Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 41 - 46 dari 46 ayat untuk greek:libanon (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.15) (Luk 3:1) (jerusalem) Sama seperti dalam Luk 1:5, dan Luk 2:1-3 demikianpun di sini Lukas membuat sejarah keduniawian. Kaisar Tiberius menggantikan Kaisar Augustus, Luk 2:1, pada tanggal 19 Ag. tahun 14 Mas. Maka tahun kelimabelas pemerintahannya berlangsung dari 19 Ag. tahun 28 sampai 18 Ag. tahun 29 Mas. Kalau Lukas mengikuti perhitungan Siria maka tahun 15 pemerintahan Tiberius ialah dari bulan Sept-Okt,tahun 27 Mas. Pada waktu itu Yesus paling sedikit berusia 33 tahun, dan barangkali hanya mau menandaskan bahwa Yesus sudah cukup berumur untuk menunaikan suatu tugas untuk menunaikan suatu tugas dan jabatan resmi (Mesias). Tarikh Masehi dihitung salah oleh Dionisius (bdk Luk 2:2+), oleh karena menganggap keterangan dalam Luk 3:23 sebagai tepat. Tahun 15 pemerintahan Tiberius ialah tahun 782 setelah kota Roma didirikan. Jumlah ini oleh Dionisius dikurangi dengan 29 tahun penuh, sehingga sampai kepada tahun 753 setelah kota Roma didirikan sebagai awal tarikh Kristen. sesungguhnya awal tarikh Kristen bertepatan dengan tahun 750 atau malah tahun 746 setelah Roma didirikan.
(0.15) (Mzm 29:1) (sh: Tidak tuli terhadap Allah! (Sabtu, 1 Maret 2003))
Tidak tuli terhadap Allah!

Beberapa ahli menyoroti suatu fenomena psikologis yang menarik pada anak-anak: "tuli terhadap ibu"/mother deafness. Beberapa anak kelihatannya tidak dapat mendengar suara ibu mereka sendiri yang sedang berbicara, tetapi kemudian tanggap ketika dipanggil oleh orang lain. Bukan kurang ajar, atau cuek, tetapi entah bagaimana seakan otak mereka telah terlatih untuk menganggap suara ibu mereka sebagai suara rutin yang tidak penting (seperti suara nafas sendiri, deru mobil), lalu secara refleks mengabaikannya.

Kristen masa kini banyak mengeluh tentang sulitnya mendengarkan suara Allah. Sayangnya, sebagian kesulitan itu paralel dengan "tuli ibu" yang kita baca di atas: beragamnya suara-suara dalam hidup dan hati kita telah membuat kita secara refleks mengabaikan suara Allah. Zaman ini cenderung membuat kita menganggap suara Allah, dorongan dan bahkan peringatan Roh-Nya, sebagai bagian dari kebisingan batiniah yang rutin terdengar dan tidak terlalu penting untuk disimak.

Mazmur ini menyatakan suara Allah sebagai kekuatan dahsyat yang mengatasi dan membuat gentar alam semesta dengan segenap isinya. Suara-Nya mengguntur bagai badai di atas perairan (ayat 3), bagai guruh di atas Gunung Libanon dan padang gurun (ayat 5-9). Ini bukan mazmur biasa, tetapi pengakuan pemazmur dan umat Israel atas kedahsyatan Allah dalam sejarah Israel. Suara Allah, yang menjadi lambang kedahsyatan kuasa dan keagungan Allah, mampu mereka saksikan nyata dalam dunia riil mereka. Dan kesadaran akan kedahsyatan suara Allah membawa berkat bagi umat; mereka yakin Allah yang dahsyat itu juga akan menyertai mereka. Kesadaran, perendahan diri, kepekaan dan keberserahan kepada Allah akan bermuara pada penyertaan-Nya (ayat 10-11).

Renungkan: Orang yang menempatkan Allah sebagai Raja atas hati dan hidupnya akan tanggap mendengar suara dan kehendak Allah.

(0.15) (Mzm 92:1) (sh: Orang fasik mendapatkan laknat, orang benar mendapatkan berkat (Sabtu, 22 Desember 2001))
Orang fasik mendapatkan laknat, orang benar mendapatkan berkat

Sama halnya dengan pengalaman penulis Mazmur 73, kita seringkali menjumpai bahwa di dunia ini ada begitu banyak orang benar yang menghadapi hal-hal yang kurang menyenangkan, bahkan menyakitkan. Ini membuat kita bertanya-tanya, "Mengapa demikian?"

Mazmur hari ini memberikan jawaban atas pertanyaan dan fakta tersebut melalui sebuah kidung yang dirancang khusus untuk dibacakan pada hari Sabat. Pemazmur memulai nyanyiannya dengan ucapan syukur (ayat 2-4) karena karya Allah yang penuh kasih, baik di dalam penciptaan maupun pemeliharaan-Nya. Namun, ciptaan dan karya Allah yang sedemikian agung tidak mungkin terselami oleh orang-orang yang mengandalkan kepandaian manusia (ayat 7).

Seperti apakah maksud Allah sebenarnya? Ternyata Allah memiliki rencana yang dahsyat. Ia akan menghancurkan orang fasik pada akhirnya, meskipun mereka diizinkan untuk unjuk gigi sementara. Bagaimanapun, Tuhan akan menghukum pelaku kejahatan. Sebaliknya, orang benar yang kelihatannya justru menjadi pihak yang kalah, akan dimuliakan kembali. Bahkan pada akhirnya orang benar akan diberkati dengan limpah, tepat dengan gambaran "kurma" yang selalu berbuah lebat dan "aras Libanon" yang merupakan simbol keperkasaan dan kemuliaan. Ini mengingatkan kita pada Mazmur 1, orang benar tumbuh bagai pohon yang selalu berbuah di tepi aliran air.

Mazmur ini ditutup dengan sebuah tekad kemenangan. Orang-orang benar akan dipelihara oleh Tuhan, dan mereka yang sudah teruji imannya dapat memberikan kesaksian bahwa Allah yang setia tetap berdaulat selamanya (ayat 15-16). Mereka dapat beristirahat di dalam Dia. Ini juga satu keyakinan bahwa orang-orang benar akan menikmati hari Sabat kekal di surga, diam dalam kasih dan keadilan Allah yang abadi.

Renungkan: Anda tak perlu merasa iri pada orang-orang fasik yang kelihatannya menikmati kemakmuran. sebab pada akhirnya Tuhan akan mengadakan perhitungan dengan mereka. Jika pada saat- saat ini Anda sendiri mengalami kesusahan, nantikanlah waktu Tuhan dan percayalah pada janji penyertaan-Nya!

(0.15) (Yes 40:12) (sh: Allah vs ciptaan (Minggu, 24 Juli 2005))
Allah vs ciptaan

Berabad-abad lamanya manusia mencoba mengenal Allah dengan beragam cara. Salah satu cara yang dipakai manusia ialah mencoba mencari Allah dengan cara me-nyembah alam ciptaan-Nya agar melaluinya ia dapat mengendalikan Allah.

Allah menegaskan kekuatan dan kebesaran diri-Nya dalam nas ini. Pertama, hikmat Allah tidak bisa dibandingkan dengan hikmat manusia karena manusia adalah bagian dari ciptaan-Nya (ayat 12-14). Manusia tidak bisa mengajari Allah. Sebaliknya, manusia bergantung sepenuhnya kepada Wahyu Allah untuk mengerti diri-Nya. Kedua, kebesaran Allah tidak bisa dibandingkan dengan luasnya bumi dan isinya ataupun dengan keperkasaan bangsa-bangsa (ayat 15-17). Sebagai perbandingan luas hutan Libanon tidak mampu mencukupi kebutuhan kayu bakar dan binatang untuk dipersembahkan sebagai korban bakaran bagi Allah. Allah tidak dapat dibandingkan dengan hal-hal di atas. Jadi, bagaimana mungkin manusia dapat membandingkan Allah dengan patung buatan tangan manusia (ayat 18-20)? Sikap seperti ini adalah sikap mengecilkan dan menghina bahkan melawan Allah. Padahal Dia berdaulat penuh atas semua manusia ciptaan-Nya sehingga tidak ada penguasa dunia yang bertahan di hadapan-Nya (ayat 23-24). Segenap alam pun baik yang di bumi maupun di atas langit tunduk pada kekuasaan-Nya (ayat 25-26).

Oleh karena manusia tidak dapat membandingkan Allah dengan apa pun di alam semesta ini maka ia tidak berhak mencela Allah sebagai Allah yang tidak peduli terhadap dirinya (ayat 27). Sebaliknya, orang yang percaya dan bersandar kepada Allah akan menikmati kehadiran-Nya sebagai sumber kekuatan yang dahsyat. Orang yang demikian akan mengalami hidup yang dipelihara dan ditopang Allah sehingga ia senantiasa segar dan bersemangat melayani-Nya (ayat 29-31).

Renungkan: Upaya manusia menemukan Allah melalui alam semesta tidak pernah berhasil karena Dia hanya menyatakan Diri-Nya secara sempurna melalui Yesus.

(0.15) (Yeh 26:1) (sh: Kota maritim dihukum (Sabtu, 15 September 2001))
Kota maritim dihukum

Tirus, Ibu kota Fenisia, terletak 96 kilometer barat laut Nazaret, di pesisir Laut Tengah. Sebagian kota ini adalah sebuah pulau dan daerah pantai di kaki pegunungan Libanon. Tirus bersukacita atas kejatuhan Yerusalem karena mereka yakin akan mendapat peluang bisnis yang menguntungkan. Keinginan Tirus akan kekayaan tanpa memikirkan penderitaan orang lain mendatangkan hukuman Allah. Akhirnya Tirus juga ditaklukkan oleh banyak bangsa (ayat 3) yakni Babel, Persia, dan kemudian Yunani di bawah pimpinan Alexander Agung (ayat 332 sM).

Dengan ambisi lobanya, Tirus mensyukuri Israel dan mencoba memegahkan diri dengan potensi armada lautnya. Namun tangan Tuhan mendatangkan hukuman atas mereka. "Sebab beginilah firman Tuhan Allah: "Pada saat Aku menjadikan engkau kota reruntuhan, seperti kota-kota yang tidak berpenduduk lagi, kalau Aku menaikkan pasang samudera raya atasmu dan air banjir menutupi engkau" (ayat 19). Tidak ada satu pribadi, kota, atau bangsa yang boleh memegahkan dirinya. Tuhan dari dulu, kini, sampai selamanya menentang kecongkakan dan kesombongan. Banyak Kristen hari ini yang masih tergoda dan terpacu untuk menikmati kemegahan arogansi. Ada banyak bangunan raksasa yang berlabel Kristen hari ini dibangun untuk menunjukkan betapa ekslusif dan elitnya lembaga yang menaungi mereka. Acap kali pula terjadi sorak kegirangan di antara kalangan Kristen sendiri apabila melihat kejatuhan lembaga lainnya yang dianggap sebagai saingan pelayanannya. Fenomena seperti ini tidak ubahnya seperti sikap bangsa Tirus yang perbuatannya dihukum Tuhan.

Renungkan: Menyikapi godaan di sekeliling kita yang menarik kita untuk mensyukuri kecelakaan orang lain, seharusnya tidak menyeret kita, karena kita telah belajar bagaimana Tuhan menghukum Tirus karena hal itu. Tatkala kita meneduhkan diri di dalam perenungan firman Tuhan bagian ini, biarlah kita menyadari kembali bahwa congkak di atas dukacita orang lain adalah dosa. Dan bila orang percaya ingin bermegah, hanya ada satu alasan untuk memegahkan diri, yakni bermegah di dalam Tuhan Yesus Kristus (ayat 1Kor 1:31; 2Kor 10:17). Bermegah di dalam Yesus Kristus bukanlah suatu kesombongan, melainkan suatu kebanggaan yang paling berharga.

(0.12) (2Taw 2:1) (sh: Persahabatan yang istimewa (Kamis, 9 Mei 2002))
Persahabatan yang istimewa

Penyebutan perdagangan internasional dalam 1:16-17 diperluas dengan kisah tentang bantuan internasional ketika Salomo akan membangun bait Allah. Salomo, yang sungguh-sungguh memiliki pengabdian untuk membangun bait Allah, dengan antusias mengerahkan banyak pekerja, yaitu orang-orang asing sebagai kuli dan kemungkinan orang-orang Israel Utara sebagai mandor (ayat 1-2,17-18, bdk. 10:1-4).

Selain mengatur para pekerja, Salomo mencari bahan untuk pembangunan bait Allah yang didirikan bagi nama TUHAN. Ia menulis surat kepada Huram, raja negeri Tirus (ayat 3-10). Surat ini mencakup 3 permintaan: [1] Kayu aras, karena ia membangun bait Allah demi penyembahan yang ideal kepada Allah, sebagai kewajiban orang Israel selama-lamanya (ayat 3b-4), [2] Seorang ahli (ayat 5-7), sebab ia ingin mendirikan bait Allah yang sangat besar karena Allahnya lebih besar daripada segala Allah, dan [3] Kayu aras, sanobar, dan cendana Libanon, sekali lagi adalah agar hasilnya menjadi megah dan luar biasa (ayat 8-10). Salomo menjanjikan akan membayar Huram agar permohonannya diterima.

Huram kemudian memberikan respons terhadap permohonan Salomo (ayat 11-16). Pertama-tama ia memuji Salomo sebagai tanda bahwa Allah mengasihi umat-Nya (ayat 11-12). Sebagai sahabat Daud, Huram juga menaikkan syukur atas bertakhtanya Salomo sebagai raja yang patut dipuji karena bijaksana. Kedua, Huram mengirim Huram Abi untuk menjadi salah satu koordinator ahli-ahli pembangunan bait Allah (ayat 13-14). Ketiga, Salomo diminta membayar dengan apa yang sudah Salomo ajukan sendiri sebagai pengganti material pembangunan bait Allah (ayat 15-16).

Hubungan Salomo dan Huram memberikan pelajaran bagi komunitas pascapembuangan tentang hubungan antara Israel dengan bangsa-bangsa lain. Kisah ini dimaksudkan agar komunitas pascapembuangan tidak menjadi eksklusif. Selama hubungan dengan bangsa-bangsa lain adalah untuk pelayanan dan kemuliaan Allah, kerja sama seperti itu tidak dilarang.

Renungkan: Persahabatan yang istimewa bisa Anda miliki dengan orang-orang non-Kristen — demi pelayanan dan kemuliaan Allah.



TIP #28: Arahkan mouse pada tautan catatan yang terdapat pada teks alkitab untuk melihat catatan ayat tersebut dalam popup. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA