(1.00) | (Mzm 102:1) |
(sh: Doa di dalam penderitaan (Rabu, 17 April 2002)) Doa di dalam penderitaanDalam penderitaan, orang beriman tidak saja boleh meratap, tetapi berhak berdoa dan berharap kepada Tuhan yang kekal memerintah (ayat ketinggian-Nya&tab=notes&exact=on" vsf="TB" ver="">12), dan berbelas kasih (ayat ketinggian-Nya&tab=notes&exact=on" vsf="TB" ver="">13). Mazmur ini sekaligus berisikan hal-hal tersebut dan merupakan jalinan identifikasi antara doa pribadi dan doa umat. Besar kemungkinan doa pribadi yang mengidentifikasikan diri dengan umat ini dipanjatkan oleh raja walau bisa juga oleh orang biasa. Dalam doa ini, kita melihat gerak timbal balik semacam dialog antara pendoa menyadari keadaan dirinya (ayat ketinggian-Nya&tab=notes&exact=on" vsf="TB" ver="">1-11,23-24) dan pendoa menyadari hal-hal tentang diri Allah (ayat ketinggian-Nya&tab=notes&exact=on" vsf="TB" ver="">12-22,25-28). Inilah doa yang benar. Pendoa tidak tenggelam dalam masalahnya saja, tetapi membuka diri bagi sorotan kebenaran tentang diri dan maksud Allah.
Pemazmur mulai dengan menaikkan permohonan (ayat ketinggian-Nya&tab=notes&exact=on" vsf="TB" ver="">1-2) agar Allah
mendengarkan ratapannya. Kekekalan Allah bukan kekekalan yang
membuat-Nya tidak peduli akan apa yang terjadi di dunia ini.
Keterlibatan Allah membuat pemazmur bisa memohon agar Allah
mendengarkan, tidak menyembunyikan wajah-Nya (ayat Renungkan: Semuanya tidak saja fana, tetapi juga akan binasa, kecuali mereka yang berharap pada kasih setia kekal Allah. |