Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 14 dari 14 ayat untuk hati kita AND book:32 (0.001 detik)
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Yun 2:1) (sh: "Sepanjang jalan Tuhan pimpin" (Jumat, 14 Desember 2001))
"Sepanjang jalan Tuhan pimpin"

Ini adalah sebuah judul lagu yang ditulis oleh Fanny Crosby. Lagu ini ditulis sebagai ungkapan syukur atas pertolongan Tuhan yang ajaib, ketika ia mengalami masa-masa sulit. Yunus pun merasakan keajaiban pertolongan Tuhan, sehingga lahirlah sebuah untaian doa syukur yang sarat dengan kebenaran, meskipun dia berdoa di sebuah tempat yang sangat tidak lazim, yakni di dalam perut ikan! Pertama, doa ini diawali dengan sebuah pernyataan bahwa Tuhan telah menolongnya (ayat hati+kita+AND+book%3A32&tab=notes" ver="">2). Kedua, muncul ung-kapan pribadi Yunus yang menyatakan bagaimana Tuhan menyelamat-kannya dari ombak yang siap menguburnya di dasar laut (ayat hati+kita+AND+book%3A32&tab=notes" ver="">3-7). Ketiga, Yunus menjelaskan tentang mengapa Tuhan menolongnya (ayat hati+kita+AND+book%3A32&tab=notes" ver="">8-9).

Doa Yunus keluar dari hati yang penuh penyesalan. Yunus tidak hanya menunjukkan bahwa kesadaran tentang keberadaan diri yang berdosa membawanya pada kepasrahan dan kesediaan menanggung hukuman, tetapi juga pernyataan bahwa apa yang Tuhan lakukan atas dirinya adalah tindakan yang adil.

Ada tiga kebenaran dari untaian doa Yunus yang tidak hanya harus senantiasa kita ingat, tetapi juga menjadikannya bagian sikap hidup kita. Pertama, ingat bahwa Tuhanlah yang telah menolong kita, bukan harta, kekuasaan, atau kemampuan kita. Dalam segala kesusahan datanglah pada-Nya, "...carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Mat. 6:33). Kedua, ingatlah bagaimana Ia telah menolong kita. Dia menarik kita dari dosa dengan cara menyerahkan nyawa-Nya sendiri untuk kita. Seperti Yunus, kita pun siap "dikubur" dalam kesusahan dan dosa kita, namun tangan-Nya telah mengangkat kita keluar. Ketiga, ingatlah mengapa Tuhan menolong kita. Tuhan tidak pernah terpaksa menolong kita; Ia menolong karena Ia mengasihi kita.

Renungkan: Ada saatnya kita mengalami masa-masa yang sulit, yang menghancurkan hati, dan menimbulkan banyak kekecewaan. Ingatlah bahwa meskipun masa-masa tersebut Tuhan izinkan terjadi, Dia jugalah yang, karena kasih-Nya, memberikan pertolongan kepada kita.

(0.99) (Yun 1:1) (sh: Tuhan belum selesai (Kamis, 13 Desember 2001))
Tuhan belum selesai

Bagi orang Israel, Niniwe merupakan simbol kekejaman bangsa Asyur. Ke sanalah Tuhan mengutus Yunus untuk memberitakan peringatan Tuhan, peringatan yang membukakan peluang bertobatnya bangsa yang kejam itu.

Bagaimana respons Yunus? Menolak dan tidak rela! Ia berbalik arah dan pergi berlayar menuju Tarsis. Ia mengira dapat melarikan diri dari Tuhan. Bukankah ini suatu perkiraan yang keliru? Jika Yunus tidak rela melaksanakan tugas dari Tuhan, Tuhan pun tidak rela Yunus berbalik arah. Ia segera bertindak. Ia mengirimkan badai, yang oleh masyarakat saat itu diyakini sebagai akibat dosa terhadap Tuhan. Lalu, para pe-numpang kapal memutuskan untuk mengundi siapakah yang bertang-gung jawab atas malapetaka ini. Undian jatuh pada Yunus dan ia pun mengakui dosanya. Ia meminta mereka melemparnya ke laut agar ben-cana ini berlalu. Yunus berpikir, inilah akhir perjalanan hidupnya: be-rangkat sebagai nabi yang dipakai Tuhan, berakhir sebagai pelarian yang dibuang Tuhan; sekali lagi perkiraan yang keliru. Tuhan malah mengi-rimkan seekor ikan besar untuk menyelamatkan Yunus dari kematian.

Melalui perikop ini, kita belajar dua hal. Pertama, mata Tuhan tertuju pada semua bangsa, tidak hanya pada satu bangsa. Berbeda dengan kita yang selalu mengarahkan mata hanya kepada orang-orang tertentu; biasanya yang kita sukai, hormati, dan baik kepada kita. Tidak mudah untuk membagikan kasih Tuhan kepada orang yang tidak kita sukai, tidak kita hormati, dan tidak baik kepada kita. Tuhan meminta Yunus, dan juga kita, untuk mengasihi mereka yang tidak layak kita kasihi. Kedua, Tuhan belum selesai dengan kita. Diri kita adalah seum-pama bangunan yang masih belum selesai. Tuhan akan terus membentuk kita meski kadang kita melawan-Nya. Seperti Yunus, kita pun masih diberikan kesempatan menerima uluran tangan-Nya. Adakalanya Tuhan harus mengirimkan "badai" untuk menyadarkan kita. Tetapi, di tengah badai sekalipun, Ia tetap mengirimkan "ikan" untuk menyelamatkan kita.

Renungkan: Tuhan ingin agar kita memiliki mata-Nya dan hati-Nya. Maukah kita masuk ke dalam proses belajar mengasihi? Mari kita menyediakan diri kita senantiasa untuk dibentuk oleh Tuhan.

(0.97) (Yun 4:1) (sh: Perspektif Allah dan perspektif manusia (Minggu, 16 Desember 2001))
Perspektif Allah dan perspektif manusia

Yunus, seperti juga kita semua, seringkali buta terhadap diri sendiri. Yunus lupa bahwa Tuhan telah berbelas kasihan kepadanya dan bahwa ia dan orang-orang Niniwe adalah manusia yang tidak taat pada Tuhan. Anehnya, Yunus melihat bahwa hanya dia, bukan Niniwe, yang layak diselamatkan. Pandangan ini menyebabkan Yunus marah ketika melihat Tuhan mengampuni orang Niniwe. Bagi Yunus, misi sebenarnya adalah memproklamasikan peringatan Tuhan dan menyaksikan-Nya menghancurkan bangsa Asyur yang jahat itu.

Yunus tidak bisa menerima kenyataan jika karakter Tuhan yang baik juga dinikmati oleh bangsa yang jahat. Tuhan mengerti kondisi hati Yunus. Karena itu, untuk membuat Yunus mengerti hati- Nya, Ia membandingkan kasih-Nya kepada Niniwe dengan kasih Yunus kepada pohon jarak yang menaunginya. Kalau Yunus bisa begitu mengasihi pohon yang tidak ditanamnya dan hanya dekat dengannya selama satu malam, apalagi Tuhan terhadap 120.000 orang Niniwe.

Secara keseluruhan, kita belajar dua hal melalui Kitab Yunus. Pertama, Tuhan mengasihi semua manusia ciptaan-Nya, tanpa kecuali. Semua bangsa dan semua orang adalah objek kasih-Nya. Jika demikian faktanya, tidak ada yang dapat kita lakukan kecuali menerima dan berada dalam kasih Tuhan itu. Kedua, kita juga dapat menyaksikan besarnya kasih Tuhan kepada manusia.

Renungkan: Pahami setiap kata dalam lirik lagu ini, akuilah dengan jujur pengalaman Anda bersama Tuhan: "Ajaib benar, anugerah-Nya pembaru hidupku! 'Ku hilang buta bercela, oleh-Nya 'ku sembuh. Ketika insaf, 'ku cemas, sekarang 'ku lega. Syukur, bebanku t'lah lepas berkat anugerah" (KJ. 40).

PA 6: Yudas 1-25

Ketika seorang percaya menyatakan imannya kepada objek kepercayaannya, ia sedang meletakkan dasar keyakinan pribadinya yang menyangkut masalah kematian atau kehidupan kekal. Kehidupan orang percaya seumpama bangunan yang berdiri di atas suatu landasan. Suatu bangunan penting ditopang dengan fondasi yang teguh. Kita tidak dapat bekerja dalam bangunan atas iman yang kreatif, sebelum kita meletakkan dasar rohani yang tidak akan hancur di bawah tekanan-tekanan dan himpitan-himpitan yang dikenakan padanya. Oleh karena itu, kita perlu mempelajari esensi membangun iman di dalam surat ini.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Berita apa yang sebenarnya ingin ditulis oleh Yudas (ayat hati+kita+AND+book%3A32&tab=notes" ver="">3a)? Tetapi, ternyata di dalam perkembangannya, seruan apakah yang Yudas sampaikan di dalam suratnya (ayat hati+kita+AND+book%3A32&tab=notes" ver="">3b)? Mengapa Yudas menulis seperti itu (ayat hati+kita+AND+book%3A32&tab=notes" ver="">4)? Kebenaran apa yang Anda temukan di dalam perubahan maksud tulisan Yudas? Adakah hal lain yang lebih penting daripada hal tersebut di dalam kehidupan kita?

2. Di dalam menggambarkan kemungkinan kejatuhan orang percaya, tiga lukisan sejarah apakah yang Yudas lampirkan (ayat 5, 6, 7)? Karakter dan watak seperti apakah yang sedang kita lawan (ayat hati+kita+AND+book%3A32&tab=notes" ver="">8-9, 10, 11, 12-13)? Apa makna peringatan-peringatan itu bagi kehidupan pribadi kita?

3. Kebenaran apakah yang ingin disampaikan Yudas lewat kutipan apo-kaliptisnya (ayat 14-15)? Kesombongan dan nafsu seperti apakah yang mereka lakukan, sehingga mereka patut dihukum (ayat 19)? Peringatan apakah yang sebenarnya pernah disampaikan oleh para rasul terda-hulu (ayat 17-18, 19)? Kristen seperti apakah yang dapat dipengaruhi oleh penyesat?

4. Di dalam rangka membangun fondasi iman, usaha apa lagi yang dapat dikerjakan dalam waktu yang bersamaan (ayat 20-21, 22- 23)? Apa yang dimaksud dengan "berdoa dalam Roh Kudus" (ayat 20)? Allah seperti apakah yang kita imani, sehingga dapat menolong kita menggapai solusi hidup (ayat 24, 25)? Pelajaran tambahan apakah yang Anda temukan sendiri di luar bahasan Surat Yudas, namun yang memberikan stimu-lasi di dalam konteks membangun iman di atas dasar yang benar?

(0.96) (Yun 4:1) (sh: Sekali lagi, belas kasihan Allah! (Selasa, 15 Juli 2003))
Sekali lagi, belas kasihan Allah!

Yunus marah oleh karena Allah mengampuni orang Niniwe. Doanya penuh berisi ungkapan kemarahan (ayat hati+kita+AND+book%3A32&tab=notes" ver="">2-3). Ia merasa bahwa sikap Allah terhadap orang Niniwe adalah suatu kekeliruan yang fatal. Bagaimana boleh Allah mengampuni bangsa yang menjadi ancaman bagi umat-Nya sendiri! Allah pasti telah salah bertindak. "Aku protes Tuhan, dan lebih baik aku mati daripada hidup melihat tindakan Allah yang salah" (ayat hati+kita+AND+book%3A32&tab=notes" ver="">3). Kira-kira demikianlah isi protes Yunus yang mengklaim bahwa kota seperti Niniwe tidaklah sepantasnya hidup di dunia ini. Kemudian Yunus meninggalkan kota itu sambil menantikan apa yang akan terjadi terhadapnya, sebab ia beranggapan bahwa doa protesnya layak didengar Allah dan keputusan-Nya yang keliru harus dibatalkan atau paling tidak harus ditinjau kembali.

Barangkali seandainya kita adalah seseorang yang memiliki otoritas, maka protes seperti yang disampaikan oleh Yunus ini akan diabaikan begitu saja. Tetapi lain halnya dengan Allah. Ia berusaha memahami hati Yunus dan mencoba memberi pengertian melalui suatu pelajaran yang lembut. "Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu?" firman Allah kepada Yunus (ayat hati+kita+AND+book%3A32&tab=notes" ver="">9). Ternyata jawaban Yunus masih tetap seperti semula yakni marah sampai mati. Apakah sikap Yunus ini merupakan suatu dendam tak berujung karena tak termaafkan? Sepertinya memang demikian. Kemudian firman Allah yang berikutnya menyatakan kepada Yunus bahwa belas kasihan Allah kepada bangsa yang berdosa sangat besar, dan sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan manusia berdosa (seperti Yunus) yang membenci sesamanya.

Kitab Yunus ini tampaknya tidak hanya mau menyatakan universalitas kasih Allah tetapi juga menyingkapkan keberdosaan manusia termasuk umat Allah sendiri.

Renungkan: Di hadapan anugerah Allah, tidak sepatutnya kita beranggapan bahwa diri kita lebih baik dari pada orang lain.

(0.80) (Yun 1:8) (endetn)

Ditinggalkan menurut beberapa naskah terdjemahan Junani: "karena siapa gerangan bentjana ini menimpa kita".

(0.79) (Yun 1:7) (jerusalem: karena siapa kita ditimpa) Orang zaman dahulu berpendapat bahwa kehadiran seorang penjahat di kapal membahayakan semua penumpang.
(0.79) (Yun 2:7) (full: TERINGATLAH AKU KEPADA TUHAN. )

Nas : Yun 2:7

"Teringat" akan Tuhan artinya bahwa Allah menjadi kehadiran yang begitu hidup di dalam dan di sekitar kita sehingga kita dapat berseru kepada-Nya setiap saat dalam iman, pengharapan dan kasih (bd. Ul 8:18).

(0.78) (Yun 1:4) (full: ANGIN RIBUT. )

Nas : Yun 1:4

Allah mengirim badai besar di Laut Tengah untuk meyakinkan Yunus agar menaati panggilan-Nya. Karena ketidaktaatan Yunus, nyawa para pelaut di kapal itu terancam bahaya. Jikalau kita tidak sepenuhnya mengabdi kepada Allah dan kehendak-Nya bagi hidup kita, keluarga kita dan orang lain akhirnya akan menderita juga.

(0.77) (Yun 1:8) (jerusalem: karena siapa kita ditimpa oleh malapetaka ini) bagian ini tidak ada dalam terjemahan Yunani dan agaknya sebuah sisipan yang berasal dari Yun 1:7
(0.77) (Yun 2:1) (sh: Kasih setia Tuhan (Minggu, 13 Juli 2003))
Kasih setia Tuhan

Bila kita hanya membaca pasal pertama, tentu kita berpikir bahwa kisah Yunus berakhir menyedihkan. Karena menolak kehendak Allah, ia harus menanggung risiko mati. Kita lalu menarik kesimpulan bahwa setiap orang yang berani menentang Tuhan harus siap berhadapan dengan risiko hidup berakhir tragis. Kita memang tidak boleh bermain-main dengan kehendak Allah. Kisah Yunus masih berlanjut karena rencana Allah masih harus dilakukannya. Ia tidak mati sebab Allah mengutus ikan besar untuk menelan Yunus kemudian memuntahkannya ke darat (ayat hati+kita+AND+book%3A32&tab=notes" ver="">2:10).

Di dalam perut ikan itu -- di dalam kondisi yang bila terjadi pada orang lain pasti merupakan pengalaman maut -- lahirlah doa pertobatan dan syukur (ayat hati+kita+AND+book%3A32&tab=notes" ver="">4-9). Itulah keajaiban kasih setia dan anugerah Allah. Di dalam kedalaman samudera raya dan kegelapan maut dalam perut ikan, hidup dari Allah bekerja. Pengalaman ini juga kelak dipakai oleh Tuhan Yesus untuk secara terbatas melukiskan pengalaman-Nya memasuki dunia maut demi untuk memberi hidup kita manusia-manusia pendosa.

Kekuatan hidup dalam kisah Yunus dan dalam kurban Kristus, adalah bukti nyata kasih Allah untuk orang berdosa. Kasih itu masih terus bergulir dalam tindakan-tindakan misioner sepanjang zaman.

Renungkan: Kasih Allah yang luar biasa yang kita alami tidak pernah berdiri lepas dari maksud kekal Allah mengasihi dunia ini. Jangan hanya berhenti pada menikmati, teruskan dengan berbagi kasih Allah dengan sesama.


Bacaan untuk Minggu ke-6 sesudah Pentakosta

2Raja-raja; 4:8-16; Roma 6:1-11; Matius 10:37-42; Mazmur 89:1-4,15-18

Lagu: Kidung Jemaat 370

(0.77) (Yun 2:1) (full: BERDOALAH YUNUS. )

Nas : Yun 2:1-10

Inilah doa Yunus mohon kelepasan dari kematian dan ucapan syukurnya sesudah itu.

  1. 1) Di dalam perut ikan, ternyata ia masih hidup lalu berseru kepada Tuhan. Sekalipun ia merasa bahwa dirinya secara praktis sudah mati (ayat Yun 2:6), Tuhan mendengar doanya dan menyelamatkan nyawanya.
  2. 2) Orang percaya hendaknya jangan putus asa dalam situasi yang sangat buruk pun. Seperti Yunus, kita harus berseru kepada Allah mohon kemurahan dan pertolongan-Nya serta menyerahkan hidup kita ke dalam tangan-Nya.
(0.76) (Yun 1:7) (full: MARILAH KITA BUANG UNDI. )

Nas : Yun 1:7

Para pelaut mungkin memasukkan beberapa potongan kayu atau batu yang bertanda ke dalam sebuah wadah lalu salah satu kayu/batu diambil. Allah mengatur undian itu dan Yunus kena sebagai orang yang bersalah.

(0.76) (Yun 3:1) (sh: Jangan mengulangi kesalahan (Sabtu, 15 Desember 2001))
Jangan mengulangi kesalahan

Pertobatan bukan hanya penyesalan; pertobatan adalah perubahan. Konon, sebelum bertobat, Agustinus hidup dalam dosa bersama wanita yang bukan istrinya. Karena Tuhan mendengar doa ibunya, Monika, dan berbelas kasihan kepada Agustinus, maka ia bertobat. Ketika suatu hari Agustinus berjalan-jalan di pasar, wanita yang pernah dikencaninya memanggil-manggil namanya, "Agustinus! Agustinus!" Mendengar namanya dipanggil, tiba-tiba Agustinus berlari menjauh seraya berseru, "Aku bukan Agustinus! Bukan Agustinus!" Agustinus menyatakan bahwa Agustinus yang lama sudah tidak ada lagi.

Tuhan memberikan kesempatan kedua kepada Yunus. Kali ini Yunus taat. Ketika ia memberitakan peringatan Tuhan, sesuatu yang mengejutkan terjadi, terutama buat Yunus, yaitu bahwa seluruh rakyat Niniwe beserta rajanya menanggapi pemberitaan tersebut dan bertobat!

Sekali lagi kita melihat bagaimana keindahan pertobatan yang terangkai dalam suatu kebenaran, yaitu bahwa pertobatan terjadi karena Tuhan berinisiatif; Ialah yang "mengunjungi" Niniwe dan menyampaikan peringatan-Nya; Ialah yang mencari manusia, bukan sebaliknya. Kedua, pertobatan tidak akan terjadi jika manusia tidak mau mendengarkan suara Tuhan. Rakyat Niniwe masih menaruh hormat kepada Tuhan; Ketiga, pertobatan ditunjukkan melalui perubahan nyata. Raja Niniwe meminta rakyatnya untuk "berbalik dari tingkah lakunya yang jahat...". Banyak keadaan yang melahirkan penyesalan. Misalnya, penyesalan yang muncul sebagai akibat rasa malu, rasa takut, dan rasa bersalah. Namun, pertobatan tidak harus dilandasi oleh ketiga perasaan ini sebab sudah seyogianyalah pertobatan timbul dari (a) kesadaran akan kesalahan, (b) keinginan untuk melakukan yang benar di hadapan Tuhan, dan (c) tindakan nyata untuk mewujudkannya.

Renungkan: Sebagian aspek dari manusia lama kita memerlukan waktu untuk berubah. Ada yang memerlukan waktu singkat, ada juga yang memerlukan waktu panjang. Karena itu, jangan menyerah dan berkata, "Saya tidak mungkin berubah!" Itu bisikan Iblis yang harus kita lawan.

(0.75) (Yun 3:1) (sh: Belas kasihan Allah (Senin, 14 Juli 2003))
Belas kasihan Allah

Kejahatan Niniwe sampai di telinga Allah. Tetapi sebelum melaksanakan hukuman, Allah hendak memperingatkan mereka. Untuk itu Yunus diutus kembali. Yunus hanya menyampaikan berita penghukuman yang akan Allah jatuhkan, dan sama sekali tidak menyinggung agar mereka bertobat dari tingkah langkah mereka yang jahat (ayat hati+kita+AND+book%3A32&tab=notes" ver="">4). Hal ini menunjukkan bahwa kesediaannya adalah karena terpaksa. Ia memang lebih mengharap bangsa itu dihukum daripada bertobat dan diampuni. Tetapi yang di luar harapan Yunus justru terjadi. Bukan hanya raja dan rakyat yang berkabung tetapi juga binatang peliharaan.

Ada lagi hal lain yang mengejutkan dan yang kelak akan membuat Yunus protes kepada Allah. Di luar harapan Yunus, ternyata Allah menyesal ketika melihat pertobatan orang Niniwe. Karenanya Ia tidak jadi membinasakan mereka (ayat hati+kita+AND+book%3A32&tab=notes" ver="">10). Dilibatkannya binatang peliharaan untuk berkabung dan berpuasa mungkin dapat mengindikasikan bahwa orang Niniwe sendiri tidak yakin bahwa Allah akan sudi mengampuni mereka (ayat hati+kita+AND+book%3A32&tab=notes" ver="">7-8). Itulah sebabnya ada kemungkinan bahwa penyesalan Allah adalah sesuatu yang tidak diduga oleh orang Niniwe.

Sepertinya cerita ini banyak berisi hal-hal yang tidak terduga. Di satu sisi Yunus tidak menduga bahwa orang Niniwe akan meresponi pemberitaannya, dan di lain sisi orang Niniwe sendiri tidak menduga bahwa Allah akan merespons perkabungan mereka. Benarlah firman Tuhan yang disampaikan oleh nabi Yesaya: "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba (Yes. 1:18)."

Renungkan: Allah tidak pernah menolak mereka yang menyesali dosanya. Sekalipun kita merasa bahwa kita sudah sangat jauh dari Tuhan, tetapi sesungguhnya Ia tidak pernah berlambat-lambat untuk mendengar seruan umat-Nya.



TIP #24: Gunakan Studi Kamus untuk mempelajari dan menyelidiki segala aspek dari 20,000+ istilah/kata. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA