Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 3161 - 3180 dari 3315 ayat untuk harus bersaksi (0.006 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.02) (1Kor 15:45) (jerusalem: makhluk yang hidup) Harafiah: jiwa yang hidup. Sesuai dengan tradisi alkitabiah "jiwa" (Yunani: psikhe; Ibrani: nefesy, Kej 2:7) dalam pandangan Paulus adalah prinsip kehidupan yang menjiwai tubuh manusia, 1Ko 15:45. Ia merupakan "hidup" tubuh. Rom 16:4; Fili 2:30; 1Te 2:8; bdk Mat 2:20; Mar 3:4; Luk 12:20; Yoh 10:11; Kis 20:10, dll, atau "jiwanya yang hidup", 2Ko 1:23 (terj.: aku); ada kalanya "jiwa" berarti seluruh manusia, Rom 2:9; 13:1; 2Ko 12:15; Kis 2:41,43, dll. Tetapi jiwa itu hanya sebuah prinsip alamiah, 1Ko 2:14; bdk Yud 19, yang harus menyingkir terhadap "pneuma" (roh), supaya manusia menemukan hidup ilahi. Penggantian itu yang sudah dimulai selagi orang hidup di dunia ini berkat karunia ialah Roh Kudus, Rom 5:5+; bdk 1Ko 1:9+, sepenuhnya terwujud setelah orang meninggal dunia. Para filsuf Yunani mengharapkan bahwa jiwa tertinggi (nous) hidup terus dalam kebakaan, setelah akhirnya sama sekali dibebaskan dari tubuh. Tetapi agama Kristen hanya dapat memikirkan suatu kebakaan yang menyangkut pemulihan seluruh manusia, yaitu dengan dibangkitkannya tubuh oleh Roh Kudus, ialah sebuah prinsip ilahi yang diambil Allah dari manusia akibat dosanya, Kej 6:3; prinsip ilahi itu dikembalikan kepada manusia melalui persatuannya dengan Kristus yang dibangkitkan, Rom 1:4+; Rom 8:11+, yaitu Manusia sorgawi dan roh yang menghidupkan, 1Ko 15:45-49. Selanjutnya tubuh tidak hidup lagi "berjiwa", tetapi "berRoh" dan karenanya tidak fana lagi dan tidak dapat mati, 1Ko 15:53; tubuh menjadi mulia, 1Ko 15:43; bdk Rom 8:18; 2Ko 4:17; Fili 3:21; Kol 3:4, bebas dari ikatan jasmaniah seperti ada di dunia ini, Yoh 20:19,26, dan rupa tubuh juga berlainan sekali dari rupanya di dunia ini, Luk 24:16. Dengan arti lebih luas "jiwa" (psikhe) diperlawankan dengan tubuh dan dianggap pokok-pangkal budi pekerti dan perasaan, Fili 1:27; Efe 6:6; Kol 3:23; bdk Mat 22:37 dsj; Mat 26:38 dsj; Luk 1:46; Yoh 12:27; Kis 4:32; 14:2; 1Pe 2:1, dll (kalau demikian artinya kerap diterjemahkan dengan kata Indonesia: hati); bahkan "jiwa" dapat juga berarti: jiwa rohani yang tidak dapat mati, Mat 10:28,39 dsj; Kis 2:27; Yak 1:21; 5:20; 1Pe 1:9; Wah 6:9, dll.
(0.02) (1Raj 2:13) (sh: Singkirkan perasaan, emosi, dan rasa sungkan (Kamis, 27 Januari 2000))
Singkirkan perasaan, emosi, dan rasa sungkan

Keterlibatan orang yang kita kasihi atau orang yang pernah berjasa dan mempunyai kedudukan penting di masyarakat, sering menghalangi kita untuk bersikap tegas menolak dan memberantas hal-hal yang tidak benar.

Dalam perikop ini Salomo hampir terjebak dalam situasi seperti di atas ketika menghadapi Adonia dan Abyatar. Adonia memakai segala cara dan akal untuk menduduki takhta Daud, walaupun ia tahu bahwa Salomo menjadi raja karena kehendak Allah. Ia mengetahui bahwa salah satu penyebab kegagalan manuvernya adalah peran serta Batsyeba, istri yang paling dikasihi oleh Daud. Karena itu ia berpikir tentunya Salomo merasa berhutang budi kepada ibunya dan akan mengabulkan permintaannya seperti yang dilakukan oleh Daud. Namun hasilnya adalah Salomo dengan tegas menolak permintaan ibunya., karena ia tahu bahwa Adonia ingin mendapatkan legitimasi/pengesahan untuk kedudukannya dengan cara memperistri Abisag. Menurut tradisi zaman itu, memperistri istri raja sama dengan menduduki takhta raja (2Sam. 6:21-23). Karena itulah Salomo dengan tegas menolak, bahkan membunuh Adonia. Sebab tidak hanya kedudukan Salomo terancam, Adonia pun sudah meremehkan kemurahan Salomo dan menentang kehendak Allah. Hal yang demikian bila dibiarkan akan menimbulkan masalah yang lebih besar karena ia adalah orang besar.

Demikian juga terhadap Abyatar, Salomo memecat dan mengusirnya, walaupun ia pernah berjasa terhadap Daud. Alasan Salomo adalah mencegah preseden/contoh yang buruk bagi kelanjutan perjalanan bangsa Israel. Sebagai seorang imam, pastilah ia mempunyai pengaruh yang besar bagi masyarakat. Siapa pun, jika menentang kehendak Allah dan membahayakan stabilitas masyarakat harus ditindak tegas. Salomo memberikan teladan yang indah. Ia bertindak tidak berdasarkan perasaan, emosi, atau rasa sungkan, karena ia mampu melihat dengan jelas dan obyektif setiap permasalahan dan menempatkannya pada proporsinya.

Renungkan: Dalam menghadapi situasi seperti Salomo, Kristen seringkali menjadi lemah, berkompromi., dan cenderung mengorbankan masyarakat luas daripada menindaktegas orang-orang tertentu yang jelas bersalah. Melihat segala sesuatu secara obyektif, meletakkan setiap permasalahan pada porsinya dan berani bertindak tegas adalah tiga hal utama yang perlu ditumbuhkembangkan dalam masyarakat kita.

(0.02) (1Raj 4:21) (sh: Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan...? (Selasa, 1 Februari 2000))
Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan...?

Apa yang paling Anda inginkan dari Anda untuk diingat orang lain, setelah Anda meninggal nanti? Mungkin akan muncul berbagai jawaban: kebaikan, kesalehan, kepandaian ataupun kekayaan. Setelah Salomo meninggal, yang paling diingat oleh manusia sepanjang zaman adalah kebesarannya, kekayaannya, kepandaiannya, istri dan gundik yang banyak.

Wilayah kekuasaan Salomo begitu besar, mulai dari sungai Efrat sampai negeri orang Filistin dan sampai tapal batas Mesir. Tidak hanya itu, bangsa-bangsa lain pun memberi upeti kepada Salomo seumur hidupnya. Karena begitu besar kerajaannya, Salomo mempekerjakan banyak staf, ini berarti ia memerlukan jumlah makanan yang besar setiap harinya. Kedamaian mewarnai seluruh kerajaannya seumur hidupnya. Ia pun memiliki kuda yang begitu banyak dengan makanan yang terjamin. Bahkan kepandaian Salomo melebihi siapa pun dari bangsa-bangsa lain dan ia pun menguasai ilmu pengetahuan (ayat 32-34).

Secara singkat kebesaran Salomo dalam hal-hal di atas jauh melebihi Daud ayahnya. Namun sepanjang sejarah raja-raja Israel yang selalu menjadi tolok ukur di hadapan Allah adalah Daud. Allah tidak pernah menggunakan kebesaran yang dimiliki oleh Salomo sebagai tolok ukur bagi raja-raja selanjutnya. Tolok ukur yang Allah gunakan adalah kesetiaan dan ketaatan raja-raja Israel kepada perintah Allah. Daud sudah membuktikan kesetiaan dan ketaatannya kepada Allah Israel dan tidak pernah menyimpang daripada-Nya. Sebaliknya, Salomo di dalam kebesarannya telah menjauh dari apa yang digariskan Tuhan. Misalnya, seorang raja tidak boleh mempunyai banyak kuda (Ul. 17:16), tetapi Salomo melanggarnya; seorang raja harus menyuruh menulis salinan hukum-hukum Allah dan membacanya siang malam, tetapi Salomo tidak melakukannya. Artinya kebesaran dan kejayaan Salomo tidak mengandung nilai-nilai kekal dan illahi yang sesuai dengan tolok ukur Allah. Itulah sebabnya ia terkenal untuk hal yang lain.

Renungkan: Manakah yang ingin kita pilih, seperti Salomo dengan segala kebesarannya atau seperti Daud yang terkenal karena kesetiaan dan ketaatannya kepada Allah. Ataukah Anda ingin seperti kedua-duanya?

(0.02) (1Raj 16:29) (sh: Orang jahat bertambah jahat (Selasa, 29 Februari 2000))
Orang jahat bertambah jahat

Dosa kian merajalela di kerajaan Israel. Omri melakukan kejahatan lebih daripada pendahulunya. Ahab melakukan yang lebih jahat dari pendahulu dan lebih menyakitkan hati Tuhan dari 7 raja sebelumnya. Penyembahan berhala yang merambah ke seluruh Israel, Ahab pun mendirikan kuil Baal-Melqart yang dipuja di Sidon, kerajaan Izebel istrinya. Tambah lagi Ahab mendirikan patung dewi Asyera, dewi alam dan kesuburan. Penyembahan kepada Asyera adalah agar dewi ini memberikan hujan, menyuburkan tanah, dan menghasilkan panen besar.

Baal dalam bahasa Ibrani berarti `pemilik' atau `suami', dengan menambah-nambah penyembahan kepada Baal, berarti Ahab menolak Allah dengan lebih keji. Didirikannya mezbah untuk Baal di kuil Baal di Samaria, sebagai tandingan Rumah Allah di Yerusalem. Peringatan yang paling keras dari Yosua pun sudah dilanggar dengan membangun kembali Yerikho, kota yang dikutuk Allah melalui Yosua. Kita bisa menggambarkan begitu jahatnya umat Israel terhadap Allah dan betapa murkanya Allah terhadap tingkah laku umat-Nya.

Allah Pencipta dan Penguasa alam semesta tidak berdiam diri. Bila saat itu raja dan rakyat Israel mengharapkan kesuburan dari patung Asyera, justru Allah menghukum dengan tidak ada embun dan hujan beberapa tahun. Kekeringan pasti terjadi dan selanjutnya bala kelaparan. Hukuman ini menyatakan siapakah Allah sejati yang berkuasa atas alam semesta ini. Memang untuk sementara waktu tampaknya patung Asyera memberikan hasil panen yang luar biasa, sampai pada zaman Ahab kerajaan Israel cukup besar dan kaya Tetapi sesuai waktu Tuhan, Ia pasti membuktikan siapakah sebenarnya yang paling berkuasa atas alam ini. Kenikmatan hidup yang diperoleh di luar Tuhan hanya bisa dinikmati untuk sementara saja. Karena akan tiba waktunya Tuhan menyatakan siapakah sebenarnya sumber dan pemberi berkat bagi manusia di bumi ini.

Renungkan: Di saat Israel sedang menderita karena hukuman Tuhan, nabi Elia menikmati pemeliharaan Tuhan yang ajaib. Elia dipakai Tuhan untuk menyatakan kebenaran di tengah-tengah kebengkokan dan memperlihatkan kekuasaan Tuhan di tengah-tengah penghinaan kepada Tuhan. Akhirnya umat harus kembali mengakui Allah yang hidup dan berkuasa. Itu pula panggilan dan tugas kita di tengah-tengah masyarakat.

(0.02) (1Raj 19:9) (sh: Krisis berakhir  pelayanan berakhir. (Kamis, 9 Maret 2000))
Krisis berakhir  pelayanan berakhir.

Ada dua pelajaran yang sangat berguna bagi Kristen dari peristiwa krisis rohani yang    dialami Elia, yaitu bagaimana krisis itu berakhir dan dampak yang    mengikuti krisis itu akibat respons Elia yang kurang terpuji.    Walaupun akhirnya krisis berlalu namun membawa dampak yang kurang    menggembirakan bagi kehidupan pelayanan Elia.

Setelah mendapatkan kekuatan dari makanan yang disediakan    Allah, Elia pergi ke gunung Horeb dan bermalam di gua.    Orientasi pemikiran Elia masih terfokus pada pekerjaan dan    keberadaannya yang  terpojok (ayat 10, 14). Ia nampaknya belum    mampu melepaskan diri dari permasalahan yang membelit dan    melibas dirinya. Setelah ia bertemu dengan Allah yang hadir    melalui angin sepoi-sepoi basa dan firman yang dinyatakan-Nya    yang mengorientasi ulang pemikiran Elia (ayat 15), mulailah ia    sadar dan berubah arah. Berarti kehadiran dan firman-Nya    merupakan satu-satunya 'terapi' bagi krisis rohani Elia.

Namun tampaknya akhir krisis ini juga menandai akhir    kehidupan pelayanan Elia. Allah memerintahkan Elia untuk    mengurapi Elisa sebagai penggantinya. Hal ini cukup mendadak    karena Allah belum pernah membicarakan mengenai regenerasi    kepada Elia. Dan bukankah Elia juga baru saja melakukan    tindakan yang sangat spektakuler dan menakjubkan, yang mampu    membawa bangsa Israel berbalik kepada Allah? Mengapa tiba-    tiba harus menyiapkan pengganti, bukankah Elia masih    diperlukan untuk membimbing bangsa Israel? Alasan yang bisa    kita dapatkan dari peristiwa ini adalah respons Elia sendiri    ketika ia mengalami krisis rohani yaitu "Cukuplah itu,    sekarang ya Tuhan ambillah nyawaku"(ayat 4). Dalam keadaan    tertekan yang luar biasa, ia menyatakan ingin berhenti    melayani lalu mati. Dengan kata lain Elia ingin terbebas dari    permasalahan yang sedang dihadapinya dengan cara melarikan    diri.

Renungkan: Respons kita dalam menghadapi krisis rohani    akan menentukan perjalanan kehidupan pelayanan kita    selanjutnya. Allah tidak menghendaki hamba-Nya menjadi    seorang pengecut yang cepat putus asa dalam menghadapi suatu    masalah. Temuilah Tuhan dan firman-Nya maka orientasi pikiran    kita akan diubahkan, dan kita akan menemukan jawaban dan    jalan keluar bagi krisis rohani kita.

(0.02) (1Raj 22:41) (sh: Jangan serba tanggung dan jangan hanya pribadi saja (Kamis, 16 Maret 2000))
Jangan serba tanggung dan jangan hanya pribadi saja

Yosafat seorang raja yang hidup menurut jejak ayahnya yaitu hidup menurut jalan Tuhan dan melakukan apa yang benar di mata Allah. Bahkan Allah menghargai apa yang ia lakukan (2Taw. 17:3- 4). Selama pemerintahannya, ia berhasil mengadakan reformasi kerohanian bangsa. Hanya apa yang ia lakukan masih ada kekurangan.

Reformasi rohani yang Yosafat lakukan belum total. Ia sudah berhasil melakukan reformasi yang dimulai dari dirinya sendiri. Namun reformasi masyarakat secara tuntas belum ia lakukan. Buktinya ia sudah menghapuskan sisa pelacuran bakti, namun ia tidak menjauhkan bukit-bukit pengorbanan, sehingga bangsa Yehuda masih mempersembahkan dan membakar korban di bukit-bukit itu. Dalam kehidupan pribadinya, nampaknya Yosafat memilah-milah antara kehidupan rohani dan kehidupan non-rohani yaitu urusan dagang dan politiknya. Dulu ia sengaja bersekutu dengan Ahab untuk memerangi Ramot-Gilead, padahal Allah melarangnya melalui nabi Mikha (2Taw. 19:1-3). Kemudian ia melakukan kerja sama perdagangan dengan Ahazia, anak Ahab yang melakukan apa yang jahat di mata Allah. Allah menegurnya melalui Eliezer dan bencana menimpa kapal-kapalnya (2Taw. 20:36-37). Baru setelah itu ia tidak berani melakukan kerjasama dengan Ahazia (ayat 50).

Kekurangan-kekurangan itu bukanlah hal sepele. Karena berakibat cukup fatal bagi kehidupan keturunannya dan bangsa Yehuda setelah zamannya. Yoram anak Yosafat ternyata tidak hidup menurut jalan ayahnya. Ia membunuh saudara-saudara kandungnya dan melakukan apa yang jahat di mata Allah. Walaupun tidak dikatakan sebagai akibat langsung dari kekurangan Yosafat, namun dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa karena Yosafat serba tanggung di dalam melakukan reformasi kerohanian, sehingga tidak mampu memberikan fondasi yang kuat bagi kehidupan kerohanian keluarga dan masyarakat. Yang diutamakan hanyalah kehidupan rohani pribadinya. Ia mengabaikan kehidupan rohani keluarga dan masyarakatnya.

Renungkan: Pembenahan kerohanian pribadi adalah penting, namun yang tidak kalah penting adalah pembenahan rohani keluarga dan masyarakat. Hal ini harus dilakukan secara tuntas, agar memberikan pondasi yang kuat bagi generasi mendatang.

(0.02) (2Raj 2:1) (sh: Suksesi yang berhasil (Senin, 15 Mei 2000))
Suksesi yang berhasil

Masalah suksesi kepemimpinan baik di dalaminstitusi sekuler maupun rohani merupakan peristiwa yang sangat penting. Karena kelanjutan hidup, misi, dan visi institusi itu terletak di tangan pemimpin pengganti. Peran, tugas, dan tanggung jawab seorang pemimpin memang sangatlah vital. Bagaimana gereja melakukan regenerasi agar kelangsungan misi dan visi gereja tetap terjamin? Suksesi dari Elia dan Elisa dapat memberikan model yang baik bagi gereja.

Pembangunan iman bangsa Israel harus berlanjut. Konflik yang terjadi antara Allah yang diwakili oleh Elia dan kuasa iblis yang diwakili oleh raja-raja Israel akan terus berlanjut. Karena itu diperlukan seorang nabi pengganti Elia yang mempunyai kualifikasi yang diperlukan untuk melaksanakan tugas Allah dalam misi pembangunan iman bangsa Israel.

Elisa merupakan figur yang tepat sebagai pengganti Elia karena ia mempunyai kualifikasi sebagai berikut: Ia adalah seorang yang setia dan gigih berjuang. Hal ini terlihat dari keinginannya untuk tetap mengikuti Elia kemana pun Elia disuruh pergi oleh Tuhan, walaupun Elia telah berulangkali menyuruhnya pergi. Kesetiaan kepada Tuhan dan kegigihan untuk berjuang diperlukan karena Elisa akan menghadapi berbagai godaan dan ancaman. Tanpa karakter demikian, sulit bagi Elisa untuk menjalankan fungsinya. Elisa adalah saksi mata ketika Elia diangkat ke surga. Peristiwa itu merupakan penyataan Allah yang luar biasa yang meneguhkan Elisa bahwa Allahlah yang memilih dan mengutusnya untuk menggantikan Elia. Ini merupakan bukti legitimasi dari Allah yang diterima oleh Elisa. Di samping itu Elisa pun terbukti mempunyai kompetensi seperti Elia ketika ia membuat mukjizat seperti yang dilakukan Elia. Semua ini karena Roh Allah ada padanya. Di samping legitimasi dari Allah, Elisa pun mendapatkan legitimasi dari rekan-rekan nabi yang lain.

Renungkan: Karakter, legitimasi dari Allah, kompetensi, dan legitimasi dari rekan sekerjanya merupakan kualifikasi seorang pemimpin yang tidak boleh dibolak-balik urutannya. Dua hal pertama menekankan siapa calon pemimpin itu di hadapan Allah dan yang ketiga menekankan apa yang ia punyai untuk melakukan tugasnya. Yang terakhir adalah siapa mereka di hadapan rekan-rekan sekerja lainnya. Bila urutan ini dibolak-balik, maka dapat dipastikan bahwa peran dan fungsi pemimpin itu tidak akan berjalan maksimal. Bagaimana gereja memilih para pemimpinnya?

(0.02) (2Raj 9:16) (sh: Kehendak Allah di dalam kehendak manusia (Senin, 29 Mei 2000))
Kehendak Allah di dalam kehendak manusia

Pilihan Allah atas Yehu untuk melaksanakan penghukuman-Nya atas keturunan Ahab memang tepat. Ia memiliki kuasa dan kedekatan dengan para pembesar lain. Ia pun mempunyai karakter dan kemampuan yang sangat mendukung. Yehu sangat berantusias dan sangat jeli melihat setiap kesempatan yang ada. Ketika Yoram sedang sakit di Yizreel, ia tidak membuang-buang kesempatan ini. Ia benar-benaar manusia tanpa toleransi dan kompromi. Maka dengan tekad baja ia memacu kudanya menuju Yizreel. Ia juga orang yang sangat fokus kepada tujuan dan sangat efisien dalam mencapainya. Fokusnya tidak bisa dibelokkan dengan kedatangan dua utusan Yoram. Untuk membunuh Izebel ia cukup mencari pendukungnya dan memerintahkan untuk menjatuhkan Izebel. Ia juga tidak mengenal lelah. Setelah menempuh perjalanan jauh, ia langsung berperang melawan Yoram bahkan membunuhnya dengan sekali panah menembus jantungnya. Kemudian segera menyerbu istana Izebel. Baru setelah itu ia istirahat untuk makan dan minum (34). Nubuat yang pernah diucapkan oleh nabi Elia sudah tergenapi.

Sepintas Yehu terlihat sangat bersemangat dalam melaksanakan kehendak-Nya. Namun sesungguhnya tidak demikian. Yehu bersemangat karena secara bersamaan ia juga melaksanakan kehendaknya sendiri. Dia menggunakan agama untuk menggapai ambisi pribadinya. Bahwa dia menunjuk kepada nubuat Elia tentang Ahab bukan merupakan bukti bahwa ia mempunyai iman, namun justru sebagai bukti bahwa ia menggunakan Allah untuk membenarkan pembunuhan yang ia lakukan (25-26). Dia berantusias melaksanakan kehendak-Nya hanya karena kehendak-Nya selaras dengan kehendaknya. Ia pun berani membunuh raja Ahazia walaupun tidak menggunakan tangannya sendiri (27). Dialah yang menjadi tuan atas seluruh tindakannya bukan kehendak-Nya. Motivasinya yang salah telah menjadikan kehendak Allah sebagai alat untuk mencapai ambisinya. Allah mengecamnya melalui nabi Hosea (Hos. 1:4).

Renungkan: Kehendak Allah memang harus dilaksanakan. Namun motivasi dari mereka yang melaksanakannya sangat penting. Salah satu ujian atas komitmen kita kepada kehendak Allah adalah penyerahan diri kepada kehendak-Nya, ketika ketaatan itu bertentangan dengan kepentingan dan kesenangan pribadi.

Minggu Paskah 6

(0.02) (2Raj 17:1) (sh: Kesalahan yang berakibat kehancuran total (Kamis, 6 Juli 2000))
Kesalahan yang berakibat kehancuran total

Siapakah manusia yang mau hidup dalam penderitaan karena tekanan berat dari kekuatan dan kuasa yang menindihnya? Sebab itu Hosea bin Ela, yang telah ditaklukkan oleh Tiglat-Pileser III dari Asyur, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman raja Asyur. Ia tidak mau lagi membayar upeti sebab ini adalah sistem yang mengeksploitasi bangsa Israel kepada kemiskinan. Karena itu ia menggalang aliansi dengan raja So dari Mesir.

Bila dievaluasi dari situasi politik internasional saat itu, pemberontakan Hosea bukannya tanpa pertimbangan. Ia sudah membuat perhitungan yang baik, telah menimbang-nimbang kekuatan yang ada padanya, dan perkiraan bantuan yang dapat diandalkan dari raja Mesir. Sebab saat itu negara Asyur sedang berkabung dengan meninggalnya raja Tiglat-Pileser III pada tahun 727 sM. Kematian seorang penguasa dapat disamakan sebagai sebuah kesempatan bagi negara-negara taklukan untuk memberontak. Namun ternyata perhitungan Hosea meleset dan ia sendiri ditangkap dan dibelenggu dalam penjara. Kini ia `tidak perlu' membayar upeti kepada Asyur. Sebab raja Salmaneser dari Asyur telah mengepung Samaria selama 3 tahun yang mengakibatkan sistem perekonomian kota itu hancur dan menjadi miskin. Ia menaklukkan seluruh Israel dan mengangkut rakyatnya sebagai `upeti' ke Asyur dan ditempatkan di Halah dan di kota-kota orang Madai. Bangsa Israel hancur total. Tidak saja rajanya ditawan dan tanah Israel diambil alih oleh Asyur, namun Israel sebagai sebuah bangsa sudah berakhir (Lo-ammi) dan tidak mengalami kasih sayang Allah (Lo-ruhamah).

Kesalahan utama Hosea adalah tidak menempatkan permasalahan yang dihadapinya dalam perspektif Allah dan konteks perjalanan sejarah kehidupan rohani dan moralitas bangsa Israel, yaitu bahwa penindasan yang dialaminya adalah hukuman Allah agar mereka bertobat dan dosa Israel telah mencapai titik kesabaran Allah. Karena itu memberontak dan membangun aliansi dengan Mesir adalah sama dengan menarik sebuah picu senapan yang meletus dengan pernyataan melupakan Allah secara total. Maka mereka layak menerima hukuman.

Renungkan: Kristen harus selalu menempatkan setiap masalah dalam perspektif Allah dan konteks perjalanan sejarah gereja di Indonesia. Jangan sampai Kristen mengalami Lo-ammi dan Lo-ruhamah.

(0.02) (2Raj 18:13) (sh: Kesombongan awal kehancuran (Senin, 10 Juli 2000))
Kesombongan awal kehancuran

Tidak selayaknya manusia sombong dan takabur atas kesuksesan yang ia raih, karena kesuksesan itu semata-mata bukan hasil kerja sendiri, melainkan ada banyak faktor pendukung lainnya. Namun manusia selalu cenderung untuk meninggikan dirinya bila ia sudah merasa sukses. Kesuksesan membuat ia merasa bahwa dirinya paling hebat dan berkuasa, tidak ada satu pun yang dapat menandinginya. Kesombongan adalah awal perasaan paling berkuasa di antara sesamanya dan akan berkembang menjadi perasaan tidak membutuhkan Allah. Kemudian berkembang lagi menjadi niat untuk melawan Allah, dan akhirnya meniadakan Allah dalam hidupnya.

Seperti halnya raja Asyur, kesuksesan demi kesuksesan sudah ia raih sehingga wilayah kekuasaannya semakin meluas (34). Siapa yang dapat menahan gempuran tentaranya yang kuat? Raja Yehuda, Hizkia, harus rela membayar harga yang sangat mahal untuk menjinakkan keganasannya (13-16). Kejayaan itu membuat raja Asyur sombong dan takabur. Ia merasa tidak ada yang dapat menandinginya sekalipun koalisi antar 2 negara (21). Dalam pandangannya, kekuatannya begitu luar biasa bahkan kelemahannya pun dapat menjadi ancaman bagi musuhnya (23-24). Ia terus terbuai dalam kesombongannya hingga pada taraf ia tidak membutuhkan Allah, melawan-Nya, dan akhirnya meniadakan diri-Nya (32-35). Ia lupa darimana ia mendapatkan kejayaan dan kekayaannya (25).

Kesombongannya telah membuat dia menjungkirbalikkan tatanan sosial Illahi. Manusia hanyalah ciptaan-Nya dan alat-Nya. Apakah manusia, walaupun ia seagung raja Asyur? Di dalam kesuksesannya yang gilang gemilang itu, namanya tidak disebutkan. Ini tidak berarti bahwa namanya terlalu agung seperti nama YAHWEH, sebaliknya ia hanyalah seorang manusia. Kejayaan dan kemegahannya tidak secara otomatis membuat dia menjadi berarti. Sebab itu semua didapat karena Allah adalah sumber dari segala sesuatu.

Renungkan: Kesuksesan, kedudukan, kekuasaan, kekayaan, dan kejayaan dalam bentuk apa pun yang Anda miliki saat ini adalah bersumber dari Dia. Bukan Anda yang hebat. Ingatlah jangan merusak tatanan sosial Illahi yang sudah Allah tetapkan. Karena apa pun yang Anda miliki tidak akan menjadikan Anda berarti atau lebih berarti jika Anda telah merusak tatanan sosial itu.

(0.02) (2Raj 20:1) (sh: Doa bukanlah kartu ATM (Kamis, 13 Juli 2000))
Doa bukanlah kartu ATM

Di dalam salah satu acara mimbar agama kristen di televisi swasta, diperlihatkan bertumpuk-tumpuk surat doa yang dikirimkan oleh Kristen dari seluruh Indonesia. Di sana pun diperlihatkan para hamba Tuhan yang sedang berdoa untuk pengirim surat doa tersebut dengan cara menumpangkan tangannya pada tumpukan-tumpukan surat doa. Peristiwa itu secara sepintas akan membuat kita bersukacita dan bersyukur. Sebab nampaknya surat doa itu mendemonstrasikan bahwa Kristen Indonesia bergantung kepada Allah dan mempunyai kehidupan yang berpusat pada doa. Apakah benar demikian? Tidak mungkinkah ada motivasi dan kepercayaan lain yang salah yang menjadi dasar bertumpuknya surat doa tersebut?

Kita memang tidak boleh mencurigai aktivitas rohani yang dilakukan oleh saudara-saudara kita seiman. Namun kita perlu waspada jangan sampai saudara-saudara kita atau bahkan kita sendiri terjerumus ke dalam pemahaman iman yang salah, khususnya tentang doa. Untuk itu kita perlu meneladani bagaimana Hizkia berdoa ketika dia sakit keras dan hampir mati. Dia tidak merasa mempunyai hak untuk mendapatkan pahala dari kehidupan salehnya atau bahkan dari doanya. Namun orang saleh seperti Hizkia mempunyai hak untuk memohon anugerah Allah (2-3). Kalau pun dia akhirnya disembuhkan oleh Allah, ini tidak berarti bahwa Hizkia juga mempunyai hak secara otomatis untuk mendapatkan kesembuhan atau pun berkat Allah lainnya. Kata 'Aku akan' (5) menegaskan bahwa Allah adalah Allah yang berdaulat. Kesembuhan yang dialami oleh Hizkia bergantung kepada 'Aku akan' bukannya aku ingin atau aku butuh. Hizkia dan pahlawan iman lainnya yang ada di dalam Alkitab memahami hal ini dan tidak lancang terhadap anugerah Allah.

Walaupun demikian iman tetap harus dimiliki oleh anak-anak-Nya. Setelah mendengarkan pemberitaan Yesaya, Hizkia bertanya apa yang akan menjadi tanda. Pertanyaan ini mengungkapkan iman dan bukan keraguan.

Renungkan: Doa bukanlah kartu ATM, Allah bukanlah mesin ATM, dan iman bukanlah nomor pin yang dibutuhkan. Pemahaman ini sangat berbahaya sebab membatasi Allah yang berdaulat dan berkuasa penuh. Jika kita berjalan dalam iman bersama Allah dan setia kepada-Nya, kita berhak untuk berharap bahwa doa kita akan dikabulkan.

(0.02) (2Raj 23:21) (sh: Bukan tukang sulap tapi komitmen (Selasa, 18 Juli 2000))
Bukan tukang sulap tapi komitmen

Akhir-akhir ini Presiden Gus Dur banyak dikritik dan dikecam para pengamat maupun kaum awam. Alasannya, sudah 6 bulan lebih menjadi presiden, namun beliau dinilai belum mampu memperlihatkan hasil kerja yang bagus. Ekonomi masih terus terpuruk. Situasi sosial dan politik masih belum stabil karena di beberapa daerah masih sering terjadi kerusuhan yang bermuatan SARA. Secara singkat Gus Dur dinilai kurang berhasil menghantarkan bangsa Indonesia menuju pembaharuan total.

Yosia, selama 13 tahun (22:1-2) berusaha keras memperbaiki masyarakat Yehuda yang sudah dirusak oleh Manasye selama 55 tahun. Apakah dia berhasil? Tidak! Kehadirannya terlambat. Dia tidak berhasil mengubah arah gerak rakyatnya. Padahal ia sudah berusaha keras melakukan segala sesuatu yang dapat ia lakukan. Sebelum menghapuskan segala pemanggil arwah dan pemanggil roh peramal, ia memerintahkan seluruh rakyat untuk merayakan Paskah yang tidak pernah dilakukan lagi selama bertahun-tahun (22). Perayaan Paskah merupakan salah satu perayaan agama orang Yahudi yang paling penting. Di dalam perayaan itu, mereka diingatkan kembali akan identitasnya sebagai umat yang dibebaskan oleh Allah dari perbudakan untuk menjadi umat Allah. Dan sebagai umat Allah mereka mempunyai perjanjian yang khusus dengan-Nya. Jadi pembaharuan yang dilakukan oleh Yosia bukan menjadikan bangsa Yehuda sebuah bangsa dengan arah, tujuan, dan peranan hidupnya yang baru sama sekali. Sebaliknya, ia mengembalikan bangsa Yehuda jauh kembali kepada hakikat dasar keberadaannya.

Gambaran sederhana yang dilakukan Yosia adalah ia membongkar, menghancurkan, dan memusnahkan sampah kenajisan yang menggunung pada masyarakat Yehuda. Setelah itu ia melakukan penggalian dan pendongkelan untuk memperlihatkan dan mengingatkan kembali siapa bangsa Yehuda di hadapan Allah. Namun ia tetap gagal.

Renungkan: Berkomitmen seperti Yosia sudah cukup bagi gereja untuk berperan dalam pembaharuan bangsa kita. Komitmen ini harus terwujud salah satunya dalam peran serta gereja secara terus-menerus dalam memperbaiki kondisi sosial masyarakat di sekitar gereja itu berada. Allah tidak menuntut gereja untuk berhasil atau bahkan menjadi tukang sulap. Allah hanya menuntut komitmen total dari gereja-Nya.

(0.02) (2Raj 24:8) (sh: Hukuman Allah memang mengerikan (Kamis, 20 Juli 2000))
Hukuman Allah memang mengerikan

Pernah seorang bertanya di dalam kemarahan dan kebencian yang sudah tak tertahankan melihat kebobrokan moral dan akhlak bangsa kita: "Aku sudah memohon kepada Tuhan berkali-kali, kiranya Ia menjatuhkan hukuman kepada bangsa ini agar mau bertobat. Tapi kenapa Allah belum juga menjatuhkan hukuman-Nya?" Jawabannya adalah Allah, karena kasih-Nya, masih memberikan kesempatan kepada bangsa ini untuk bertobat tanpa harus mengalami penghukuman-Nya. Sebab penghukuman dari Allah sungguh dahsyat dan mengerikan seperti api besar membara yang akan menghanguskan semua yang disentuhnya.

Apa yang dialami Yoyakhin merupakan salah satu contoh betapa dahsyat dan ngerinya penghukuman Allah. Yehuda tidak mungkin lepas dari penghukuman yang sudah dinubuatkan. Mereka tidak bisa lari atau menghindar. Perubahan politik internasional yang biasanya mendatangkan keuntungan malah menciptakan penderitaan yang hebat. Mesir yang menindas Yehuda berhasil ditaklukkan oleh Babel. Namun ini tidak membuat Yehuda menjadi bangsa yang merdeka. Seperti kata pepatah 'lepas dari mulut singa, masuk ke mulut buaya'. Lepas dari Mesir, masuk ke cengkeraman Babel. Peristiwa ini membuat Yoyakhin tidak hanya terpaksa lengser dalam waktu yang sangat singkat (8), namun identitasnya juga dihilangkan secara paksa, dari seorang raja menjadi seorang tawanan; dari kedudukan sosial yang tingi kepada seorang yang tidak berstatus sosial sama sekali. Demikian pula ibunya dan para pembesar lainnya.

Kehilangan identitas secara paksa merupakan penghinaan yang besar dan memberikan tekanan mental yang berat. Nebukadnezar benar-benar rakus, buas, dan sadis sebab ia tidak hanya menguras seluruh kekayaan Yehuda bahkan juga menutup dan memusnahkan kesempatan Yehuda untuk dapat bangkit membangun perekonomian negrinya, karena hanya orang-orang yang tidak mempunyai keahlian untuk membangun kembali negara Yehuda yang ditinggalkan di tanah Yehuda (13-16).

Renungkan: Paparan penghukuman Allah ke atas Yehuda haruslah membuat kita bersyukur bahwa sampai saat ini bangsa kita masih dikasihani oleh-Nya dan mendorong kita untuk terus-menerus menjadi juru-bicara Allah yang menyerukan kebenaran kepada mereka yang sudah bosan mendengarkan kebenaran-Nya.

(0.02) (2Raj 24:18) (sh: Kebodohan pembawa kehancuran (Jumat, 21 Juli 2000))
Kebodohan pembawa kehancuran

Tahukah Anda arti pepatah 'keledai tidak akan jatuh di lubang yang sama'? Binatang sebodoh keledai diyakini tidak akan melakukan kesalahan yang sama karena ia dapat dan mau belajar dari kesalahan yang lampau. Manusia, sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi, mempunyai kepandaian jauh di atas keledai. Dengan kata lain seharusnya manusia tidak akan begitu mudah melakukan kesalahan karena ia dapat berpikir, menganalisa, bahkan mengevaluasi setiap tindakan yang akan dilakukan. Apalagi jika ia sudah dibekali dengan petunjuk dan nasihat.

Zedekia ternyata lebih bodoh dari keledai. Tentunya ia sudah melihat sebuah contoh hidup mengapa Allah menghukum Yoyakim, saudara kandungnya. Namun anehnya, ia mengulangi apa yang Yoyakim lakukan (19). Ketika, ia bersekongkol dengan Mesir dan bangsa-bangsa lainnya untuk menentang Babel, bukankah Allah sudah memberikan petunjuk dan nasihat untuk tidak melakukannya (Yer. 27:3-8; Yeh. 17:11-21). Contoh hidup dan petunjuk dari Allah sebenarnya merupakan bekal yang cukup bagi Zedekia untuk tidak melakukan kesalahan. Namun inilah kebodohan Zedekia yang melebihi keledai.

Akibatnya sebagai pribadi ia harus membayar dengan harga yang sangat mahal (7). Sebuah pemandangan yang tidak akan pernah ia lupakan selama ia hidup dan sebuah penghukuman yang sangat kejam hingga perlu untuk disebutkan secara khusus dalam kitab tentang raja-raja Israel dan Yehuda. Sebagai bangsa, Yehuda semakin terpuruk dan tersungkur (9-17). Yehuda sudah hancur-lebur. Kehidupan sosial, politik, dan ekonomi tidak mungkin dibangun lagi karena yang dibiarkan hidup bukan lagi orang lemah namun orang-orang miskin, itu pun hanya beberapa saja (12 bandingkan dengan 24:14). Kalau pun yang tersisa berhasrat bangkit dan mulai membangun dari kehidupan rohani mereka, itu juga tidak mungkin sebab para pemimpin rohani mereka juga dibunuh (18-21). Tidak ada yang tersisa. Tidak ada lagi yang berharga.

Renungkan: Bukankah kebodohan Zedekia adalah gambaran kebodohan manusia pada umumnya? Ia dapat dengan mudah ditemukan di sekitar kita atau mungkin dalam diri kita sendiri. Misalnya, tahu narkoba berbahaya tetapi mengapa peminatnya semakin meningkat? Mampukah kita memeranginya?

(0.02) (1Taw 1:1) (sh: Orang yang istimewa (Selasa, 22 Januari 2002))
Orang yang istimewa

Bangsa Israel telah pulang dari pembuangan. Dalam situasi seperti itu, persoalan jati diri adalah masalah besar untuk mereka. Masihkah Allah menganggap mereka umat-Nya dan menghisabkan mereka dalam janji-Nya? Sangat wajar bila mereka putus asa dalam keterpurukan.

Melalui silsilah ini, penulis Tawarikh ingin memberikan keyakinan bahwa mereka tetap adalah umat pilihan Allah yang istimewa. Silsilah ini terdiri dari tiga bagian utama. Pertama, keturunan Adam (ayat 1-3). Dalam kaitan dengan Adam sampai Nuh, Israel ditempatkan sebagai bagian dari umat manusia yang menikmati berkat dan kutuk yang sama (Kej. 1:26-29; 3:15-24). Bersamaan dengan itu nyata pemilihan Allah pada garis keturunan Set dan Nuh. Beda dari orang-orang sezamannya, mereka bergaul akrab dengan Tuhan. Dengan demikian, bangsa Israel adalah manusia biasa, namun istimewa karena merupakan bagian dari leluhur mereka yang terhormat umat yang dipilih Allah.

Kedua, anak-anak Nuh (ayat 4-27). Ayat 4 mencatat urutan mulai dari Sem, Ham, dan Yafet. Namun, penjabaran selanjutnya dibalik: Yafet (ayat 5-7), Ham (ayat 8-16), dan Sem (ayat 17-27). Penulis Tawarikh biasa membalikkan urutan nama, menempatkan orang yang dikenan Allah pada urutan terakhir. Sem adalah yang dikenan Tuhan (Kej. 9:25-27). Namun, dari semua keturunan Sem, Abram adalah orang yang dipilih Tuhan secara khusus (Kej. 12:1-3).

Ketiga, keturunan Abraham (ayat 28-34a). Urutan keturunan Abraham pun dibalik: Ismael-Ishak, juga keturunan Yakub: Esau-Israel (ayat 34b). Ishak lahir karena janji Allah, suatu mukjizat. "Israel" adalah nama baru yang diberikan karena pertobatan Yakub (Kej. 32:28). Ini mengingatkan bahwa bangsa Israel tidak seperti keturunan-keturunan Abraham lainnya. Baik Ishak maupun Yakub hidup atas dasar janji Allah, bukan karena kelahiran alamiah atau hak berdasarkan urutan kelahiran belaka. Karena itu, ke-12 suku Israel pun harus menghayati keumatan mereka bukan karena keturunan belaka, tetapi karena pilihan Allah yang memungkinkan mereka hidup berbeda.

Renungkan: Bila Anda berada dalam krisis entah karena dosa atau ujian Allah, ingat bahwa Allah ingin Anda menghayati kasih-Nya dan keterpilihan Anda.

(0.02) (1Taw 2:1) (sh: Ketaatan yang istimewa (Rabu, 23 Januari 2002))
Ketaatan yang istimewa

Setelah mengingatkan bangsa Israel tentang asal-usul mereka, penulis Tawarikh menjabarkan suku-suku Israel (ayat 2:1-9:1a) secara panjang-lebar. Ia menempatkan Yehuda di urutan pertama karena Daud berada dalam garis keturunan ini dan karena Ruben telah kehilangan hak sulungnya (ayat 5:1-2). Penulis Tawarikh mengajak para pembacanya untuk menegakkan takhta Daud kembali.

Silsilah Yehuda dimulai dengan anak-anak Yehuda (ayat 2:3-9) yang dikelompokkan menurut ibu-ibu mereka. Er dan Onan mati karena berbuat jahat di hadapan Tuhan (ayat 3, Kej. 38:7-10). Ahar, keturunan Karmi dan Zerah (lih. Yos. 7:1), mati karena tidak setia. Sebaliknya, keturunan Peres beranak-cucu dan diberkati sebagai tanda Allah berkenan pada kesetiaan dan ketaatan mereka. Tidak ada cacat yang dicatat pada garis keturunan ini karena nantinya akan menuju kepada Daud, raja agung Israel.

Keturunan Ram lalu dijabarkan (ayat 10-17). Fokusnya adalah pada silsilah dinasti Daud, bukan pada urutan kelahiran. Isai, ayah Daud, adalah keturunan Ram. Kemudian, keturunan Kaleb dijabarkan (ayat 18-24, dieja Khelubai dalam ayat 9). Kaleb adalah nenek moyang Bezaleel (ayat 20) yang mengawasi pembangunan Kemah Suci (Kel. 31:1-5). Penulis Tawarikh melihat hubungan yang sangat erat antara takhta Daud dengan ibadah Bait Allah.

Kemudian anak-anak Yerahmeel didaftarkan (ayat 25-33 dan 34-41). Elisama menjadi fokus perhatian (ayat 41) karena leluhurnya adalah seorang Mesir (ayat 34). Apakah dia dan keturunannya juga bagian umat Allah? Penulis Tawarikh menunjukkan bahwa ia dan keturunannya sah sebagai bangsa Israel yang bersaudara dekat dengan dinasti Daud. Keturunan Kaleb untuk kedua kalinya dicatat (ayat 42-55). Ada 2 penekanan di sini: [1] Penyebutan Zif, Maresa, dan Hebron, wilayah-wilayah di luar komunitas pascapembuangan, memberikan harapan pemulihan wilayah bangsa Israel, [2] Penyebutan keturunan gundik (ayat 46,48) dan keturunan Keni, orang non-Israel yang masuk ke suku Yehuda, meyakinkan bahwa mereka pun termasuk umat Allah yang dihormati setelah masa pembuangan.

Renungkan: Anda harus taat karena Anda istimewa, bukan hanya istimewa karena taat. Dalam ketaatan, Anda akan diberkati Allah dan menjalani proses penyempurnaan dalam kehendak-Nya.

(0.02) (1Taw 5:1) (sh: Dilupakan namun istimewa (Sabtu, 26 Januari 2002))
Dilupakan namun istimewa

Penulis Tawarikh juga peduli terhadap suku-suku di sebelah timur sungai Yordan. Mereka mudah dilupakan karena: [1] Terpisah secara geografis (Yos. 1:12-15), [2] Telah ditaklukkan oleh Hazael dari Siria tahun 837/6 sM (ayat 2Raj. 10:32-33) sehingga peranannya dalam kehidupan nasional berkurang, dan [3] Dibuang 12 tahun lebih awal (ayat 734 sM) daripada suku-suku utara (ayat 6, 26).

Ada 4 bagian dalam daftar ini. Pertama, suku Ruben (ayat 1-10). Karena dosanya, Ruben kehilangan berkat ganda untuk Yusuf (ayat 1b-2, Ul. 33:13-17) dan kepemimpinannya dialihkan ke Yehuda. Meskipun demikian, dua kali disebutkan bahwa ia adalah anak sulung (ayat 1) yang harus tetap dihormati. Catatan tentang Tiglath Pileser (Pilneser) III (ayat 745-727 sM) mempermalukan suku Ruben. Namun, ini diimbangi dengan penyebutan daerah-daerah milik mereka dan kemenangan mereka (ayat 8b-10, lih. Mzm. 83:7). Kedua, suku Gad (ayat 11-17). Seperti Ruben, Gad hanya sedikit berperanan dalam sejarah nasional Israel. Karena itu, wilayah-wilayah Gad yang sah disebutkan (ayat 11-12,16). Catatan ini mengacu ke catatan militer kerajaan (ayat 17), menunjukkan bahwa mereka berperanan militer pada waktu pemerintahan Yotam dan Yerobeam (ayat 750 sM).

Ketiga, kemenangan-kemenangan suku-suku seberang sungai Yordan (ayat 18-22). Kekuatan yang dahsyat melawan mereka (ayat 19). Mereka berseru dan percaya kepada Allah dan Ia memberikan kemenangan besar (ayat 20-22). Seperti Yehuda, mereka juga dapat sukses dalam peperangan. Mereka pun umat Allah. Keempat, setengah suku Manasye (ayat 23-26). Banyaknya keturunan Manasye (ayat 23) menunjukkan bahwa mereka diberkati Allah. Sebagai kontras dengan ayat 18-22, Ayat 24-26 mencatat kekalahan suku Manasye karena ketidaksetiaan mereka dalam perjanjian dengan Allah (ayat 25, lih. 2Raja 17:6-23). Mereka jatuh ke tangan orang asing (ayat 26). Namun, mereka tidak dihancurkan sepenuhnya, dan penulis Tawarikh ingin mereka kembali berharap untuk pemulihan. Dalam 4:24-5:26, suku-suku yang mudah dilupakan kembali dibela keberadaannya. Tanpa mereka, pemulihan tidaklah lengkap.

Renungkan: Anda adalah bagian yang amat penting dalam gereja Tuhan. Terimalah pemulihan dari Allah dan layanilah Dia bersama-sama dengan umat-Nya dalam kesetiaan dan rasa syukur!

(0.02) (1Taw 8:1) (sh: Generasi yang istimewa (Kamis, 31 Januari 2002))
Generasi yang istimewa

Selain suku Yehuda dan Lewi, suku Benyamin juga diistimewakan karena kesetiaannya terhadap keturunan Daud dan ibadah bait Allah. Suku Benyamin dalam pasal 7 adalah yang bersekutu dengan kerajaan Utara, dan di pasal 8 adalah yang bersekutu dengan kerajaan Yehuda.

Ada 4 kelompok suku Benyamin dalam perikop ini. Pertama, yang tinggal di Geba (ayat 1-7). Silsilah dimulai dari Benyamin (ayat 1) dan langsung menyempit kepada cucunya, Ehud (ayat 6). Ehud adalah hakim yang membawa kemenangan bagi Israel ketika melawan raja Moab, Eglon (Hak. 3:12-30). Penyebutan Geba menunjukkan bahwa daerah ini tetap milik mereka sesudah pembuangan. Kedua, yang tinggal di Moab, Ono, Lod, dan Gat (ayat 8-13). Bagian kedua ini menyoroti Saharaim (ayat 8) dan anak-anak Elpaal (ayat 12). Beberapa lokasi dimunculkan di sini. Saharaim tinggal di Moab (ayat 8). Lalu, keturunan Elpaal membangun Ono dan Lod. Penyebutan kesuksesan pembangunan kota menyatakan berkat Allah bagi yang mendirikannya. Kemudian, disebutkan Gat yang telah direbut oleh Beria dan Sema. Penyebutan 4 nama tempat ini mensahkan kepemilikan suku Benyamin atas wilayah-wilayah tersebut.

Ketiga, yang tinggal di Yerusalem (ayat 14-28). Kalimat "Itulah para kepala puak . . . ." bisa mencakup semua nama dalam ayat 14-27. Namun, dalam 9:3-9 hanya nama Yeroham yang muncul (ayat 9:8). Dengan demikian, kemungkinan hanya nama-nama dalam ayat 26-27 yang dimaksud. Sebagian dari suku Benyamin telah kembali ke Yerusalem, dan mereka diharapkan memiliki peranan besar dalam pemulihan umat Allah. Keempat, yang berhubungan dengan Yerusalem. Yeiel adalah bapa (baca: pendiri) Gibeon. Daftar ini juga menyebutkan Kisy dan Saul, raja pertama Israel. Lalu, disebutkan pula Yonatan, sahabat karib Daud, dan Meribaal (Mefiboset) yang dikasihi Daud (ayat 2Sam. 9:6-13). Ayat 35-40 mendaftarkan banyak orang perkasa serta banyak keturunan. Di sini ditunjukkan sumbangan militer mereka dan tanda berkat Allah. Penyebutan para leluhur yang terhormat membuat suku Benyamin harus dihormati.

Renungkan: Generasi kini akan berdampak sangat besar kepada generasi-generasi yang akan datang. Berbuatlah sesuatu agar generasi Anda istimewa karena kesetiaan mutlak pada Allah!

(0.02) (1Taw 13:1) (sh: Sentralitas Allah (Kamis, 7 Februari 2002))
Sentralitas Allah

Bagian ini berfungsi ganda menunjukkan sentralitas hadirat Allah dalam kehidupan umatNya. Dalam zaman ketika Israel menuju tanah perjanjian, tabut perjanjian selalu diusung di depan umat, baik saat mereka berjalan maupun ketika mereka maju berperang (Kel. 25:10-22). Ketika mereka berkemah, tabut itu ditempatkan di tengah-tengah perkemahan Israel (Bil. 11:33-36). Hal ini melambangkan bahwa Allah perjanjian tidak saja menyertai mereka, tetapi juga selalu membuka jalan menggenapi janji-janji baik-Nya bagi umat-Nya. Kegagalan Israel yang membuat mereka dibuang adalah karena mereka tidak mengedepankan hukum-hukum Allah. Kegagalan menjadi-jadi karena para raja mereka menyalahgunakan kekuasaan politis dan mencemarkan kehidupan ibadah. Dalam bagian ini, semua penyebab kegagalan itu dirombak dan ditata ulang dengan mengacu pada contoh Daud.

Untuk umat yang kembali dari pembuangan dan sedang menata kembali kehidupan mereka, prinsip yang benar perlu ditegakkan kembali. Itu sebabnya dalam kisah ini kita melihat beberapa unsur penting ditekankan. Pertama, catatan tentang keputusan tentang pemindahan tabut itu beda dari yang dicatat dalam 2Sam. 6:1-11. Dalam bagian ini Daud tidak bertindak sendiri, tetapi berunding dengan para pemimpin pasukan dan seluruh jemaah. Pemimpin umat pascapembuangan harus belajar untuk tidak bertindak sendiri dan tidak memiliki wewenang tanpa batas. Kedua, selama zaman kepemimpinan Saul, tabut perjanjian itu sempat terlupakan. Kini sentralitas Allah dalam kehidupan umat ditegaskan ulang dengan menempatkan tabut perjanjian itu di pusat kehidupan mereka. Ketiga, pengakuan kembali umat akan sentralitas Allah tidak merupakan beban, melainkan menciptakan kesukaan yang besar. Ketika Allah di pusat kehidupan, kehidupan pasti mengalami kesukaan yang besar. Keempat, di dalam latar belakang inilah perlu kita melihat mengapa Uza dihukum mati. Allah bukan Allah yang kejam atau yang tidak tahu menghargai niat baik orang. Allah sedang mengajar umat-Nya agar tahu menempatkan Dia dengan segala hormat dan kemuliaan karena Dia kudus adanya (bdk. 10 dan 14).

Renungkan: Jika ingin menempatkan Tuhan sentral dalam hidup, lakukanlah dengan sikap dan cara yang benar, dengan sepenuh hati.

(0.02) (1Taw 26:1) (sh: Tugas-tugas lebih lanjut orang Lewi (Jumat, 22 Februari 2002))
Tugas-tugas lebih lanjut orang Lewi

Pengaturan berikut ini ada dalam tiga bidang. Pertama, penjagaan pintu gerbang bait Allah (ayat 1-19). Pintu-pintu gerbang dijaga oleh tiga keluarga. Kedua keluarga pertama adalah dari suku Lewi, dan Obed-Edom adalah seorang Gat (ayat 2Sam. 6:10-11). Selain menjaga pintu-pintu gerbang Bait Allah, para penjaga pintu gerbang juga menjaga gudang perlengkapan dan peralatan (ayat 9:23,26), mengurus perkakas ibadah (ayat 9:28), dan tugas-tugas lainnya yang berkenaan dengan ibadah, bahkan mencakup urusan musik (ayat 9:33).

Para penjaga pintu adalah orang gagah perkasa (ayat 7,9), karena tugas mereka amat penting. Mereka harus memastikan bahwa tidak ada orang yang luput masuk ke dalam Bait Allah dengan keadaan tidak layak atau menyebabkan ibadah Bait Allah ternodai. Tugas penjaga pintu Timur adalah yang terberat kereta pintu Timur adalah tempat yang hanya boleh dilalui. Sebagaimana tugas-tugas para penyanyi ditentukan dengan memakai undi, para penjaga pintu gerbang pun memakai cara yang sama (ayat 12-13). Hal ini menunjukkan bahwa semua pengaturan mendapatkan pimpinan Ilahi yang jelas. Pembagian tugas yang detail menyatakan bahwa penulis Tawarikh sangat memedulikan bait Allah.

Kedua, pengawasan perbendaharaan Bait Allah (ayat 20-28). Ini dibagi dua, yaitu pengawasan bagi perabotan kudus Bait Allah (ayat 21-22) dan pengawasan bagi harta benda (rampasan perang, jarahan) yang dikuduskan di Bait Allah (ayat 23-28). Ketiga adalah administratif pemerintahan, yang mungkin tidak ada hubungan langsung dengan bait Allah. Petugasnya mencakup para pengatur, hakim, dan, kepala administratif daerah (ayat 29-32). Ini menarik karena merupakan tugas-tugas "sekuler" bagi orang Lewi. Secara khusus juga ditunjuk kepala administratif daerah bagi daerah sebelah B arat sungai Yordan, tempat suku-suku Ruben, Gad, dan setengah Manasye bermukim. Dengan demikian, suku-suku di tempat itu tidak perlu merasa tersisih atau terpisah dari suku-suku di timur sungai Yordan (yaitu wilayah Israel pada masa Daud).

Renungkan: Di dalam melayani Tuhan tidak ada tugas yang lebih rohani atau kurang rohani. Kalau setiap tugas dilakukan dengan hati yang beribadah kepada Tuhan, maka tugas itu pasti rohani!



TIP #26: Perkuat kehidupan spiritual harian Anda dengan Bacaan Alkitab Harian. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA