Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 20 dari 78 ayat untuk hukuman mati AND book:[40 TO 66] AND book:40 (0.002 detik)
Pindah ke halaman: 1 2 3 4 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Mat 27:2) (jerusalem: Pilatus) Var: Pontius Pilatus. Bdk Luk 3:1+. Roma di Yudea (dan di segala daerah) mengkhususkan bagi dirinya wewenang untuk menjalankan hukuman mati. Maka orang-orang Yahudi harus menghadap wali negeri, supaya keputusan mereka sendiri disyahkan dan dilaksanakan.
(0.98) (Mat 27:59) (jerusalem: kain lenan yang putih bersih....kubur yang baru) (Mat 27:60) Kedua hal itu menonjolkan bahwa Yesus dikubur dengan khidmat. Kubur yang baru itu juga menerangkan, mengapa Yesus dapat dikubur, sebab seseorang yang menjalani hukuman mati tidak boleh dikubur dalam kubur yang sudah dipakai, kalau-kalau mayat orang hukuman itu menajiskan tulang-tulang orang benar, yang dikubur di situ.
(0.95) (Mat 27:2) (ende: Pilatus)

Namanja genap "Pontius Pilatus". Ia wakil pemerintahan Romawi atas Judea dari tahun 26 sampai tahun 56. Pangkatnja disebut "Prokurator", jang dapat diterdjemahkan dengan "gubenur" atau "wali negeri". Orang Jahudi "menjerahkan" Jesus kepadanja sebab di daerah-daerah djadjahan hanja pemerintah Romawi berhak mendjatuhkan hukuman mati dan melaksanakannja. Mereka biasa menjalibkan pendjahat-pendjahat sedangkan orang Jahudi biasa meradjamnja.

(0.87) (Mat 9:23) (ende: Ribut)

Orang sedang meratap-tangisi anak jang benar-benar telah mati.

(0.87) (Mat 26:47) (sh: Ganjaran yang mendatangkan selamat ditimpakan kepada Dia (Senin, 9 April 2001))
Ganjaran yang mendatangkan selamat ditimpakan kepada Dia

Imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi dan Imam Besar menganggap Yesus musuh besar dan berbahaya, sehingga perlu melibatkan Yudas untuk membuka jalan, perlu senjata lengkap dan perlu serombongan besar orang. Yesus sama sekali tidak mengadakan perlawanan meski sebenarnya Ia memiliki kuasa. Bahkan Ia melarang murid-murid-Nya untuk melawan dengan pedang. Ia mengatakan kepada para penangkap itu bahwa apa yang terjadi adalah untuk menggenapi nubuat kitab para nabi. Oleh sebab itu Yesus rela digiring mereka ke Mahkamah Agama.

Kemudian mereka menggelar sidang 'pengadilan' atas diri Yesus dengan mendatangkan orang-orang untuk memberikan kesaksian palsu agar Yesus dapat dijatuhi hukuman mati. Berbagai tuduhan ternyata tidak dapat menyatakan kesalahan Yesus. Sampai pada puncak pertanyaan yaitu tentang kemesiasan Tuhan Yesus. Suatu tantangan yang sulit. Kalau Yesus menjawab bahwa Ia Mesias, pasti Ia akan menerima hukuman. Bagi orang Yahudi kedatangan Mesias, Sang Penyelamat, bukan seperti yang dilakukan oleh Yesus. Kalau Ia menjawab 'bukan' Ia akan terlepas dari ancaman hukuman mati, tetapi berarti Ia menyangkali keberadaan diri-Nya yang sebenarnya. Dengan jelas Yesus menyatakan 'ya' bahkan Ia bukan saja sebagai Manusia Yesus tetapi Ia adalah Anak Manusia. Yesus membukakan siapa diri-Nya yang saat ini menjadi pesakitan di hadapan pengadilan Mahkamah Agama. Ia adalah 'Anak Manusia' yang mempunyai kedudukan tinggi yakni di sebelah kanan Yang Maha Kuasa. Sebutan Anak Manusia bagi orang Yahudi adalah sebutan yang menunjuk pada seseorang yang dianugerahi kuasa dan kemuliaan kekal, Dialah Sang Penyelamat, Mesias. (Dan.7:13-14). Pernyataan ini menunjukkan keilahian dan kemesiasan Yesus. Tetapi Mesias datang bukan sebagai 'raja dunia', sebab Ia Raja atas segala raja. Ia datang ke dunia untuk menyatakan diri Allah, kehendak Allah, dan rencana Allah dalam tubuh Manusia Yesus yang tanpa dosa namun diganjar sedemikian hina demi pengampunan dosa.

Renungkan: Jalan derita ditempuh Yesus agar Anda dan saya lepas dari penderitaan kekal. Biarlah Yesus yang saat ini duduk di sebelah kanan yang Maha Kuasa menerima puji dan sembah kita

(0.87) (Mat 26:39) (full: BIARLAH CAWAN INI LALU. )

Nas : Mat 26:39

Yang dimaksudkan oleh Yesus dengan "cawan ini" telah menjadi pokok pembahasan yang panjang lebar.

  1. 1) Belum tentu Kristus sedang berdoa agar dibebaskan dari kematian jasmaniah, karena Ia sudah membulatkan tekad untuk mati karena dosa manusia (bd. Mr 10:33-34; Luk 9:51; Yoh 12:24,27; Ibr 10:5-9).
  2. 2) Lebih besar kemungkinannya Ia sedang berdoa agar dibebaskan dari hukuman perpisahan dari Allah, hukuman yang tertinggi atas dosa. Kristus berdoa agar kematian jasmani-Nya dapat diterima sebagai harga tebusan yang penuh bagi dosa-dosa umat manusia. Akan tetapi, Ia tetap memohon, "tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki". Lalu Yesus menyerahkan diri-Nya untuk mengalami kematian jasmani dan pemisahan rohani dari Bapa-Nya di sorga agar dapat menyediakan keselamatan kita (bd. Mat 27:46). Doa-Nya itu "didengarkan" karena Bapa-Nya menguatkan Dia untuk meminum cawan yang sudah ditetapkan (lih. Ibr 5:7).
(0.87) (Mat 20:28) (jerusalem: menjadi tebusan) Dosa manusia mengakibatkan bahwa manusia berhutang terhadap keadilan ilahi, sehingga harus menjalani hukuman mati yang dituntut oleh Hukum, bdk 1Ko 15:56; 2Ko 3:7,9; Gal 3:13; Rom 8:3-4 serta catatan-catatan yang bersangkutan. Untuk membebaskan manusia dari perbudakan dosa dan maut, Rom 3:24+, maka Yesus membayar uang tebusannya dengan menumpahkan darahNya sendiri, 1Ko 6:20; Mat 7:23; Gal 3:13; Gal 4:5, serta catatan-catatan yang bersangkutan, ialah dengan mati akan ganti mereka yang berhutang, sebagaimana dinubuatkan tentang "Hamba Tuhan", Yes 53. Kata Ibrani yang diterjemahkan dengan "banyak orang", Yes 53:11 dst., memperlawankan jumlah besar orang yang ditebus dengan Penebus yang hanya seorang, tetapi tidak mengatakan bahwa jumlah orang yang ditebus hanya kecil saja, Rom 5:6-21. Bdk Mat 26:28+
(0.87) (Mat 12:38) (sh: Melakukan kehendak Bapa (Minggu, 30 Januari 2005))
Melakukan kehendak Bapa

Pesan penting tiga bagian nas kita hari ini sangat mengejutkan. Meminta tanda, mengalami sebagian kenyataan Kerajaan Allah tidak cukup. Yesus ingin agar orang menjadi bagian dari keluarga Allah dengan melakukan kehendak Allah yaitu menyambut Ia ke dalam kehidupan mereka.

Meminta tanda adalah bukti bahwa mereka jahat dan tidak setia (ayat 39), Yesus telah memberikan tanda, tetapi tidak dilihat orang Farisi. Karena itu, Yesus hanya memberi mereka tanda Yunus. Seperti Yunus "mati" dan bangkit dari perut ikan, Yesus pun akan mati dan bangkit. Jika pesan Yunus disambut dengan pertobatan Niniwe, lebih lagi pesan dan pelayanan Yesus seharusnya disambut juga dengan pertobatan. Contoh lain sikap responsif itu adalah sikap ratu dari selatan yang menjumpai Salomo dan belajar hikmat darinya (ayat 42). Itulah yang kini Yesus tuntut dari mereka. Segala pengalaman ajaib, bahkan mengalami kenyataan pengusiran setan sekali pun tidak memadai. Kekerasan hati yang tidak mau tunduk kepada Yesus akan membuat orang yang sudah mengalami pengusiran setan, kembali dirasuk dengan roh jahat (ayat 43-45). Kekerasan hati demikian akan mengakibatkan mereka mengalami hukuman kekal. Kebebalan mereka kelak akan dihakimi serius sebab Niniwe dan ratu selatan yang kafir saja berespons sepositif itu.

Jadi manusia hanya memiliki dua pilihan, yakni menyembah Allah yang dikenal dalam Yesus atau tetap menjadi budak iblis. Menolak Yesus berarti menolak kehendak Allah. Penolakan terhadap kehendak Allah untuk menyelamatkan manusia dari dosa mengakibatkan hal lebih buruk menimpa hidup manusia. Sebaliknya, menerima kehendak penyelamatan Allah dalam Yesus berarti masuk sebagai anggota keluarga Allah. Ketertarikan pada hal-hal ajaib saja tidak merupakan bukti kuat seseorang sudah di pihak Allah. Keberpihakan pada Yesus, itulah yang menentukan nasib kekal manusia.

Renungkan: Anda hanya sekadar tertarik pada hal-hal tentang Yesus, atau sungguh memiliki Dia dalam hidup Anda?

(0.87) (Mat 27:11) (sh: Makin terfokus ke salib (Kamis, 24 Maret 2005))
Makin terfokus ke salib


Dari pengadilan Kayafas Yesus dibawa ke pengadilan Pilatus (ayat 2). Karena mahkamah agama gagal menemukan kesalahan Yesus dan hak untuk menjatuhkan hukuman mati ada di tangan orang Romawi, Yesus harus diadili oleh Pilatus. Di hadapan mahkamah agama Yesus harus menghadapi tuduhan-tuduhan pelecehan agama. Di depan Pilatus orang-orang Yahudi melontarkan tuduhan yang bersifat politis (ayat 11).

Yesus dituduh mengklaim diri-Nya adalah raja (ayat 12). Tuduhan itu menempatkan Yesus dalam posisi pemberontak. Jawab Yesus: "Engkau sendiri mengatakannya," (ayat 11) mengandung dua maksud. Pertama, menegaskan bahwa Ia tidak pernah mengklaim diri sebagai raja politis. Kedua, secara tidak langsung Ia menerima pernyataan bahwa Ia adalah raja, yaitu raja dalam kaitan dengan Kerajaan Allah. Sayang ucapan Pilatus itu bukan pengakuan iman, tetapi bagian dari siasat ingin menghukum Yesus. Sesudah dialog singkat ini, Yesus tidak lagi menjawab tuduhan dan pertanyaan Pilatus. Yesus tidak memberikan pembelaan sedikit pun atas diri-Nya (ayat 14). Dengan berdiam diri jelas Yesus menunjukkan keengganan-Nya untuk meladeni tuduhan-tuduhan palsu dan pengadilan bengkok tersebut. Sikap diam Yesus ini menggenapi nubuat Yesaya tentang hamba yang menderita (Yes. 53:7). Sikap diam Yesus bukan sikap pasif yang pasrah kepada keadaan melainkan sikap aktif memfokuskan diri-Nya kepada kehendak Allah.

Seluruh sikap dan tindakan Yesus ini serasi dengan keputusan doa-Nya di Getsemani yaitu menenggak cawan murka Allah yang menghasilkan penyelamatan. Yesus memfokuskan penuh hidup-Nya ke salib. Peristiwa-peristiwa lain dalam pengadilan Pilatus pun mengalir ke fokus yang sama. Meskipun Pilatus telah ditegur oleh istrinya, sikapnya yang lebih mementingkan kuasa daripada kebenaran membuat dia menggiring Yesus ke salib (ayat 19-26).

Renungkan: Sikap diam seperti halnya taat sampai mati di kayu salib bukan kekalahan, tetapi awal dari kemenangan.

(0.87) (Mat 27:27) (sh: Derita Yesus dahsyat tak terselami (Jumat, 25 Maret 2005))
Derita Yesus dahsyat tak terselami


Kisah ini memaparkan tiga aspek penderitaan yang Yesus alami. Tak ada manusia biasa mampu seperti Yesus menanggung penderitaan fisik yang begitu kejam, penderitaan karena penolakan orang-orang yang dikasihi-Nya, dan penderitaan rohani ketika Allah memperlakukan Dia sebagai orang berdosa. Yesus rela menanggung semua itu demi menaati kehendak Allah dan kasih-Nya kepada manusia.

Penyaliban adalah salah satu bentuk hukuman mati yang paling sadis yang pernah diciptakan manusia. Tujuan penyaliban itu adalah membuat terhukum mati perlahan-lahan dalam penderitaan yang tak tertahankan. Berbagai penyiksaan baik sebelum maupun selama penyaliban harus Ia tanggung (ayat 27-37). Namun, penderitaan fisik ini belum seberat dua aspek penderitaan berikutnya. Penderitaan penolakan yang Yesus tanggung berasal dari para lawan-Nya maupun orang banyak yang dulu pernah menikmati pelayanan kasih-Nya (ayat 39-44). Jurang terdalam penderitaan rohani Yesus adalah ketika Ia berteriak: "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (ayat 45-46). Tak seorang pun mampu menyelami penderitaan yang Yesus alami itu. Siksa keterpisahan manusia dari Allah dalam neraka kelak, itulah yang mungkin Yesus rasakan saat itu.

Kedahsyatan penderitaan Yesus terungkap dalam berbagai gejala alam dan kejadian mengerikan yakni langit menjadi gelap, kubur terbuka, gempa bumi, dan tercabiknya tabir Bait Suci yang memisahkan ruang kudus dan ruang maha kudus. Gejala-gejala ini menyatakan bahwa segenap realitas ciptaan Allah tergoncang oleh dahsyatnya kematian Yesus. Namun, penderitaan Yesus ini membuahkan hasil yang tak mungkin dapat manusia impikan sebelumnya. Kekuatan dosa dan maut telah dihancurkan oleh kematian Yesus. Sejak saat itu manusia tidak perlu lagi hidup jauh dari Allah.

Renungkan: Semua pemisah manusia dari Allah telah Yesus singkirkan melalui kematian-Nya. Seharusnya kita kini bebas menikmati hadirat Allah dalam tiap saat kehidupan kita.

(0.86) (Mat 27:26) (full: YESUS DISESAHNYA. )

Nas : Mat 27:26

Inilah tahap keempat dari penderitaan Yesus Kristus.

  1. 1) Penyesahan cara Romawi dilakukan dengan melucuti pakaian korban serta merentangkan tubuhnya pada sebuah tiang atau membungkukkan tubuhnya di atas sebuah tiang yang pendek dengan tangannya diikat. Alat penyesahnya adalah sebuah gagang kayu pendek dengan beberapa tali kulit di ujungnya. Pada ujung tali kulit itu telah diikatkan potongan-potongan kecil besi atau tulang. Dua orang yang berdiri sebelah-menyebelah korban itu akan memukul punggungnya. Sebagai akibatnya, daging punggung korban akan tersayat-sayat demikian rupa sehingga pembuluh-pembuluh darah dan urat nadi, bahkan tidak jarang organ-organ yang ada di dalam tubuh dapat dilihat dari luar. Sering korban sudah mati sementara penyesahan masih dijalankan.
  2. 2) Penyesahan merupakan penyiksaan yang mengerikan. Ketidakmampuan Yesus untuk memikul salib-Nya sendiri pastilah disebabkan oleh hukuman yang berat ini (ayat Mat 27:32; Luk 23:26). "Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh" (Yes 53:5; 1Pet 2:24). (Mengenai tahap kelima dari penderitaan Yesus,

    lihat cat. --> Mat 27:28).

    [atau ref. Mat 27:28]

(0.86) (Mat 11:20) (sh: Bertelinga tetapi tidak mendengar, mempunyai mata namun tidak melihat. (Selasa, 20 Januari 1998))
Bertelinga tetapi tidak mendengar, mempunyai mata namun tidak melihat.

Demikianlah dikatakan Yesus tentang kota-kota Betsaida, Khorazim, dan Kapernaum, yang telah menikmati banyak mukjizat Tuhan Yesus. Mereka senang menerima berkat Tuhan, tetapi tidak mau menerima sumber berkat itu sendiri. Itu sebabnya Tuhan Yesus mengecam dengan pedas, "Celakalah kamu, celakalah kamu, kota yang harus diturunkan ke neraka". Hukuman Sodom akan lebih ringan daripada orang-orang yang menolak Tuhan Yesus.

Air sejuk bagi orang yang haus di padang pasir. Yesus membeberkan keberadaan kota-kota itu, agar mereka menyadari dan mengenali dirinya serta tahu apa dan siapa yang dibutuhkannya. Seseorang yang belum menyadari dirinya mengidap kanker ganas tidak akan pernah sungguh-sungguh mencari dokter. Ketika sinar rontgen membuktikan, barulah ia segera mencari pertolongan. Undangan Yesus itu ibarat air sejuk bagi orang yang akan mati haus di padang gurun. Berbahagialah kita yang telah menikmati kelegaan dan ketenangan dari Tuhan Yesus. Jadilah murid-murid yang mau taat belajar dan rela memikul kuk yang dipasang untuk kita.

Doa: Jauhkanlah kami dari hati yang senantiasa mencari berkat. Tolonglah agar bergantung pada sumber berkat itu sendiri, Amin.

(0.86) (Mat 24:1) (sh: Yesus dan akhir zaman (Senin, 7 Maret 2005))
Yesus dan akhir zaman


Mulai pasal ini Yesus mengajar tentang akhir zaman. Ia menubuatkan kehancuran Bait Allah yang begitu megah dan mulia (ayat 2). Ini digenapi ketika Romawi di bawah pemerintahan Titus menghancurkan Yerusalem termasuk Bait Allah di dalamnya. Mereka yang menolak Kristus harus menuai hukuman atas kebebalan hati mereka sendiri. Ini baru semacam cicipan dari akhir zaman yang sesungguhnya, saat Kristus akan datang sebagai Hakim yang menghancurkan bukan hanya Yerusalem, melainkan semua yang tetap hidup dalam kejahatan. Kemegahan dan kemuliaan lahiriah tidak akan bertahan, karena Bait Allah yang sesungguhnya adalah diri Tuhan Yesus sendiri yang sudah dikurbankan, mati di kayu salib, dan bangkit pada hari yang ketiga.

Beberapa tanda akhir zaman menurut Tuhan Yesus:

1) Timbulnya Mesias palsu dan para nabi palsu. Mereka diizinkan meniru hal-hal yang Tuhan pernah lakukan sehingga menyesatkan banyak orang (ayat 4-5).

2) Peperangan akan melanda bangsa-bangsa (ayat 6). Ini menyatakan bahwa tanpa Kristus mustahil mencapai kedamaian dunia yang sejati. Yang ada hanyalah kebencian dan gila kuasa.

3) Bumi yang kita diami akan semakin tidak bersahabat dengan manusia (ayat 7b). Manusia dalam keserakahannya sudah menguras, mengeksploitasi, dan akhirnya menghancurkan alam yang seharusnya dikelola dengan baik.

4) Orang-orang percaya akan dibenci bahkan dianiaya dan dibunuh dan mereka yang bukan orang percaya sejati akan disaring, mereka akan meninggalkan Tuhan (ayat 10). Namun, Tuhan akan memberikan kekuatan bagi orang percaya untuk dapat bertahan (ayat 13).

5) Nabi-nabi palsu bermunculan.

6) Kasih manusia akan menjadi dingin (ayat 12). Akan tetapi,

7) Injil akan diberitakan di seluruh dunia.

Renungkan: Di setiap peringatan keras Yesus selalu berdengung panggilan kasih-Nya agar orang menyambut Ia. Di setiap pewartaan kabar baik dari Yesus selalu berdengung peringatan keras bahwa hukuman kekal akan menimpa orang yang tidak menyambut-Nya.

(0.86) (Mat 27:1) (sh: Berapa harga nyawa Anda? (Rabu, 23 Maret 2005))
Berapa harga nyawa Anda?


Uang dapat membuat manusia silau, juga bisa membuatnya gelap mata sehingga menghalalkan berbagai perbuatan nista dan keji untuk mendapatkannya. Yudas yang serakah akan uang (Yoh. 14:4-6) dan yang kecewa bahwa pengharapan mesianis duniawinya tidak sesuai dengan misi Yesus, menjual Yesus seharga 30 keping perak. Nilai 30 keping perak sama dengan upah makan 120 hari seorang pegawai pada zaman ini. Sungguh suatu penghinaan sebab nyawa manusia mana pun tidak dapat dinilai dengan uang. Namun, penghinaan ini justru menegaskan betapa mahalnya pengurbanan Yesus, yang adalah Pencipta langit dan bumi.

Yudas menyesali perbuatannya setelah dia tahu bahwa Yesus akhirnya dijatuhi hukuman mati (ayat 3). Dia juga sadar telah berdosa karena menyebabkan seseorang yang tidak bersalah menanggung hukuman (ayat 4). Yudas sangat menyesal dan berusaha menutupi rasa bersalahnya dengan mengembalikan 30 keping perak tersebut (ayat 5). Namun, penyesalannya terlambat! Juga tidak membawa dia kepada pertobatan karena ia tidak mencari pengampunan Tuhan melainkan mencoba mengatasi rasa bersalahnya dengan bunuh diri (ayat 5).

Semua yang terjadi pada Yesus ini adalah penggenapan nubuat penyelamatan di PL. Dalam kedaulatan-Nya, Allah telah menjadikan dosa manusia sebagai alat perwujudan kasih karunia-Nya. Ini tidak berarti pembenaran terhadap perbuatan dosa Yudas. Ia tetap harus bertanggung jawab di hadapan Allah. Apa yang Yudas lakukan masih dapat terjadi pada masa kini. Misalnya, jika kita menjual identitas Kristen kita demi hal-hal seperti kedudukan, keuntungan, kenikmatan, dlsb. Kita perlu waspada agar tidak ada akar keinginan, konsep, sikap hidup yang salah yang dapat menjerat kita ke dalam tindakan dosa yang pada hakikatnya menjual Yesus kembali. Itu sama saja menjual nyawa sendiri.

Renungkan: Berapa harga nyawa Anda? Yesus sudah membayar harga tebusan nyawa kita dengan nyawa-Nya sendiri. Dia dapat menolong kita sungguh menghargai hidup.

(0.86) (Mat 27:32) (sh: Menderitaan tak tertanggungkan (Jumat, 13 April 2001))
Menderitaan tak tertanggungkan

Penyaliban adalah suatu bentuk hukuman yang sangat mengerikan. Bagi orang Roma, penyaliban hanya dikhususkan bagi para budak yang melakukan kesalahan, dan penjahat yang terjahat. Selain itu, penyaliban juga merupakan suatu penganiayaan yang dengan sengaja memperberat penderitaan dan menunda kematian. Melalui pengertian ini kita tahu bagaimana pemerintah Roma dan orang-orang Yahudi menempatkan keberadaan Tuhan kita Yesus Kristus. Mereka bisa saja menempatkan Yesus pada posisi itu, tetapi mereka tidak dapat memahami keberadaan Yesus yang sesungguhnya di tiang itu. Mereka tidak dapat menyamakan Yesus dengan kedua penjahat yang berada di sebelah kanan dan kiri Yesus yang harus disalib karena kejahatan yang mereka lakukan. Tetapi tidak demikian halnya dengan Yesus. Dia harus menderita di kayu salib untuk menggenapi perjuangan-Nya menghubungkan kembali persekutuan manusia dengan Allah yang terputus karena dosa. Yesus menderita karena kejahatan yang tidak Dia lakukan. Bahkan untuk kejahatan kita Yesus rela disiksa, disakiti, diolok, dihina, ditelanjangi, dibuat tak berdaya, hingga akhirnya di salib.

Kita diingatkan bahwa keterbuangan penderitaan yang dialami-Nya adalah hukuman Ilahi yang seharusnya ditanggung oleh dosa-dosa kita. Dia menenggak "cawan" murka Allah yang seharusnya menjadi bagian kita. Hingga akhirnya Dia harus mengorbankan nyawa- Nya, juga untuk kita. Kematian-Nya diiringi peristiwa dahsyat dimana bumi bergoyang, bukit batu terbelah, gelap gulita, kubur terbuka, orang mati bangkit! Mata dunia terbuka, bahwa kematian yang dialami-Nya bukanlah kematian manusia biasa.

Renungkan: Hendaklah mata hati dan iman kita pun tetap terbuka untuk melihat fakta bahwa persekutuan kita dengan Allah terjalin kembali karena Kristus, melalui kematian-Nya, telah mengangkut seluruh dosa- dosa kita.

Bacaan untuk Jumat Agung

Ulangan 16:1-8

Wahyu 1:4-8

Matius 26:17-30

Mazmur 116:12-19

Lagu: Kidung Jemaat 167

(0.85) (Mat 26:30) (sh: Dibunuh untuk bangkit, dikalahkan untuk menang (Sabtu, 7 April 2001))
Dibunuh untuk bangkit, dikalahkan untuk menang

Perjamuan malam diakhiri dengan pujian, Yesus segera menuju ke bukit Zaitun. Perbincangan Yesus dengan 11 murid seputar misi-Nya sebagai Juruselamat belum dipahami dengan benar oleh mereka. Sebentar lagi peristiwa yang begitu dahsyat akan memporakporandakan tim Yesus. Yesus sebagai pemimpin yang digambarkan sebagai Gembala akan dibunuh dan kawanan domba akan terceraiberai. Apa yang pernah dinubuatkan oleh nabi Zakharia beberapa saat lagi akan tergenapi. Sang pemimpin harus dibunuh. Bukan semata karena ulah Yudas dan para musuh-Nya sehingga Gembala itu dibunuh, bukan pula kemenangan telak mereka atas Gembala yang lemah dan tak berdaya. Tetapi Allah memang menetapkan bahwa Gembala yang akan menjadi Penyelamat kawanan domba itu harus mati dibunuh. Pembunuhan keji itu menunjukkan betapa dahsyatnya dosa yang menguasai manusia, betapa hebatnya murka Allah atas dosa dan betapa beratnya hukuman Allah atas dosa yang harus ditanggung oleh Sang Gembala, demi hidup kawanan domba-Nya dan seluruh umat manusia.

Murid-murid yang tidak memahami sedahsyat apa peristiwa yang bakal menggoncangkan iman mereka masih sempat menyanggah pernyataan Yesus. Menanggapi pernyataan mereka, Yesus memperingatkan bahwa Petrus yang merasa kuat justru yang akan menyangkal. Situasi sulit dan kondisi yang sangat berat akan dialami. Untuk sementara waktu mereka pasti dikalahkan, dihancurkan, dan digoncangkan karena Sang Pemimpin dibunuh. Pemaparan Yesus jelas dan lugas mengenai apa yang bakal terjadi pada waktu dekat dan apa yang akan terjadi sesudah semuanya selesai. Ia mempersiapkan diri-Nya dan murid- murid-Nya menghadapi peristiwa keji yang tak lama lagi terjadi. Namun tetap dengan pengharapan, Ia akan dibunuh tetapi Ia akan bangkit. Musuh-Nya hanya dapat membunuh tubuh manusiawi-Nya. Ia berjanji bahwa Ia pasti bangkit dan pergi ke Galilea ke tengah-tengah mereka.

Renungkan: Situasi dan kondisi sulit yang kita hadapi begitu mudah menggoncangkan iman kita dan menghancurkan tekad untuk mengikut Yesus. Kita harus hidup dalam pengharapan. Yesus yang mati adalah Yesus yang bangkit. Yesus yang dikalahkan adalah Pemenang. Dengan Dia kita hadapi hidup ini dalam iman dan pengharapan yang pasti.

(0.85) (Mat 8:22) (full: BIARLAH ORANG-ORANG MATI MENGUBURKAN ORANG-ORANG MATI MEREKA. )

Nas : Mat 8:22

Perkataan Kristus ini artinya, "Biarlah orang yang mati secara rohani menguburkan orang yang mati secara jasmani". Murid yang disebut dalam ayat Mat 8:21 rupanya ingin tinggal dengan ayahnya yang sudah tua sampai ayahnya meninggal dunia.

(0.84) (Mat 10:28) (full: NERAKA. )

Nas : Mat 10:28

Kata yang diterjemahkan "neraka" (Yun. _geenna_;

lihat cat. --> Yer 7:31)

[atau ref. Yer 7:31]

di dalam ayat ini menunjuk kepada suatu tempat penyiksaan abadi yang dipersiapkan bagi orang yang tidak percaya (bd. Mr 9:43,48). Alkitab mengajarkan bahwa hidup seseorang tidaklah berakhir pada saat kematian jasmani tetapi berlangsung terus, entah di hadapan Allah atau di tempat hukuman kekal. Perhatikan yang berikut tentang keadaan orang terhilang:

  1. 1) Yesus mengajarkan bahwa ada suatu tempat hukuman kekal bagi mereka yang bersalah di hadapan Allah (lih. Mat 5:22,29-30; 18:9; 23:15,33; Mr 9:43,45,47; Luk 10:15; 12:5). Tempat itu sungguh mengerikan karena hukuman itu tak ada henti-hentinya, tempat "api yang tak terpadamkan" (Mr 9:43), "api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya" (Mat 25:41), tempat "ratapan dan kertakan gigi" (Mat 13:42,50), tempat kaki tangan diikat dan terdapat kegelapan yang paling gelap (Mat 22:13) serta sengsara dan derita dan terpisah dari sorga (Luk 16:23).
  2. 2) Ajaran dalam surat kiriman pada hakikatnya sama. Para Rasul berbicara mengenai penghakiman Allah yang akan datang yang mengadakan pembalasan terhadap orang yang tidak taat kepada Injil (2Tes 1:5-9), mengenai pemisahan dari hadirat dan kemuliaan Tuhan (2Tes 1:9) dan mengenai pembinasaan semua musuh Allah (Fili 3:18-19; juga lih. Rom 9:22; 1Kor 16:22; Gal 1:9; 2Tim 2:12; Ibr 10:27; 2Pet 2:4; Yud 1:7; Wahy 14:10; 19:20; 20:10,14).
  3. 3) Alkitab mengajarkan bahwa hukuman atas orang yang berbuat kejahatan sudah pasti. Pengertian utamanya ialah kutukan, penderitaan, dan pemisahan dari Allah untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Orang Kristen mungkin menilai doktrin ini sulit dipahami atau tidak menyenangkan. Sekalipun demikian kita tetap harus tunduk kepada kekuasaan Firman Allah serta mempercayai keadilan dan keputusan Tuhan.
  4. 4) Kita harus senantiasa ingat bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya untuk mati agar tak seorang pun akan binasa (Yoh 3:16). Allah sama sekali tidak bermaksud atau ingin mengirim siapapun ke neraka (2Pet 3:9). Orang yang akhirnya masuk ke neraka adalah mereka yang selama hidup ini senantiasa menolak keselamatan yang disediakan oleh Allah (Rom 1:16-2:10). Kenyataan dan realitas neraka seharusnya membuat seluruh umat Allah sangat membenci dosa, senantiasa berusaha menyelamatkan jiwa-jiwa yang terhilang serta mengingatkan setiap orang mengenai hukuman Allah yang adil pada masa yang akan datang

    (lihat cat. --> Wahy 20:14).

    [atau ref. Wahy 20:14]

(0.84) (Mat 3:7) (ende: Orang parisi)

Mereka ini merupakan golongan Jahudi, jang terpandang paling "saleh" dan sebab itu sangat berpengaruh. Mereka memang pentjinta agama, hukum taurat dan adat-istiadat para nenek mojang, dan berusaha benar memenuhi segala sjarat-sjaratnja dengan teliti. Sebagian besar mereka adalah ahli taurat, jang dengan metodos tafsirannja menambah sjarat-sjarat hukum taurat dengan ratusan ketentuan dan larangan jang pitjik-pitjik. Tetapi kesalehan mereka dewasa itu terlalu bersifat lahiriah, tanpa tjinta. Jesus menamakan kesalehan itu kemunafikan, dan menjifatkan mereka (Mat 15:8) dengan menggunakan sabda Isaias (Yes 29:13) bahwa mereka menghormati Allah dengan bibirnja sedangkan hati mereka djauh dari padaNja. Mereka sangat sombong atas kesalehannja tetapi tjara berpikir dan sikap hidup mereka terlalu duniawi. Sebab itu mereka sukar dapat pertjaja akan seorang Mesias seperti Jesus, jang bukan dari golongan mereka; tidak beladjar padanja, malah berasal dari Galilea, sama sekali tidak berminat kepada politik untuk memerdekakan kaum Israel, kaum terpilih itu dari pendjadjahan orang kafir, dan jang adjaran dan tjita-tjitanja serba rohani, menurut roh kemiskinan, kerendahan hati dan penjangkalan diri. Hal ini mendjadi pokok-pangkal pertentangan mereka terhadap Jesus. "Orang saduki". Mereka menentang kesalehan dan tafsiran hukum kaum parisi, tetapi sehati dengan mereka dalam menentang dan mengedjar Jesus. Golongan itu sebagian besar terdiri dari imam-imam dan orang-orang kaja. Mereka boleh dikatakan orang rasionalis dan materialis, hidup mewah dan tidak pertjaja akan kebangkitan orang mati dan kehidupan abadi. Dalam politik mereka adalah oportunis dan sebab itu bersahabat dengan kaum pendjadjah.

(0.84) (Mat 5:21) (sh: Pembunuhan karakter? (Rabu, 5 Januari 2005))
Pembunuhan karakter?

Salah satu ciri kristiani yang harus nyata dalam hidup anak-anak Tuhan adalah sikapnya terhadap sesama manusia. Sikap tersebut harus berpadanan dengan bagaimana Tuhan bersikap terhadap manusia, ciptaan-Nya.

Hukum Taurat memberikan larangan `jangan membunuh.' Di balik perintah itu ada prinsip ilahi bahwa Tuhanlah yang memiliki hak atas hidup dan mati seseorang. Oleh sebab itu manusia harus menghargai hidup sesamanya. Jadi, Yesus menegaskan bahwa bukan hanya tindakan membunuh yang disebut sebagai dosa. Marah terhadap sesama, mengata-ngatai sesama manusia sebagai kafir atau jahil sudah dikategorikan pembunuhan (ayat 22). Istilah sekarang ialah pembunuhan karakter. Artinya, baik kemarahan maupun pembunuhan merupakan pelanggaran terhadap hukum Taurat yang keenam. Sikap demikian adalah sikap yang merendahkan sesama manusia yang adalah gambar Allah. Itu adalah sikap yang tidak manusiawi. Sikap sedemikian turut menghina Sang Pencipta. Maka Allah akan menghukum keras orang yang bersikap demikian.

Oleh karena Allah membenci sikap demikian maka pertobatan mutlak harus terjadi sebelum hidup kembali berkenan kepada-Nya. Jangan mengira ibadah diterima oleh Tuhan bila perilaku terhadap sesama salah (ayat 23-24). Allah akan membela orang yang diperlakukan tidak manusiawi. Jadi, sebelum orang tersebut mengadukannya kepada Allah dan hukuman dijatuhkan cepat-cepatlah berdamai (ayat 25-26).

Ingatlah menumpuk kemarahan dalam hati kita akan meracuni pikiran dan tindakan kita. Kemarahan dapat menyebabkan kita kehilangan kendali diri dan berbuat apa saja pada orang lain. Kita perlu belajar mengendalikan diri agar dapat meredam kemarahan dan tetap tenang. Itulah kunci kemenangan kita atas kemarahan!

Renungkan: Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota (Amsal 16:32).



TIP #14: Gunakan Boks Temuan untuk melakukan penyelidikan lebih jauh terhadap kata dan ayat yang Anda cari. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA