi ulang pemikiran Elia (ayat 15), mulailah ia    sadar dan berubah arah. Berarti kehadiran dan firman-Nya    merupakan satu-satunya 'terapi' bagi krisis rohani Elia.

Namun tampaknya akhir krisis ini juga menandai akhir    kehidupan pelayanan Elia. Allah memerintahkan Elia untuk    mengurapi Elisa sebagai penggantinya. Hal ini cukup mendadak    karena Allah belum pernah membicarakan mengenai regenerasi    kepada Elia. Dan bukankah Elia juga baru saja melakukan    tindakan yang sangat spektakuler dan menakjubkan, yang mampu    membawa bangsa Israel berbalik kepada Allah? Mengapa tiba-    tiba harus menyiapkan pengganti, bukankah Elia masih    diperlukan untuk membimbing bangsa Israel? Alasan yang bisa    kita dapatkan dari peristiwa ini adalah respons Elia sendiri    ketika ia mengalami krisis rohani yaitu "Cukuplah itu,    sekarang ya Tuhan ambillah nyawaku"(ayat 4). Dalam keadaan    tertekan yang luar biasa, ia menyatakan ingin berhenti    melayani lalu mati. Dengan kata lain Elia ingin terbebas dari    permasalahan yang sedang dihadapinya dengan cara melarikan    diri.

Renungkan: Respons kita dalam menghadapi krisis rohani    akan menentukan perjalanan kehidupan pelayanan kita    selanjutnya. Allah tidak menghendaki hamba-Nya menjadi    seorang pengecut yang cepat putus asa dalam menghadapi suatu    masalah. Temuilah Tuhan dan firman-Nya maka orientasi pikiran    kita akan diubahkan, dan kita akan menemukan jawaban dan    jalan keluar bagi krisis rohani kita.



TIP #06: Pada Tampilan Alkitab, Tampilan Daftar Ayat dan Bacaan Ayat Harian, seret panel kuning untuk menyesuaikan layar Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA