Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 18 dari 18 ayat untuk memberi perintah AND book:42 (0.001 detik)
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Luk 10:31) (jerusalem) Di sini diperlawankan mereka yang di Israel paling wajib menepati perintah kasih kepada sesama (imam, orang Lewi) dan orang asing dan bidaah (orang Samaria) yang dari padanya orang hanya dapat menantikan kebencian saja.
(0.95) (Luk 15:28) (full: MARAHLAH. )

Nas : Luk 15:28

"Anak sulung" itu melambangkan orang yang memiliki suatu bentuk agama dan kelihatannya secara lahiriah menaati perintah Allah, tetapi hati mereka terpisah dari Dia dan tujuan-Nya bagi kerajaan itu (ayat Luk 15:28-30).

(0.92) (Luk 9:2) (full: MEMBERITAKAN KERAJAAN ... MENYEMBUHKAN ORANG. )

Nas : Luk 9:2

Teks :
  1. 1) Inilah kali pertama Yesus mengutus kedua belas murid-Nya untuk mewakili Dia dalam kata dan perbuatan. Perintah yang diberikan kepada kedua belas orang itu, menurut ayat-ayat paralelnya di kitab Matius, ialah pergi kepada "domba-domba yang hilang dari umat Israel" (Mat 10:6). Namun setelah kebangkitan-Nya, Yesus mengubah jangkauan pelayanan itu hingga meliputi segala bangsa, dalam suatu perintah yang harus berlangsung "sampai kepada akhir zaman" (Mat 28:18-20; Mr 16:15-20).
  2. 2) Para penulis Injil-Injil menjelaskan bahwa perintah Yesus untuk memberitakan Kerajaan Allah

    (lihat art. KERAJAAN ALLAH)

    jarang disampaikan terpisah dari perintah untuk menyembuhkan orang sakit dan mengusir setan-setan (Mat 9:35-38; 10:7-8; Mr 3:14-15; 6:7-13; Mr 16:15,17; Luk 9:2,6; 10:1,9; bd. Luk 4:17-19). Allah menghendaki agar pemberitaan Injil masa kini disertai dengan demonstrasi Roh dan kuasa yang sama

    (lihat cat. --> Mat 10:1;

    [atau ref. Mat 10:1]

    Mr 16:15-18; Kis 1:8; Rom 15:18-19; 1Kor 2:4-5; 4:20;

    lihat art. TANDA-TANDA ORANG PERCAYA)

    guna menghadapi tantangan Iblis pada hari-hari akhir ini (1Tim 4:1; 2Tim 3:1-5).
  3. 3) Gereja-gereja masa kini hendaknya jangan membandingkan dirinya dengan gereja lain, melainkan dengan berita dan pola PB ini. Apakah kita sedang menyaksikan dan mengalami Kerajaan Allah seperti orang Kristen yang mula-mula? Apakah Kerajaan Allah dekat dengan kita? Jika tidak, mengapa tidak?
(0.92) (Luk 20:25) (full: KALAU BEGITU BERIKANLAH KEPADA KAISAR. )

Nas : Luk 20:25

Dalam keadaan yang normal, orang percaya harus membayar pajak dan tunduk kepada kuasa pemerintah (lih. Rom 13:1-7), sekalipun kesetiaan tertinggi kita adalah kepada Allah. Kita harus patuh kepada pemerintah sekular di dunia kecuali bila itu bertentangan dengan hukum Allah; kita sekali-kali tidak boleh melanggar perintah Yesus untuk "memberikan kepada Kaisar apa yang Kaisar punya".

(0.90) (Luk 11:14) (sh: Mereka yang berpihak kepada Yesus. (Kamis, 23 Maret 2000))
Mereka yang berpihak kepada Yesus.

Mukjizat dalam perikop ini sesungguhnya untuk mendemonstrasikan eksistensi Allah dan    Kerajaan-Nya. Juga untuk memberitakan bahwa Allah sudah datang    untuk membebaskan manusia dari ikatan belenggu kuasa Setan.    Terompet peperangan sudah ditiup dan peperangan rohani sudah    dimulai.

Sikap netral sangat mustahil dalam peperangan ini. Seperti    mereka yang sudah menyaksikan penyataan kuasa Roh Kudus yang    langsung dan nyata, kemudian mereka dituntut untuk menentukan    sikap terhadap Kerajaan-Nya (ayat memberi+perintah+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">23). Demikian juga setiap pengikut-    Nya. Untuk itu apa yang harus dialami oleh mereka yang berada di    pihak-Nya? Mereka harus mengalami pembaharuan total di mana Roh    Kudus tinggal dalam hidupnya. Tidak seperti keadaan orang yang    didatangi kembali roh-roh lain yang lebih jahat karena hidupnya    dibiarkan kosong (ayat memberi+perintah+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">24-26). Di samping itu mereka harus juga    mempunyai hubungan rohani secara pribadi dengan Kristus bukan    hubungan secara fisik karena menjadi ibu dari Yesus (ayat memberi+perintah+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">27). Dan    hubungan ini  harus dipelihara dengan jalan senantiasa    mendengarkan dan memelihara firman-Nya (ayat memberi+perintah+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">28).

Selain itu ada hal-hal yang harus dihindari oleh pengikut-Nya,    di dalam menjalani kehidupan beribadahnya selama di dunia.    Mereka tidak boleh menekankan simbol-simbol dan ritual agama,    sehingga mengabaikan realita dan kewajiban moral  yang    dinyatakan oleh simbol-simbol keagamaan (ayat memberi+perintah+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">38). Mereka juga tidak    boleh menggantikan moralitas kehidupan dengan ketaatan terhadap    tata ibadah lahiriah. Hal ini seperti orang farisi yang yakin    kekudusan hidupnya karena mencuci cawan dan pinggannya (ayat memberi+perintah+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">39).    Dalam menaati perintah-perintah-Nya haruslah seimbang. Janganlah    melakukan satu hal yang kecil dengan ekstrimnya, namun justru    mengabaikan perintah-perintah yang lebih hakiki (ayat memberi+perintah+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">42). Orang    percaya tidak boleh menjalankan kehidupan agamanya hanya untuk    mendapatkan kemuliaan dirinya, kecuali untuk kemuliaan-Nya (ayat memberi+perintah+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">43).

Renungkan: Karena itu dalam peperangan rohani zaman ini,    mereka yang berpihak kepada-Nya adalah orang-orang yang hidup    dipimpin oleh Roh Kudus, yang hidup mengagungkan dan menjalankan    firman-Nya. Dan semua itu dimanifestasikan dalam kehidupan moral    yang sesuai dengan standar Allah, bukan standar pribadi ataupun    standar masyarakat.

(0.89) (Luk 2:1) (sh: Penggenapan nubuat (Sabtu, 25 Desember 1999))
Penggenapan nubuat

Perintah Kaisar Agustus mengenai pendaftaran masing-masing orang di kota asalnya menyebabkan Yusuf dan Maria meninggalkan Nazaret di Galilea menuju Betlehem di Yudea. Tepat seperti nubuat dalam Mikha 5:1. Allah memakai sensus tersebut untuk mengatur agar Yusuf dan Maria pergi ke Betlehem pada waktu yang tepat. Betapa luar biasanya Allah kita! Ia mengatur sejarah sehingga perintah Kaisar Agustus menjadi alat bagi-Nya untuk merealisasikan rencana agung-Nya. Tidak ada suatu keadaan di luar kekuasaan Allah kita yang dapat menguasai.

Orang Betlehem dan orang masa kini. Apa yang pernah dilakukan oleh orang Betlehem di dalam ketidaktahuan mereka telah dilakukan oleh manusia kini dengan ketidakacuhan yang tidak sengaja. Mereka tidak memberikan tempat bagi Yesus di dalam perasaan, pikiran, pandangan hidup, pengharapan, dan perbuatan sehari-hari. Mereka telah menolak anugerah yang terbesar itu. Akibatnya, mereka pun mendapatkan kerugian yang terbesar.

Renungkan: Anugerah Allah yang terbesar dan kehadiran-Nya bagi manusia tidak selalu diwarnai atau disertai dengan tanda-tanda yang spektakuler (luar biasa). Kelahiran Yesus yang diwarnai kesederhanaan dan kewajaran adalah bukti.

(0.87) (Luk 2:25) (full: BENAR DAN SALEH. )

Nas : Luk 2:25

"Benar" atau "tulus" (bd. Luk 1:6) adalah terjemahan dari kata Yunani _dikaios_ (Ibr. _yasher_), artinya "lurus". Dalam PL kata ini tidak hanya berarti kepatuhan kepada perintah-perintah, tetapi menunjukkan bahwa seseorang benar di hadapan Allah, baik dalam hati maupun dalam tindakan

(lihat cat. --> Mazm 32:2).

[atau ref. Mazm 32:2]

  1. 1) Kebenaran yang dicari Allah dalam PL adalah kebenaran yang datang dari hati, berdasarkan iman yang benar kepada Allah serta kasih dan takut akan Allah (Ul 4:10,29; 5:29). Keadaan hati seperti ini terlihat dalam diri orang-tua Yohanes Pembaptis yang hidup menurut "segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat" (Luk 1:6; lih. Kej 7:1; 1Raj 9:4, di mana kata itu juga meliputi "ketulusan hati"). Simeon menunjukkan sifat khas yang sama di dalam hidupnya.
  2. 2) Orang benar di PL bukan orang yang sempurna. Ketika dosa memasuki kehidupan mereka, mereka memperoleh pengampunan dengan jalan mempersembahkan suatu korban binatang kepada Allah dalam suatu sikap pertobatan yang tulus dan dengan iman (Im 4:27-35;

    lihat art. HARI PENDAMAIAN).

(0.85) (Luk 18:18) (sh: Apakah yang terutama dalam hidup ini? (Kamis, 6 April 2000))
Apakah yang terutama dalam hidup ini?

Ini tampaknya merupakan strategi yang dijalankan oleh orang kaya dalam bacaan    kita hari ini. Di hadapan masyarakat umum, ia mempunyai    kehidupan moralitas yang tidak tercela karena ia telah mentaati    Hukum Taurat yang berbicara tentang hubungan antar manusia (ayat memberi+perintah+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">20).    Sebagai pengusaha ia bersih luar dan dalam. Sebagai anak pun ia    termasuk anak yang berbakti kepada orang-tua. Kehidupan    moralitas yang mengagumkan ini bukan baru dijalani satu atau dua    tahun. Sebaliknya ia telah menjalani kehidupan untuk waktu yang    lama. Kesetiaan dan ketahanujiannya sudah terbukti.

Apa yang orang kaya lakukan ini, bagi Allah tidaklah cukup.    Allah masih menuntut kesempurnaan dalam menaati Hukum Taurat.    Dalam hal ini si orang kaya itu masih belum mengungkapkan    ketaatannya terhadap hukum yang pertama dan yang utama. Kualitas    hubungan dengan Allah yang dituntutNya tidak sekadar suatu    ketaatan agama seperti memberikan persembahan korban tiap bulan,    bahkan tiap hari. Lebih lagi, Allah menuntut tempat terutama di    dalam hati, jiwa, dan pikiran seseorang.

Perintah Yesus kepada orang kaya itu untuk menjual seluruh    hartanya, membagi-bagikan kepada orang miskin, dan mengikut    Tuhan  merupakan suatu ujian untuk mengetahui dimanakah orang    kaya itu menempatkan hati, jiwa, dan pikirannya. Dari perintah    itu terungkaplah   bahwa ia tidak menempatkan Allah pada porsi    utama dalam hidupnya. Bahkan bagi dirinya, nilai hidup kekal    yang ia ingin dapatkan tidak lebih besar dari kekayaan yang ia    miliki. Melalui ujian itu terungkaplah bahwa ia tidak sungguh-    sungguh secara utuh menggenapi Hukum Taurat Padahal Allah    menuntun ketaatan yang sempurna. Karena itulah murid-murid    bertanya siapakah yang dapat diselamatkan. Yesus meresponi    pertanyaan murid-murid-Nya dengan menegaskan bahwa bagi  Allah    tidak ada yang mustahil. Bahkan Dia menambahkan bahwa ada banyak    hal-hal lain yang jauh melebihi dari apa yang pernah mereka    miliki baik di dunia ini maupun di dunia yang akan datang yang    akan mereka terima  (ayat memberi+perintah+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">30). Itu semua dimungkinkan karena kuasa    Allah.

Renungkan: Allah telah membuat ketidakmungkinan menjadi    kemungkinan melalui kasih-Nya yang melampaui segala kemungkinan    yang dapat dipikirkan manusia.

(0.84) (Luk 1:1) (sh: Kebenaran ajaran (Selasa, 21 Desember 1999))
Kebenaran ajaran

Dengan "kata-kata pendahuluan" ini Lukas selaku penulis mempertanggungjawabkan kebenaran isi kitab Injil yang ditulisnya. Dua syarat bagi tulisan yang mengungkapkan peristiwa nyata disebutkan, yakni: (1) adanya saksi mata; (2) telah diadakan penyelidikan dengan seksama. Tujuan penulis ialah agar Teofilus dan semua pembaca yakin dan percaya akan kebenaran segala sesuatu yang diajarkan di dalamnya. Kebenaran yang diutarakan oleh Lukas ini berdasarkan realita dan sejarah, bukan legenda atau pun mitos. Yesus benar-benar hidup, mengajar, membuat banyak mukjizat, mati, dan akhirnya bangkit. Semua itu terjadi dalam sejarah.

Masa tua yang indah. Zakharia dan Elizabet mempunyai masa tua yang indah. Sepanjang hidup, mereka mempunyai kehidupan yang benar di hadapan Allah dan menurut segala perintah dan ketetapan Allah tanpa cacat (6). Keadaan yang tanpa keturunan sampai usia tua, bukan karena dosa. Namun, melalui keadaan ini, ia mengalami berkat: keindahan hidup bersama Tuhan dan penyertaan-Nya di hari tuanya. Mereka akan mempunyai keturunan yang akan mempersiapkan jalan Tuhan Yesus.

Renungkan: Rindukah Anda seperti mereka yang sampai tua tetap mengalami keindahan bersama Allah dan dipakai-Nya untuk melayani-Nya?

(0.84) (Luk 2:41) (sh: Materi terbesar (Selasa, 28 Desember 1999))
Materi terbesar

Dalam perikop ini, Lukas memaparkan dengan cukup gamblang tentang misteri inkarnasi (penjelmaan) di dalam diri Yesus Kristus. Lukas menggambarkan kemanusiaan murni dari Yesus bahwa sebagai anak-anak, Ia bertumbuh secara fisik dan intelektual. Namun di sisi lain, Lukas juga memaparkan Keilahian-Nya yang Yesus sendiri sadari dan dari apa yang Ia lakukan. Hal itu nyata dari ucapan-Nya, bahwa "Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku". Lukas ingin menegaskan bahwa inkarnasi terjadi sudah sejak Yesus masih bayi, anak-anak, remaja, hingga dewasa. Ia adalah Allah dan manusia sejak bayi hingga mati-Nya. Ini merupakan misteri inkarnasi yang harus kita imani dan pegang teguh.

Kepatuhan seorang anak. Yesus patuh pada perintah orang-tua-Nya untuk ikut pulang ke Nazaret (51). Hikmat-Nya semakin bertambah (52), dan Ia memasuki hari-hari-Nya dalam cara hidup yang memuliakan Allah sehingga Ia makin dikasihi Allah dan manusia (52b). Yesus telah memberikan teladan bagaimana seharusnya anak-anak menghormati orang-tuanya dengan sikap yang benar.

Renungkan: Keluarga (orang-tua) yang memiliki pemahaman yang benar tentang firman Allah membuahkan kepatuhan dan pengertian anak terhadap orang-tua.

(0.83) (Luk 1:39) (sh: Allah yang berpihak! (Senin, 23 Desember 2002))
Allah yang berpihak!

Dalam kehidupan dan percakapan sehari-hari, kadang kita bisa rancu dalam mengartikan kata "adil". Adil sering diartikan sama dengan ketidakberpihakan yang samar. Padahal, dalam sepakbola misalnya, wasit yang adil adalah wasit yang berpihak kepada dan membela siapapun yang mengikuti peraturan, dan berpihak melawan siapapun yang melanggar. Contoh lainnya dapat kita lihat dari inkarnasi Yesus Kristus. Arti inkarnasi Kristus, seperti yang terulang-ulang di dalam seantero Kitab Suci, adalah merupakan keberpihakan Allah kepada manusia, sesuai dengan janji, perintah dan rencana-Nya yang adil dan pengasih. Lalu kepada siapa Allah berpihak?

Di dalam nas-nas sebelumnya, tampak bagaimana Allah memakai dan berpihak kepada seorang wanita tua yang tadinya mandul (juga 43), namun karena kehendak Allah, mengandung; dan seorang wanita muda—Maria—yang juga karena campur tangan Allah sendiri mengandung di luar nikah. Di pasal ini, Allah berpihak kepada Maria, karena ia percaya (ayat memberi+perintah+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">45). Dampak dari keberpihakan Allah adalah Maria bergembira dan menganggap dirinya berbahagia.

Perbuatan-perbuatan besar-Nya, terutama melalui peristiwa Natal, membuktikan hal itu (ayat memberi+perintah+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">47-49). Tetapi, tidak hanya kepada Maria saja. Nyanyian pujian Maria yang sarat dengan kutipan dan singgungan kepada nas-nas PL ini juga menyatakan bahwa Allah berpihak kepada mereka yang takut akan Dia (ayat memberi+perintah+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">51), kepada orang-orang rendah (ayat memberi+perintah+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">52), kepada orang-orang miskin (ayat memberi+perintah+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">53), dan terakhir kepada Israel, yang disebut "hamba-Nya" (ayat memberi+perintah+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">54-55). Karena itu, Allah memposisikan diri melawan orang-orang yang congkak dan angkuh (ayat memberi+perintah+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">51), yang berkuasa (ayat memberi+perintah+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">52), dan yang kaya (ayat memberi+perintah+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">53).

Renungkan:
Bagi Kristen masa kini, keberpihakan Allah berimplikasi dua hal. Pertama, Allah terhadap umat-Nya: kita patut bersyukur dan memuliakan Allah, karena Allah yang adil itu aktif berpihak, mengerjakan rencana-Nya bagi kita umat-Nya. Kedua, respons kita terhadap keberpihakan Allah: penting bagi kita untuk menunjukkan keberpihakan kita kepada Allah melalui hidup kita sehari-hari.

(0.83) (Luk 8:16) (sh: Pendengar firman Allah (Senin, 26 Januari 2004))
Pendengar firman Allah

Perubahan dari kehidupan berdosa ke kehidupan benar dalam diri seorang Kristen dihasilkan oleh penghayatannya akan firman Allah yang ia dengar atau baca. Perubahan itu berdampak secara vertikal pada pulihnya hubungan pribadinya dengan Tuhan, dan secara horizontal dengan sesamanya. Yesus menjelaskan pola hidup Kristen yang telah mengalami pembenaran Allah di lingkungannya dengan dua cara.

Pertama, melalui perumpamaan (ayat memberi+perintah+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">16-18). Yesus mengumpamakan firman Allah dengan pelita. Ayat memberi+perintah+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">16 berbicara bagaimana cara orang memperlakukan firman Allah. Orang yang memperlakukan firman Allah dengan benar akan membawa pengaruh pada semua orang yang berjumpa dengannya. Mereka akan menerima terang firman Allah yang diwartakannya. Yesus juga menghubungkan cara memperlakukan firman Allah dengan mendengar. Yesus meminta perhatian kita untuk mendengar firman Allah dengan benar, serius dan terus menerus. Firman Allah yang kita dengar itu, seharusnya teraplikasi melalui sikap dan perbuatan kita. Dengan sikap demikian itu berarti kita mempersilakan orang lain menyaksikan bagaimana hidup yang seturut dengan firman Allah.

Kedua, dengan penjelasan langsung (ayat memberi+perintah+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">19-21). Tuhan menginginkan umat-Nya menjadi pendengar sekaligus pelaku firman Allah. Jawaban Yesus di ayat memberi+perintah+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">21 tidak dapat diartikan bahwa Dia mengesampingkan hubungan kekeluargaan secara lahiriah, sebab dalam hal ini Yesus memfokuskan pembicaraan dalam konteks otoritas firman Allah dalam keluarga Allah. Soal ibu dan saudara-saudara-Nya yang ingin bertemu, hanyalah soal bagaimana cara bertemunya. Tetapi soal siapa ibu dan saudara-saudara-Nya adalah soal relasi dengan Allah Bapa. Relasi yang benar dengan Allah Bapa ditunjukkan dengan kesediaan mendengar dan melakukan firman-Nya.

Renungkan: Siapa meremehkan firman, ia akan menanggung akibatnya, tetapi siapa taat kepada perintah, akan menerima balasan (Ams. 13:13).

(0.83) (Luk 9:8) (sh: Awas! 'Egois Rohani'. (Senin, 6 Maret 2000))
Awas! 'Egois Rohani'. /h5>

Sifat egois nampaknya sulit dipisahkan dari kehidupan manusia. Yang lebih menyedihkan, sifat ini    ternyata juga dapat melanda kehidupan kerohanian. Yang penting    aku sudah menerima keselamatan pribadi, yang penting aku sudah    mengembangkan persekutuan pribadi dengan Dia, yang penting    pengetahuanku akan kebenaran-Nya semakin bertumbuh; tidak peduli    dengan Kristen lainnya apalagi dengan non-Kristen.

Keegoisan rohani juga nampak dalam respons Petrus ketika ia    menyaksikan Yesus dimuliakan di atas gunung. Secara spontan ia    menyatakan bahwa ia ingin mendirikan tiga kemah untuk Yesus,    Musa, dan Elia, supaya mereka tidak pergi sehingga Petrus dapat    terus mempunyai pengalaman rohani yang luar biasa secara    pribadi.

Petrus mendapatkan suatu pencerahan untuk memahami misteri    puncak kehidupan manusia, khususnya tentang masa depan manusia    setelah kematian dan peran Yesus di dalam seluruh misteri    tersebut. Hadirnya Musa dan Elia memberikan keyakinan kepada    Petrus bahwa ada "dunia lain" atau "kerajaan kekal". Dunia lain    ini bukanlah sekadar masa depan, namun hadir bersamaan dengan    dunia kita sekarang. Kristus mempunyai 'akses' untuk masuk ke    dalam dunia yang lain. Dan dalam dunia lain ini, waktu dan    perubahan zaman tidak memberikan pengaruh. Ini terbukti dari    hadirnya Musa dan Elia pada saat bersamaan, padahal mereka hidup    dalam abad yang jauh berbeda.

Petrus semakin diperteguh imannya tentang misi Yesus yaitu    mempersembahkan korban penghapus dosa melalui diri-Nya sendiri.    Musa dan Elia mempunyai peran yang sama yaitu melepaskan umat    Allah dari jajahan bangsa lain maupun allah lain, melalui    persembahan korban. Petrus terlalu asyik dengan pengalaman    rohani yang luar biasa ini, sehingga ia lupa akan tugas dan    tanggung jawabnya sebagai murid Tuhan Yesus. Maka setelah    peristiwa itu, Allah memberikan perintah agar mereka mendengar    Yesus. Pengalaman ini berfungsi mempertegas siapa Yesus dan apa    tugas seorang murid Tuhan Yesus.

Renungkan: Kita pun harus mendengarkan dan melakukan apa yang    pernah Yesus ajarkan secara nyata bagi masyarakat. Korban    persembahan yang Yesus lakukan bukan untuk konsumsi pribadi    Kristen, namun seluruh umat manusia.

(0.82) (Luk 2:21) (sh: Makin mengenal-Nya dalam ketaatan (Jumat, 27 Desember 2002))
Makin mengenal-Nya dalam ketaatan

Ayat memberi+perintah+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">33 seharusnya membuat para pembaca terkejut. Setelah segala peristiwa dan pemberitaan sebelumnya, masih ada lagi hal tentang Yesus yang mampu membuat Yusuf dan Maria "amat heran"! Ini menandakan bahwa keduanya masih terus dalam proses mengenali siapa Yesus Kristus dan misi-Nya, salah satunya seperti yang disampaikan Simeon. Yesus adalah Sang Mesias (ayat memberi+perintah+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">26), yang menjadi kelepasan bagi Israel (ayat memberi+perintah+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">25,38), dan memenuhi nubuat PL (ayat memberi+perintah+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">32, bdk. Yes. 42:6, 49:6; 34, bdk. Yes. 8:14). Yang penting untuk diperhatikan adalah bahwa pengenalan yang lebih mendalam tersebut berlangsung dalam konteks ketaatan dan kesalehan.Ketaatan itu tampak dari tokoh Simeon dan Hana. Simeon adalah seorang yang benar dan saleh (ayat 25), dan taat kepada Roh Kudus (ayat 25b-27). Demikian juga Hana, yang rutin melayani di Bait Allah dan beribadah dengan berpuasa dan berdoa (ayat 37). Kedua orang ini dipakai Allah untuk menegaskan dan meneguhkan jati diri Yesus, tidak hanya di hadapan Yusuf dan Maria, tetapi, seperti yang dilakukan oleh Hana, juga di hadapan banyak orang yang masih setia berharap kepada Allah (ayat 38). Ketaatan itu juga tampak dari apa yang dilakukan Yusuf dan Maria. Mereka menamai Yesus sesuai dengan perintah malaikat (ayat memberi+perintah+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">21). Maria taat untuk mentahirkan dirinya (ayat memberi+perintah+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">22). Mereka membawa Yesus ke Yerusalem dan menyerahkan-Nya kepada Tuhan (ayat memberi+perintah+AND+book%3A42&tab=notes" vsf="TB" ver="">22-23) untuk mempersembahkan kurban (ayat 24), serta menyelesaikan semuanya sesuai dengan hukum Taurat (ayat 39).

Peristiwa yang dicatat Lukas dalam bentuk khiastik (gaya penulisan dimana bagian-bagian subnas yang bertema mirip disusun berurut menjadi seperti ini: a-b-c-d-c’-b’-a’) ini memberikan teladan kepada kita, tentang betapa indahnya karya Allah yang dinyatakan melalui orang-orang yang taat beribadah kepada-Nya dan saleh kehidupannya.

Renungkan:
Kesalehan dan kekudusan hidup dikerjakan Kristen jelas bukan supaya bisa masuk surga, tetapi karena itu adalah respons syukur yang tepat atas keselamatan dari-Nya, sehingga Ia dapat memakai Kristen sesuai dengan kehendak-Nya.

(0.82) (Luk 4:31) (sh: Kata dan kuasa (Senin, 3 Januari 2000))
Kata dan kuasa

Kata dan kuasa tidak dapat dipisahkan. Di dalam kemampuan menguasai kata terletak rahasia kuasa suatu bangsa atau pengaruh seseorang. Tidak heran apabila di dalam bangsa-bangsa purba seperti pada bangsa Yunani, Mesir, Tiongkok, Persia, dll., para bangsawan dan para negarawan dipersiapkan di dalam pendidikan yang mengajarkan kemampuan berkata dan berbahasa dengan baik, entah dalam retorika lisan maupun dalam keahlian menulis. Hal yang sama kita jumpai juga dalam zaman lahirnya peradapan modern, yaitu dalam zaman pencerahan. Dalam zaman itu, tingkat rasionalitas dikaitkan erat dengan tingkat pengenalan kesusasteraan. Di dalam diri perorangan pun kita jumpai hal yang sama. Dari diri orang-orang besar terpancar kata-kata penting yang mempengaruhi orang lain. Atau lebih jelasnya, di dalam kata-kata orang terbaca kecil besarnya daya pikir, penglihatan hidup, dan pengaruh diri seseorang.

Demikian juga halnya dengan Tuhan Yesus. Daya diri Yesus yang dahsyat itu tampak antara lain di dalam kuat kuasa kata-kata-Nya. Kehebatan kata-kata Yesus melampui kehebatan orang-orang besar yang pernah dikenal dalam sejarah umat manusia. Kata-kata Yesus dari Nazaret bukan sekadar cerdas, berwawasan luas, dan berpengaruh besar diukur dalam skala manusia, namun juga adalah Yesus dari Sorga. Pengajaran-Nya menembus hati pendengar-Nya (ayat memberi+perintah+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">32), hardikan-Nya menghancurkan cengkeraman roh jahat (ayat memberi+perintah+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">36), perintah-Nya memulihkan para penderita sakit (ayat memberi+perintah+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">39). Kata-kata Yesus adalah kata-kata yang penuh kuasa dan wibawa, karena Ia sendiri adalah Firman Allah yang Maha Kuasa.

Dalam zaman modern makin banyak kata, konsep, falsafah, ajakan, dan godaan yang diperdengarkan orang melalui iklan-iklan di radio, TV, buku-buku pop dan ilmiah, di dalam obrolan di warung kopi dan di ruang kuliah. Ada banyak hal dari kata, konsep, falsafah itu yang benar dan baik karena sesuai dengan kebenaran yang Allah nyatakan di dalam ciptaan-Nya. Namun ada banyak pula kata, ajakan, godaan, yang dapat meracuni iman, menggerogoti kepribadian, merasuki jiwa dengan hal-hal yang tidak bernilai bahkan jahat di mata Allah.

Renungkan: Izinkanlah firman-Nya menjadi filter dan pedang. Firman-Nya menyaring dan menguji semua kata yang kita jumpai dan melindungi kita dari kejahatan. Firman-Nya juga membangun kehidupan iman kita kokoh tegar bahkan kita mampu berperan mempengaruhi dunia.

(0.82) (Luk 5:1) (sh: Bukan sekadar pemberita tetapi sumbernya (Selasa, 4 Januari 2000))
Bukan sekadar pemberita tetapi sumbernya

Memberitakan Injil dan mempersiapkan Pemberita Injil Kerajaan Allah adalah tugas yang diberikan Bapa kepada Tuhan Yesus. Dari kota ke kota, Yesus berjalan untuk memberitakan Injil. Kali ini Yesus memberitakan firman kepada orang banyak di tepi danau Genezaret dari perahu Simon. Di atas perahu itu selain Simon ada juga beberapa teman nelayan lain.

Pemberitaan firman Allah tidak hanya di dengar oleh orang banyak, secara khusus ditangkap jelas oleh kawanan nelayan di perahu itu. Pengajaran firman Tuhan yang mereka dengar membuat pengenalan mereka kepada Yesus makin dalam. Oleh sebab itu Simon dan kawan-kawan taat pada perintah Yesus manakala Yesus memerintahkan mereka menebarkan jala di pagi hari. Meski semalaman mereka gagal, pagi ini hasilnya luar biasa. Jala yang kosong sepanjang malam, kini penuh ikan sampai koyak. Perahu yang sarat ikan mencelikkan "mata" Simon dan kawan-kawan bahwa Yesus bukan hanya pemberita firman Allah, Penyembuh penyakit, Pengusir setan, tetapi Ia adalah Tuhan. Simon menyadari keberdosaannya dan ketidaklayakannya di hadapan Tuhan Yesus yang Maha Mulia.

Menjadi pengemban misi Yesus, bukan karena memilih tetapi karena dipilih. Bukan karena mampu melakukan perkara besar tetapi karena dimampukan melakukannya. Bukan karena cakap tetapi karena anugerah. Bukan karena suci tetapi karena mau mengakui dosa dan menerima anugerah. Bukan karena suci tetapi karena mau mengakui dosa dan menerima pengampunan. Siapa Simon dan kawan-kawan? Manusia yang berdosa dan tidak layak menerima berkat Tuhan Yesus. Namun anugerah Allah diberikan kepada mereka. Status baru dianugerahkan, yakni menjadi penjala manusia. Tanpa ragu dan mengulur waktu tiga sekawan ini menyambut panggilan Yesus. Mereka meninggalkan perahu dan jala dan mengikut Yesus.

Renungkan: Mendengar firman Allah, mengalami kuasa Tuhan Yesus dalam hidup kita seharusnya mengiring kita untuk menyambut dan terlibat dalam misi Yesus bagi dunia ini. Kita Syukuri kesempatan dan kepercayaan istimewa yang Allah anugerahkan pada kita untuk merampungkan rencana kekal-Nya bagi dunia ini. "Nyatakanlah visi-Mu kepada umat-Mu. Panggillah hamba-hamba-Mu bagi penuaian ladang-mu", adalah bagian doa yang pernah dipanjatkan kepada Tuhan oleh salah seorang hamba Tuhan, kiranya menjadikan doa kita juga.

(0.82) (Luk 18:1) (sh: Doa dan apa yang di dalam hati dan pikiran Anda. (Rabu, 5 April 2000))
Doa dan apa yang di dalam hati dan pikiran Anda.

Banyak Kristen seringkali menolak apabila diminta untuk memimpin doa    baik dalam suatu ibadah, persekutuan, atau pertemuan-pertemuan    ibadah lainnya. Alasan mereka bermacam-macam, salah satunya    adalah mereka malu bila doanya didengar oleh orang lain karena    kata-katanya tidak bagus. Bila kita teliti alasan itu, maka kita    dapat menyimpulkan bahwa keengganan mereka itu dapat dimaklumi.    Dari kata-kata yang diucapkan dalam doa mereka, secara tidak    disadari sebetulnya mengungkapkan apa yang ada di dalam hati dan    pikiran. Dengan kata lain, hakikat doa adalah memancarkan    mengenai sikap kepada dan keyakinan kita akan Allah.

Dua perumpamaan yang Yesus ajarkan juga berhubungan dengan    hakikat doa. Dalam perumpamaan yang pertama (ayat memberi+perintah+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">1-8), permasalahan    yang diajukan bukannya seorang Kristen harus berteriak kepada    Allah agar dibela. Namun permasalahannya adalah ketika Kristen    berteriak kepada Allah dan Ia tidak menjawab dan tidak bertindak    apa-apa, maka hatinya tergoda untuk memutuskan, tidak perlu    meminta kepada Allah karena Ia tidak memperhatikan. Namun    perintah Kristus sangat jelas yaitu bahwa Kristen harus berdoa    dengan tidak jemu-jemu. Berhenti berdoa berarti kita meragukan    kebaikan dan pemeliharaan Allah.

Perumpamaan yang kedua (ayat memberi+perintah+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">9-14) juga menyatakan bahwa doa    disadari atau tidak mengungkapkan apa yang kita pikirkan tentang    diri kita sendiri. Hal ini dapat merupakan sesuatu yang salah    seperti yang diungkapkan dalam doa seorang Farisi. Lalu,    bagaimanakah kita seharusnya berdoa secara benar dan dikenan    Tuhan? Kita sudah belajar dalam "Doa Bapa Kami" tentang doa yang    benar seperti yang diajarkan oleh Yesus sendiri. Namun ada satu    hal yang perlu kita ingat yaitu bahwa dalam doa kita, harus    terungkap sikap ketergantungan kita secara tulus kepada Allah,    seperti sikap seorang anak kecil yang bergantung total kepada    orangtuanya.

Renungkan: Perumpamaan ini tidak dimaksudkan untuk mendukung    mereka yang tidak malu berdoa di depan umum. Sebaliknya    perumpamaan ini mempertegas bahwa doa bukanlah suatu hal yang    dapat disepelekan.  Oleh karena itu kita harus belajar berdoa    dengan serius yaitu  doa yang berkenan di hadapan-Nya.

(0.80) (Luk 1:17) (full: ROH DAN KUASA ELIA. )

Nas : Luk 1:17

Dalam banyak hal, Yohanes akan mirip dengan nabi Elia yang berani itu

(lihat cat. --> Mal 4:5).

[atau ref. Mal 4:5]

Karena dipenuhi Roh Kudus (ayat Luk 1:15), Yohanes akan menjadi seorang pengkhotbah yang memberitakan kebenaran moral (Luk 3:7-14; Mat 3:1-10). Ia akan mempertunjukkan pelayanan Roh Kudus dengan berkhotbah tentang dosa, kebenaran, dan penghakiman

(lihat cat. --> Yoh 16:8).

[atau ref. Yoh 16:8]

Ia akan membalikkan hati "orang yang tidak taat kepada hikmat orang benar"

(lihat cat. --> Mat 11:7).

[atau ref. Mat 11:7]

Ia tidak akan berkompromi dengan suara hatinya atau membengkokkan prinsip-prinsip alkitabiah hanya demi jabatan atau keamanan pribadi (Luk 3:19-20; Mat 14:1-11). Ia akan taat kepada Allah dan tinggal setia terhadap seluruh kebenaran. Pendeknya, Yohanes akan menjadi seorang "hamba Allah".



TIP #16: Tampilan Pasal untuk mengeksplorasi pasal; Tampilan Ayat untuk menganalisa ayat; Multi Ayat/Kutipan untuk menampilkan daftar ayat. [SEMUA]
dibuat dalam 0.09 detik
dipersembahkan oleh YLSA